SILA CARI DI SINI!

Google

Friday, November 30, 2007

BUKU UNIK: PENGAJARAN SALAT

PENGAJARAN SALAT (1929) & KITAB PERSALATAN (1934)

Koleksi unik yang sempat diendus oleh “UC” terkait dengan buku-buku tentang salat, dapat anda lihat dalam visual berikut. Koleksi yang dianggap unik ini diterbitkan jauh sebelum kemerdekaan Negara Republik Indonesia 1945.
Koleksi pertama adalah sebuah buku yang diterbitkan pada Tahun 1929 dengan title “Pengajaran Salat’ [tulisan asli dibawahnya masih memakai ejaaan lama “Setjara jang dikerjaan oleh Nabi. s a w”] Pengarang buku ini adalah A. Hassan Goeroe “Persatoean Islam” Bandoenng. Sedangkan penerbitnya adalah : Persatoean Islam Bandoeng . Tahun Penerbitan Djoemadal-Oela 1348, October 1929. Merupakan Bagian pertama cetakan kedua. Buku ini diperoleh dari kios buku bekas di kota Malang. Kulit depan tertulis nama pemiliknya “Musejan” beralamat Kasin kidul gang 8/1675 Malang. Buku ini memiliki jumlah halaman 111. Dalam buku ini tulisan Bab, ditulis dengan istilah ketika itu yakni “fasal”, terdiridari 30 fasal. Yang sangat unik buku ini memuat himbauan penerbitnya seperti berikut:


Yang Kedua adalah buku dengan judul Kitab Persalatan [tulisan asli: Pelajaran Sembahjang menoeroet Agama] tahun penerbitan tertera pada sampul depan, yakni wawoe 1865 atau tahun 1934. Penerbitnya adalah Tan Khoen Swie Kediri. Jumlah halaman buku ini 20 halaman. Dalam buku ini dijumpai stempel toko buku yang menjualnya yakni . M.N. HADIATMODJO, Toko Obat & Boekoe Patjarkembang No. 141 Soerabaia. Buku ini menerangkan cara-cara orang melakukan sholat dan doa-doa, disertai 12 [dua belas] visual gerakan sholat. Merupakan cetakan pertama dan telah memiliki hak cipta/hak pengarang, dalam buku ini hak ditulis sebagai berikut: “hak pengarang diperlindoengi Stb.No.600 fatsal 11”





CATATAN: Info yang diperoleh dari Komputer telusur buku Toko Buku TOGAMAS DTC Wonokromo Surabaya Tanggal 29 Nopember 2007 Pukul 10.12, untuk Judul Buku yang terkait dengan petunjuk shalat telah mencapai 203 Judul.



Thursday, November 29, 2007

KOLEKSI BUKU KTSP

Buku-buku yang membantu dalam merancang KTSP
Konsekuensi yang harus dibayar ketika Undang-undang No. 20 Tahun 2003 diluncurkan adalah percepatan adaptasi, karena UU No. 20 Tahun 2003 yang memuat Sistem Pendidikan Nasional cepat atau lambat akan mempersyaratkan perubahan di domain pendidikan. Apalagi setelah lahirnya Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan [SNP], yang intinnya mengamanatkan tersusunnya Kurikulum pada Tingkat Satuan Pendidikan atau [KTSP].
KTSP harus menjadi kenicayaan, artinya konsekuennsi yang harus dan wajib dikedepankan oleh satuan pendidikan. Semua tingkat santuan pendidikan menyambutnya, mulai dari mengadakan seminar hingga workshop yang intensif, bahkan studi banding dalam wujud benchmarking. Rasanya kurang memadai jika tanpa dukungan pustaka dan wacana tulis lainnya. “Unique Collecition” menginformasikan ternyata sudah banyak buku yang beredar terkait dengan KTSP, kurang lebih sekitar 8 [delapan] yang telah terkoleksi.
Adapun detail yang dimaksud sebagai berikut:


Catatan manakala masih diketemukan buku terkait dengan KTSP, atau selain yang terdapat di “UC”, mohon informasikan kepada "UC".


Melalui buku-buku ini yakin anda akan mudah merancang KTSP.


JUDUL : Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan
PENGARANG : Drs. H. Martindas Yamin, MPd
PENERBIT + ALAMAT : Gaung Persada Press Jakarta, Kompleks Kejaksaan Agung RI Blok E1/3 Cipayung Ciputat 15419
Telp [021]7423296
CETAKAN, Pertama September 2007
ISBN :978-979-1488-07-5
JUMLAH HALAMAN: 216


JUDUL: Kurikulum Satuan Pendidikan – Manajemen Pelaksabnaan dan Kesiapan Sekolah Menyonsongnya
PENGARANG: Muhammad Joko Susilo, SPd., MPd
PENERBIT+ALAMAT : Pustaka Pelajar, Celeban Timur UH III/548 Yogyakarta 55167, Telp [0274] 361542, E-mail: pustakapelajar@telkom.net
CETAKAN I, Pebruari 2007
ISBN:978-979-1277-23-5
JUMLAH HALAMAN :202


JUDUL: Kurikulum Satuan Pendidikan- Suatu Panduan Praktis
PENGARANG: Dr.E.Mulyasa, MPD.
PENERBIT + ALAMAT : PT REMAJA ROSDAKARYA, Ibu Inggit Garnasih No. 40 Bandung [40252] Telp [022] 5200287. Website: http://www.rosda.co.id/. E-mail : rosdakarya@rosda.Co.Id
CETAKAN : I, Oktober 2006
ISBN: 979-692-716-0
JUMLAH HALAMAN :312

JUDUL : KTSP- Dasar Pemahaman Dan Pengembangan [Pedoman Bagi Pengelola Lembaga Pendidikan, Pengawas Sekolah, Kepla Sekolah, Komite Sekolah, Dewan Sekiolah, dan Guru
PENGARANG: Masnur Muslich
PENERBIT+ALAMAT: PT Bumi Aksara, Sawo Raya No. 18 Jakarta [13220]
CETAKAN: I, April 2007
ISBN(13): 978-979-010-159-3
ISBN(10) :979-010-159-7
JUMLAH HALAMAN : 154

JUDUL : KTSP- Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual [Pedoman Bagi Guru,Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah ]
PENGARANG: Masnur Muslich
PENERBIT+ALAMAT: PT Bumi Aksara, Sawo Raya No. 18 Jakarta [13220]
CETAKAN: I, April 2007
ISBN(13): 978-979-010-160-9
ISBN(10) :979-010-160-0
JUMLAH HALAMAN : 244


JUDUL: Model & Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan [dilengkapi Panduan Penyususnan KTSP dan Contoh KTSP]
PENGARANG : Mimin Haryati
PENERBIT + ALAMAT : Gaung Persada Press Jakarta, Kompleks Kejaksaan Agung RI Blok E1/3 Cipayung Ciputat 15419
Telp [021]7423296
CETAKAN, Pertama, Agustus 2007
ISBN :978-979-1488-04-4
JUMLAH HALAMAN: 348


JUDUL: Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan [konsep dan Implementasinya di Madrasah]
PENGARANG: Drs. H. Khaeruddin,MA, Drs.Mahfud Junaedi,Mag.dkk.
PENERBIT+ALAMAT: Madrasah Development Centre [MDC] Jateng, Jl,. Sisingamagaraja No. 5 Semarang. Telp [024-70265843. E-mail: mdc_jateng@Yahoo.Co.Id dengan Pilart Media, Jl. Petung 22B Papringan Jogjakarta, E-mail : pilar_media@yahoo.com
CETAKAN : I, Juli 2007
ISBN:
JUMLAH HALAMAN : 406



JUDUL : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan [KTSP] [Bagaimana Mengimplementasikan di Kelas?]- disertai VCD
PENGARANG : Dra. Hilda Karli, MPd. Dkk
PENERBIT+ALAMAT: Generasi Info Media Telp [022]70309123 E-mail: generasi.info@gmail.com
CETAKAN: I, Januari 2007
ISBN: 979-25-5688-5
JUMLAH HALAMAN: 100

JUDUL:Pemilihan Materi Pelajaran untuk Penyusunan KTSP
PENGARANG :Eko Supriyanto
PENERBIT+ALAMAT :Yayasan Amal Sosial Islam Nogotirto II Yogyakarta
CETAKAN: -2007
ISBN:
JUMLAH HALAMAN : 97


JUDUL : Imlpemensati KTSP [Dalam Model-model Pembelajaran Tingkat, TK, SD, SMP dan SMA]. PENGARANG : Hilda Karli MPd. DKK

-----------------------


JUDUL : Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP
PENGARANG : Drs. Martinis Yamin,MPd
PENERBIT + ALAMAT : Gaung Persada Press Jakarta Komplek Kejaksaan Agung RI Blok E1/3 Cipayung Ciputat [15419]
CETAKAN : I /2007
ISBN
JUMLAH HALAMAN :



JUDUL : Panduan Lengkap KTSP
PENGARANG :
[Akan kami sempurnakan lagi]

Tuesday, November 27, 2007

FILSAFAT ILMU TEMU II


TEORI KEBENARAN
=Teori Korespondensi =Teori Koherensi =Teori Pragmatis
Banyak mencuplik buah pikiran “Endang Safiudin”
dalam bukunya : Ilmu, Filsafat dan Agama : PT Bina Ilmu

BAHAN KULIAH FILSAFAT ILMU

Pengantar
Apakah kebenaran itu, suatu pertanyaan yang sangat menukik bila kita sedang mendebatkan masalah. Apakah itu masalah ekonomi hingga politik yang rumit.
Kebenaran acapkali diperdebatkan, namun makna sebenarnya acapkali ditinggal.
“Jika anak kecil digigit anjing’ maka yang benar anak tersebut harus berganti menggigit anjing”, apakah ini juga suatu kebenaran ??
TEORI KORESPONDENSI TENTANG KEBENARAN
Teori yang pertama ialah teori korespondensi [Correspondence Theory of Truth], yang kadang kala disebut The accordance Theory of Truth. Menurut teori ini dinyatakan bahwa, kebenaran atau keadaan benar itu berupa kesesuaian [correspondence] antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan dengan apa yang sungguh-sungguh terjadi merupakan kenyataan atau faktanya.

a proposition (or meaning) is true if there is a fact to which it corresponds, if it expresses what is the case
[Suatu proposisi atau pengertian adalah benar jika terdapat suatu fakta yang selaras dengan kenyataannya, atau jika ia menyatakan apa adanya].

"Truth is that which conforms to fact; which agrees with reality; which corresponds to the actual situation."
[Kebenaran adalah yang bersesuaian dengan fakta, yang beralasan dengan realitas, yang serasi (corresponds) dengan situasi actual].

Truth is that which to fact or agrees with actual situation. Truth is the agreement between the statement of fact and actual fact, or between the judgment and the environmental situation of which the judgment claims to be an interpretation."

[Kebenaran ialah suatu yang sesuai dengan fakta atau sesuatu yang selaras dengan situasi aktual. Kebenaran ialah persesuaian (agreement) antara pernyataan (statement) mengenai fakta dengan fakta aktual; atau antara putusan (judgment) dengan situasi seputar (enviromental situation) yang diberinya intepretasi.

if a judgment corresponds with the facts, it is the true; if not, it is false."
[Jika suatu putusan sesuai dengan fakta, maka dapat dikatakan benar ; Jika tidak maka dapat dikatakan salah].

Teori korespondensi ini sering dianut oleh realisme/empirisme.
K. Rogers, adalah seorang orang penganut realisme kritis Amerika, yang berpendapat bahwa : keadaan benar ini terletak dalam kesesuaian antara (1). "esensi atau arti yang kita berikan" dengan (2) "esensi yang terdapat didalam obyeknya".

"Epistemological realism The view that there is an independent reality apart from minds, and we do not change it when we come to experience or to know it; sometimes called objectivism"
[Realisme epistemologis berpandangan, bahwa terdapat realitas yang independence (tidak tergantung], yang terlepas dari pemikiran; dan kita tidak dapat mengubahnya bila kita mengalaminya atau memahami. Itulah sebabnya realisme epitemologis kadangkala disebut obyektivisme]. Dengan perkataan lain: realisme epistemologis atau obyektivisme
berpegang kepada kemandirian sebuah kenyataan tidak tergantung pada yang di luarnya.
Dalam perpustakaan Marxis dapat dibaca :

If our sensations, perception, notions, concepts and theories corresponds to objective reality, if reflect if faithfully, we say that they are true, while true statement, judgment or theories are called the truth.

[Jika sensasi kita, persepsi kita, pemahaman kita, konsep dan teori kita bersesuaian dengan realitas obyektif, dan jika itu semua mencerminkannya dengan cermat, maka kita katakan itu semua benar: pernyataan, putusan dan teori yang benar kita sebut kebenaran].

"Dialectical materialism understands truth as that knowledge of an objective/ with correctly reflect this objectives, i.e. correspond to it"

[Materialisme dialektika memahamkan kebenaran sebagai pengetahuan tentang sesuatu obyek, yang mencerminkan obyek tersebut secara tepat, dengan perkataan lain, bersesuaian dengan obyek yang dimaksud]

"For example, the scientific propositions that "Bodies consists of atoms", that the " Earth prior to man", that "the people are makers of history", etc. are true
"
[misalnya pengertian ilmiah bahwa "tubuh terdiri dari atom-atom"' bahwa "Bumi lebih dahulu ada dari pada manusia", bahwa "rakyat adalah pembuat sejarah", dan lain sebagainya, adalah benar].

In contrast to idealism, dialectical materialism maintains that truth is objective. Since truth reflects the objectively existing word, its content does not depend on man’s consciousness.

Objective truth, LENIN Wrote, is the content of our knowledge, which neither on mans, nor on mankind. The content of truth is fully determined by the objective process it reflects

Berlawanan dengan idealisme, maka meterialisme dialektika mempertahankan bahwa kebenaran adalah obeyektif. Selama kebenaran mencerminkan dunia wujud secara obyektif, maka wujudnya itu tergantung pada kesadaran manusia. Kebenaran obyektif, tulis Lenin, adalah kandungan pengetahuan kita yang tidak tergantung, baik kepada manusia maupun kepada kemanusiaan. Kandungan kebenaran sepenuhnya ditentukan oleh proses abyektif yang tercerminkannya.

LENIN Menulis:

"From live contemplation to abstract thinking and from that to practice, such is the dialectical process of cognizing the truth, of cognizing objective reality.

[Dari renungan yang hidup menuju ke pemikiran yang abstrak, dan dari situ menuju praktek, demikianlah proses dialektis tentang pengenalan atas kebenaran, atas realitas obyektif].
Selajunya kaum marxist mengenal dua macam kebenaran, yaitu (a) kebenaran mutlak dan (b) kebenaran relatif.

"Absolute truth is objective truth in its entirety, an absolutely exact reflection of reality"
[Kebenaran mutlak ialah kebenaran yang selengkapnya obyektif, yaitu suatu pencerminan dari realitas secara pasti mutlak]

" Relative truth is incomplete correspondence of knowledge to reality. Lenin called this truth the relatively true reflection of an object which is independent of man"
[Kebenaran relatif adalah pengetahuan mengenai relaitas yang kesesuaianya tidak lengkap, tidak sempurna. Menurut Lenin, kebenaran relatif adalah pencerminan dari obyek yang relatif benar, yang terbatas dari manusia].

"Every truth is objective truth”
[setiap kebenaran adalah kebenaran yang obyektif].

"Relative truth is imperfect, incomplete truth.
[kebenaran relatif adalah kebenaran yang tidak sempurna, tidak lengkap]

SIMPULAN :
Mengenai Teori Korespondensi tentang kebenaran dapat disimpulkan sebagai berikut :
Kita mengenal dua hal, yaitu : pertama pernyataan dan kedua keyataan. Menurut teori ini kebenartan iaah kesesuaian antara pernyataan tentang sesuatu dengan kenyataan sesuatu sendiri.
Sebagai contoh dapat dikemukakan : " Surabaya adalah Ibu Kota Provinsi Jawa Timur sekarang" ini adalah sebuah pernyataan; dan apabila kenyataannya memang Surabaya adalah Ibu Kota Provinsi Jawa Timur ", pernyataan itu benar, maka pernyataan itu adalah suatu kebenaran.
Rumusan teori korespondensi tentang kebenaran itu bermula dari ARIESTOTELES, dan disebut teori penggambaran yang definisinya berbunyi sebagai berikut :

“VERITAS EST ADAEQUATIO INTELCTUS ET RHEI”
[kebenaran adalah persesuaian antara pikiran dan kenyataan].

TEORI KONSISTENSI TENTANG KEBENARAN
Teori yang kedua adalah Teori Konsistensi.
The Consistence Theory Of Truth, yang sering disebut dengan The coherence Theory Of Truth.

" According to this theory truth is not constituted by the relation between a judgment and something else, a fact or really, but by relations between judgment themselves "
[Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgment) dengan sesuatu yang lalu, yakni fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri].
Dengan demikian, kebenaran ditegakkan atas hubungan antara putusan yang baru dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan akui benarnya terlebih dahulu.
Jadi suatu proposisi itu cenderung untuk benar jika proposisi itu coherent [saling berhubungan] dengan proposisi yang benar, atau jika arti yang terkandung oleh proposisi tersebut koheren dengan pengalaman kita.

" A belief is true not because it agrees with fact but because it agrees, that is to say, harmonizes, with the body knowledge that we presses”
[Suatu kepercayaan adalah benar, bukan karena bersesuaian dengan fakta, melainkan bersesuaian/selaras dengan pengetahuan yang kita miliki]

"It the maintained that when we accept new belief as truths it is on the basis of the manner in witch they cohere with knowledge we already posses”

[Jika kita menerima kepercayan-kepercayaan baru sebagai kebenaran-kebenaran, maka hal itu semata-mata atas dasar kepercayaan itu saling berhubungan [cohere] dengan pengetahuan yang kita miliki]

A judgment is true it if consistent with other judgment that are accepted or know to be true. True judgment is logically coherent with other relevance judgment”
[suatu putusan adalah benar apabila putusan itu konsisten dengan putusan-putusan yang terlebih dahulu kita terima, dan kita ketahui kebenarannya. Putusan yang benar adalah suatu putusan yang saling berhubungan secara logis dengan putusan-putusan lainnya yang relevance]
Jadi menurut teori ini , putusan yangh satu dengan puitusan yang lainnya saling berhubungan dan saling menerangkan satu sama lainnya.

"The truth is systematic coherence
[Kebenaran adalah saling hubungan yang sistematik]

" Truth is consistency”
[kebenaran adalah konsistensi, selaras, kecocokan]
Selanjutnya teori konsistensi/koherensi ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
Kebenaran adalah kesesuaian antara suatu pernyataan dengan pernyataan lainnya yang lebih dahulu kita akui/ terima/ ketahui kebenarannya.
Teori ini dapat juga dinamakan teori justifikasi tentang kebenaran, karena menurut teori ini suatu putusan dianggap benar apabila mendapat justifikasi putusan-putusan lainnya yang terdahulu yang sudah dikatahu kebenarannya.
Misalnya:
Bungkarno, adalah ayahanda Megawati Sukarno Puteri, adalah pernyataan yang kita ketahui, kita terima, dan kita anggap benar.
Jika terdapat penyataan yang koheren dengan pernyataan tersebut diatas, maka pernyataan ini dapat dinyatakan Benar. Kerena koheren dengan pernyataan yang dahulu:
Misalnya.
- Bungkarno memiliki anak bernama Megawati Sukarno Putri
- Anak-anak Bungkarno ada yang bernama Megawati Sukarno Putri
- Megawati Sukarno Putri adalah keturunan Bungkarno
- Dll

TEORI PRAGMATISME
Teori ketiga adalah teori pragmatisme tentang kebenaran, the pragmatic [pramatist] theory of truth. Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani pragma, artinya yang dikerjakan, yang dapat dilaksanakan, dilakukan, tindakan atau perbuatan.
Falsafah ini dikembangan oleh seortang orang bernama William James di Amerika Serikat.
Menurut filsafat ini dinyatakan, bahwa sesuatu ucapan, hukum, atau sebuah teori semata-mata bergantung kepada asas manfaat. Sesuatu dianggap benar jika mendatangkan manfaat.
Suatu kebenaran atau suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan manusia. Teori, hipotesa atau ide adalah benar apabila ia membawa kepada akibat yang memuaskan, jiak membawa akibat yang memuaskan, dan jika berlaku dalam praktik, serta memiliki niali praktis, maka dapat dinyatakan benar dan memiliki nilai kebenaran.
Kebenaran terbukti oleh kegunannya, dan akibat-akibat praktisnya. Sehingga kebenaran dinyatakan sebagai segala sesuatu yang berlaku.
Menurut William James “ ide-ide yang benar ialah ide-ide yang dapat kita serasikan, jika kita umumkan berlakunya, kita kuatkan dan kita periksa.
Menurut penganut praktis, sebuah kebenaran dimaknakan jika memiliki nilai kegunaan [utility] dapat dikerjakan [workability], akibat atau pengaruhnya yang memuaskan [satisfactory consequence].
Dinyatakan sebuah kebenaran itu jika memilki “hasil yang memuaskan “[satisfactory result], bila :
Sesuatu yang benar jika memuaskan keinginan dan tujuan manusia
Sesuatu yang benar jika dapat diuji benar dengan eksperimen
Sesuatu yang benar jika mendorong atau membantu perjuangan biologis untuk tetap ada.

RUJUKAN YANG DIGUNAKAN

Alex Lanur OFM [1993] Hakikat Pengertahuan dan Cara Kerja Ilmu-ilmu : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta--91:99
Alfon Taryadi [1989] Epistemologi Pemecahan Masalah [menurut Karl. R. Popper] : Penerbit PT Gramedia Jakarta--Bab III 67:89
Amsal Bakhtiar [2004] Filsafat Ilmu : PT Raja Grafindo Persada Jakarta--Bab III 85 : 1224
Endang Safiudin [1987] Ilmu, Filsafat dan Agama : PT Bina Ilmu--Bab III 85 : 1224
Jujun Suriamantri [2004] Ilmu Dalam Perpektif [Sebuah kumpulan karangan tentang hakikat ilmu] : Yayasan Obor Indonesia Jakarta---ab IV 61:70
--------------------- [2004] Filsafat Ilmu [Sebuah Pengantar Populer] : Yayasan Sinar Harapan Jakarta---ab V 165:211,
---------------------[2004] Ilmu Dalam Perpektif Moral, Sosial dan Politik Penerbit Gramedia JakartaBab 10 74:87 Bab XI 81:87
Mohammad Muslih [2004] Filsafat Ilmu [Kajian atas asumsi Dasar Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengethuan] : Penerbit Belukar Bab V 89:119
Mohammad Zaenudin[2003] Menggoyang Pikiran [ Menuju Alam Makna] : Penerbit Pustaka Remaja ---Bab VII 62 : 79

PENELITIAN TINDAKAN KELAS



Disampaikan Pada :Workshop PTK SMA NEGERI 8 SURABAYA

28 Nopember 2007


Kurt Lewin, seorang psikolog sosial dari Amerika mencetuskan gagasan cantiknya terkait dengan upaya peningkatan pembelajaran, melalui aktivitas yang disebut dengan “CAR” – Classroom Action Research. Cetusan gagasan ini, memicu ahli lainnya meneruskan dan mengembangkannya, diantaranya adalah Stephen Kemmis, Robin Mc Tanggart, Jhon Elliot, dan Dave Ebbutt. Ketika itu tahun 1946 “CAR”, atau dengan mudah kita menyebutnya “PTK”- Penelitian Tindakan Kelas, berkembang. Selang 34 tahun kemudian Indonesia baru mulai membicarakan akrtivitas ini (1980).
Perkembangan PTK di Indonesia dapat dikatakan berjalan di tempat, bahkan dapat dianggap “mandeg” atau stagnan. Latar belakangnya jelas, yakni karena atmosfir penelitian belum menyentuh daratan akademik Indonesia. Kegiatan penelitian acapkali dikalahkan dengan kepentingan yang kelihatannya lebih utama, namun realitas sebenarnya tidak seperti yang kita duga, misalnya hanya mengedepankan kegiatan belajar mengajar. PTK acapkali dianggap sebagai aktivitas yang sumir dan level kepentingannya dianggap rendah, sedangkan bobot keilmuannya sering diperdepatkan. Inilah problem intinya.

GURU PROFESIONAL=GURU PENELITI
Seorang-orang yang mendeklarasikan dirinya professional, harus memenuhi tiga persyaratan yakni:
vExpertise, [keahlian]
vResponsibility [tanggung jawab]
vCorporate ness [kesejawatan/jiwa korsa]
Begitu membahas keahlian, maka tuntutan guru akan lebih berat, karena proses belajar mengajar yang sering dilakukan dan dianggap paling utama hanyalah kegiatan yang bersifat mekanistik, dan static.Proses belajar mengajar yang hidup dan bermakna, manakala terbuka untuk dievaluasi, dan selalu menerima jika ada perubahan. Hanya perubahanlah yang akan memberikan kebermaknaan, akan mengantarkan siswa menjadi “takjub’. Kata seorang ahli, proses pembelajaran yang jarang di “update”, akan menjadi aktivitas yang membatu akhirnya menjadi fosil. Jawabannya adalah sebuah aktivitas yang mampu di jadikan tumpuan dalam melakukan perbaikan belajar mengajar secara terus menerus [continus improvement], sedangkan aktivitas yang dimaksud adalah melakukan penelitian terhadap proses pembelajaran. Aktivitas ini didahului dengan penelitian dan tindak lanjutnya, yang populer dengan, penelitian tindakan kelas yang disingkat dengan PTK.
PTK MEMBANGUN PROFESIONALISME GURU
Terdapat beberapa alasan mengapa PTK, merupakan modal dasar dalam membangkitkan prosfesionalisme Guru, yang antara lain:
1.PTK mengkodisi Guru tidak hanya menjadi praktisi mengajar, yang cepat puas terhadap kinerjanya yang mekanistik dan tidak dinamik, namun melalui PTK akan selalu mengadakan perbaikan secara terus menerus, dan menstimuli penemuan-penemuan [innovative] dalam pembelajaran yang efektif, efisien dan rasional.
2.PTK memberikan nuansa yang etis, sehingga Guru akan lebih peka dan kritis serta memiliki pemikiran yang reflektif terhadap segela materi yang disampaikan kepada siswanya.
3.Secara dini akan segera mengetahui kelemahan-kelemahan yang terjadi di kelas, utamnya ketika proses pembelajar berlangsung.

KARAKTERSISTIK PTK
PTK sebagai sarana dalam mencermati aktivitas pembelajaran, memiliki karakter sebagai berikut:
1.Kegiatan PTK didasarkan kepada problema yang dihadapi oleh guru terkait dengan proses pembelajaran yang dilakukan, oleh karenanya sifatnya sangat khusus sekali.
2.Guru disamping sebagai peneliti, juga sekaligus berperan sebagai praktisinya, sehingga dalam waktu yang bersamaan melakukan refleksi.
3.Mendukung profesi, sekaligus meringankan kerja guru, karena problem dikelas akan terurai, sekaligus diperbaiki
4.Hal yang dipermasalahkan bukan hasil dari kajian teoritis atau dari hasil penelitian yang terdahulu, tetapi berasal dari permasalahan yang nyata dan actual. [Bukan yang bersifat teoritis, namun bersifat pragmatis]
5.Tidak saja menyelesaikan atau memutuskan masalah, namun juga berupaya mencari dukungan ilmiahnya.
6.Adanya kolaborasi antara praktisis [guru, siswa, sekolah dll] dan peneliti dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan sekaligus pengambilan keputusannya, sehingga melahirkan tindakan kelas.

PRINSIP HARUS DIKEDEPANKAN DALAM PTK

eProses belajar mengajar tidak boleh dikorbankan atau terganggu akibat PTK
ePengumpulan data harus dirancang cermat, karena pengumpulan data yang terlalu lama, akan mengurangi intensitas belajar siswa
eMetode yang digunakan berindikasikan “keajegan” [reliable]
eProblema PTK, merupakan masalah-masalah yang “krusial, atau merisaukan, dan perlu pengentasan secara cermat dan cepat
eGuru harus memiliki sikap yang konsisten, tanggung jawab dan memiliki tingkat kepedulian yang tinggi, dalam menjujung obyektivitas proses dan prosedur
eTertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam proses pembelajaran dan diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran
eMensyaratkan pedokumentasian yang konsisten, cermat, obyektif, sistematis dan terus menerus, selanjutnya dokumentasi akan dapat dimanfaatkan untuk melakukan tindakan kelas
eDilakukan sekurang-kurangnya dua siklus yang konsekuensial [berurutan].
eDalam kondisi yang wajar [alami], tidak mengubah jadwal yang sesungguhnya/ berlaku. eTidak boleh melakukan pemilihan pada siswa tertentu, namun harus semua siswa dalam kelas.

eHarus benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan, yakni siswa yang sedang belajar.

EMPAT JENIS PTK

Terdapat empat jenis PTK, yakni:
1. Diagnostik
2. Partisipasi
3. Empiris
4. Ekperimental

PTK Diagnostik:
Titik beratnya adalah mendiagnose sebuah problem, atau situasi yang terjadi dalam proses belajar mengajar dalam kelas.
PTK Partisipasi:
Jika peneliti sekaligus yang diteliti, atau setidaktidaknya terlibat langsung dalam kegaiatan penelitian.
Penelitian jenis ini Guru berperan sebagai peneliti akan terlibat sejak perencanaan, proses pengumpulan data hingga pelaporannya.
PTK Empiris :
PTK ini berupaya melakukan aktivitas penelitian yang terjadi selama aksi berlangsung. Proses penelitiannya dilakukan dengan pencermatan nyata terhadap sebuah kegiatan yang sedang berlangsung
PTK Eksperimen:
Penelitian jenis ini, kuat kaitannya dengan tingkat efektif dan efisien dalam menerapkan konsep pembelajaran.

EMPAT MODEL PTK

Model Stephen Kemmis
v Perencanaan [planning]
v Aksi tindakan[acting]
v Observasi [observing]
v Refleksi [reflecting]

PELAKSANAAN PTK

/Prosedur pelaksanaan/ Penyusunan proposal /Laporan kegiatan

PROSEDUR PELAKSANAAN

1.Penetapan Focus Masalah
2.Perencanaan Tindakan Pelaksanaan Tindakan
3.Pengamatan intepretasi
4.Refleksi

CONTOH JUDUL PENELITIAN [Menurut Soehardjono]

1.Meningkatkan hasil belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran X. [Tuliskan nama mata pelajarannya atau topic bahasan/bagian dari mata pelajaran]

2.Peningkatan kreativitas siswa dalam proses belajar mata pelajaran X melalui penerapan model pembelajaran generatif

3.Penerapan pembelajaran Model Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah mata pelajaran X

4.Pembelajaran berbasis konstruktivistik dan kontekstual pada mata pelajaran X untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pemahaman konsep


5.Penggunaan model pembelajaran Learning Cycle untuk meningkatkan ketrampilan siswa mata pelajaran X

6.Meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada mata pelajaran X dengan penggunaan model pengajaran inkuiri

7.Pembelajaran dengan Model Realistic Mathematical Education dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika

JUDUL-JUDUL PTK HASIL FINALIS
LOMBA KEBERHASILAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
TINGKAT NASIONAL TAHUN 2003-2004 JENJANG SMA

Metode berburu spesies dalam hutan mangrove sebagai pengelaborasian pembelajaran Bio-diversityas dan klasifikasi guna meningkatkan kompetensi siswa.[Biologi]

Penggunaan metode Cooperative Learning dalam pembelajaran sejarah[Sejarah]

Lingkaran satuan dan jembatan Resmi sebagai peragu pembelajaran Trigoinometri sudut istimewa [Mtematika]

Pengaruh pemanfaatan motor listrik komponen terbuka dengan teknik bermain dam bernyanyi dalam pembelajaran Medan Magnetic, Gaya Lorentz dan Mendan Magnetik [Fisika]

Variasi Pendekatan Contextual Teraching dan Learning dan Moral dilemma discussion sebagai strategi dalam pembelajaran PPKN [PMP-KN]

Benteng Ujung Pandang [Fort Rotterdam] sebagai sumber Belajar Bahasa Inggris[Bahasa Inggris]

Strategi metode Actual Learning dalam pengintegrasian Life Skill untuk meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Sosiologi [Sosiologi]

Efektivitas pembelajaran dengan menggunkan Bola Berpita terhadad prestasi belajar lempar lembing [PENJASKES]

Penggunaan Lembar Peta Kreatif sebagai media pembelajaran Geografi untuk memudahkan Siswa terhadap materi Kawasan Penting Dunia [GEOGRAFI]

Musikalisasi Merupakan Media Pembelajaran Puisi Dalam Apresiasi Sastra Pada mata Pelajaran bahasa dan Sastra Indonesia [Bhs.Indonesia]


PERHATIAN

Aspek-aspek yang perlu dinilai dalam isi atau subtansi laporan penelitian tindakan kelas adalah : 1.Originalitas
2.Esensi atau tingkat pentingnya penelitian tindakan yang dilakukan
3.Proses tindakan
4.Pelaku/pelaksana tindakan
5.Kesimpulan atau hasil tindakan.


RUJUKAAN


Susilo [2007] Penelitian Tindakan Kelas: Pustaka Book Publisher Yogyakarta Cetakan I


Suharsimi Arikunto, Dkk [2007] Penelitian Tindakan Kelas: PT Bumi Aksara Jakarta Cetakan III


Sukidin, Dkk [2002] Manajemen Penelitian Tindakan Kelas: Insan Cendikia Surabaya Cetakan I


Zainal Aqib [2007] Penelitian Tindakan Kelas: Yrama Widya Bandung Cetakan II


Tambahan Buku untuk rujukan, bari diperoleh Hari Minggu Tanggal 3 Desember 2007 di Malang: Sampul buku seperti berikut :





Monday, November 26, 2007

MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI DALAM WIRA USAHA


[DISAMPAIKAN PADA LATIHAN KETRAMPILAN MANAJEMEN MAHASISWA UNIVERSITAS ADIBUANA SURABAYA 16-18 NOPEMBER 2007]
Pengantar
”Dalam realitas
sosial seorang orang yang melakukan enterprise adalah one who organize, manage, and assumes the risk of business or entreprice.
Menjalankan ini identik dengan menjalankan aktivitas yang sarwa komplek, serta mengandung banyak resiko, yang berarti lingkungan enterprise tidak pernah lepas dari resiko, sedangkan konsekuensi yang harus dibayar adalah pola sikap yang penuh mawas diri dan bertindak tepat dan cepat.
Proaktif adalah gambaran manusia yang memiliki jiwa entrepreuner, siap aksi yang dinuansai inisiatif yang tinggi.
Filosofi inilah yang merupakan pemikiran mendasar dan mendalam tentang bagaimana sebuah pekerjaan yang penuh resiko diubah menjadi sebuah peluang
Tatantangan dan ancaman silih berganti harus segera diantisipasi, sehingga buah yang dapat diambil adalah nilai-nilai keuntungan (profit). Bagaikan sebuah peristiwa fisis mulai dari nol derajat hingga seratus derajat, bila seorang menerjuni pekerjaan ini. Maknanya jiwa entrepreuner dibangun mulai dasar dan selanjutnya mencapi puncak. Jiwa ini jarring hadir seketika atau tiba-tiba, namun hadirnya perlu direncanakan secara matang dan dipenuhi dengan ichtiar serta niatan yang baik.

KARAKTER SEORANG MOTIVASI TINGGI
Tuntutan yang harus dipenuhi sebagai modal diri seorang wirausaha adalah kemampuan menerawang kedepan. Yakni sebuah kemampuan diri untuk lebih memahami “kini” dan “esok” yang disertai dengan daya perenungan untuk menghadirkan “idea segar” sehingga sebuah pemikiran akan mengalir dan. Dan tidak pernah kering.
Dari berbagai riset dapat ditemukan bahwa ciri-ciri yang harus dimilki anta lain adalah sebagai berikut :
Æ Percaya diri [Self Confidence]
Æ Berorientasi pada tugas dan hasil [Taks oriented & Product]
Æ Pengambil resiko [Hight Risk]
Æ Kepemimpinan [Leadership]
Æ Keorsinilan [Originaly]
Æ Berorientasi kedepan.

PERCAYA DIRI
Sebuah gambaran intergitas keperibadian yang mantap, yang bernuasa sinergi antara kematangan jasmani dan rochani. Pribadi yang penuh dengan independensi (kemandirian) serta dipenuhi kentalnya tanggung jawab adalah modal utama. Percaya diri bagi seorang wirausaha adalah sebuah daya yang mampu memberikan dukungan kemantapan dalam mengambil keputusan, oleh karenanya stabilitas emosional tetap dijadikan rujukkan.
Kata kunci yang harus diperhatikan adalah :
- kepercayaan
- keteguhan
- ketidakketergantungan
- kepribaian mantap
- optimisme

KEDEPANKAN PRESTASI
Seorang wirausaha pantang hanya mengedepankan "pretige" tanpa didukung prestasi, karena prestasi adalah senjata andalan bagi seorang wirausaha dalam merebut hati sekaligus memberikan citra baik dalam awalan kerja.
Prestasi bermakna pada kemampuan yang dibangun melalui pencitaan nilai "Value Creation" yang didukung oleh kemapuan proaktif terhadap lingkungannya.
Mengambil buah pikir seorang pakar, David Mc. Clelland bahwa terdapat tiga sifat dalam diri manusia yang harus dikembangkan dalam berwirausaha yakni: need of power; needs of affiliation, dan need of archievement.
Yang terakhir need archievement merupakan pola sikap orang yang selalu haus dalam berpretasi, hal inilah yang perlu untuk dikembangkan.

Kata kunci yang harus diperhatikan adalah :
- kebutuhan akan berpretasi
- tekun
- tabah
- kerja keras
- energik
- penuh insiatif.

PENGAMBIL RESIKO
Sarwa kompleksnya persoalan-persoalan busines memberikan nuansa yang komprehensif kepada manusia, utamanya kebimbangan dalam menetapkan sebuah keputusan. Jernihnya pemikiran manusia acapkali tertinggal oleh waktu, sedangkan berbisnis identik dengan ketepatan waktu ( on time ).
Realitas inilah yang menguras pikiran manusia dalam menetapkan keputusan agar mencapai nilai yang optimal. Resiko adalah akibat fatal dari sebuah keputusan yang salah, namun akan lebih salah lagi manakala kita menghindar dari resiko. Resiko sangat berkorelasi dengan sebuah peluang, makin beriko makin tinggi tingkat peluangnya. Berwirausaha sama dan sebangun dengan kemampuan menghadap resiko.

Kata kunci yang harus diperhatikan adalah :
- Mampu mengambil resiko
- suka pada tantangan

KEPEMIMPINAN

Sifat kepemimpinan melekat pada diri seseorang, namun pendapat seorang pakar ada juga yang mengatakan bahwa kepemimpinan dapat pula dibangun melalui bergumulan empiris. Kepemimpinan memberikan dukungan berupa kemampuan mengarahkan, kemampuan orgasisasional dan menerima saran dan kritik.

Kata kunci yang harus diperhatikan adalah :
- Mampu memimpin
- dapat bergaul dengan orang lain
- managgapi saran dan kritik


KEORSINILAN
Wirausaha tidak terlepas pada persoalan persaingan, sehingga selalu dituntut untuk selalu terdepan dalam segala hal. Keunggulan komparatif (Comparative adventage) dan keunggulan kompetitif (Competitive adventage) merupakan indakasi posistif yang harus disiasati. Untuk menciptakan keunggulan ini maka originalitas merupakan solusi bijak. Melalui originalitas ini akan mengantarkan seorang yang menekuni wirausaha menjadi "leader" atau memimpin dalam segenap produk yang dihasilkan.
Originalitas sangat tipis batasnya dengan inovatif yang "Novelty" serba kebaharuan, kemampuan inilah yang harus diciptakan, agar mampu menjadi "barrier" bagi pesaing.

Kata kunci yang harus diperhatikan adalah :

- Inovatif
- kreatif
- fleksibelitas
- banyak sumber/alternatif
- mengetahui lebih banyak.



BEORIENTASI KEDEPAN
Seorang wirausaha harus memiliki prepektif masa depan, mempunyai visi ke depan, dengan visi inilah akan mengantarkan kemampuan untuk mengahadirkan ide-ide segar, sehingga dalam kancah persangan mampu meletakkan dirinya pada posisi leader dan bukan sebaliknya menjadi pengekor (Follower).
Berpikir ke masa depan akan mengarahkan pada kemampuan menyusun perencanaan strategik.

Kata kunci yang harus diperhatikan adalah :
- pandangan kedepan
- perencanaan strategik
- posisi leader.

AKTIVITAS PRAMUKA SEBAGAI WAHANA KOMUNIKASI ANTAR PERGURUAN TINGGI DAN ANTAR DISIPLIN ILMU




[Tulisan ini terilhami pikiran almarhum Kanda Hudan Dardiri]
PENDAHULUAN :
Banyak orang terkesima ketika Jhon Naisbit melansir karyanya yang berjudul “Mega Trand 2000”, energi buku ini sangat luar biasa, bagai virus kanker ganas yang mengakibatkan setiap manusia dibelahan dunia tertegun oleh isu globalisasi. Sebenarnya untuk kalangan Pramuka /kepanduan merupakan hal yang basi karena sejak lahirnya pramuka telah mecatatkan jatidirinya sebagai organisasi yang menglobal. Tahun 1905 cetusan Lord Robert Baden Powel Of Gilwell mengkreasi komunikasi yang mendunia lewat percobaan perkemahan di Brown Sea Island. Ide gila ini, dikenal orang sebagai cikal bakal JAMBOREE, sebuah wahana komunikasi anak-anak bangsa di dunia. Selanjutnya jika dicermati lebih seksama, segenap aktivitas Pramuka merupakan gambaran icon-icon jaringan komunikasi dunia yang tidak tertandingi. Organisasi yang berasal dari Inggris ini, setelah di impor Belanda ke Indonesia, oleh KH. Agus Salim diberi nama Pandu tumbuh dan berkembang di tanah air, selanjutnya dikenal dengan pramuka.
Bagaimana di Indonesia?, Pramuka adalah salah satu diantara organisasi yang konsisten dengan kepentingan nasionalnya, tanpa mengabaikan persahabatan dunia (brotherhood). Pramuka adalah organisasi yang memilki “kontrak sosial” dalam wujud persatuan generasi muda di wilayah Nusantara tercinta, dari Sabang sampai Merauke merah-putih tetap menggantung di lehernya. Makna terdalamnya adalah sebuah klaim positif bahwa pramuka harus menjamin negara kesatuan Republik Indonesia
Sisi lain juga tergambarkan bahwa Pramuka merupakan organisasi yang utuh, anggotanya tidak terbatas, jauh dari sara, mulai anak muda belia hingga orang tua, tanpa dipisahkan oleh tirai yang rapat, yang ada hanyalah istilah adik dan kakak.
Jaringan komunikasi dalam pramuka dibangun dengan rapi dari satuan terkecil sampai unit kegiatan terkecil terurai dengan sempurna. Teristimewa untuk gugus depan yang berpangkalan di Kampus, adalah unit kegiatan yang dapat membangun “inner cycle”
keilmuan, karena melalui berbagai aktivitas akan
terbentuk secara tidak langsung “share of value” dengan efek positif terjadinya, “transfer of knowledge”, “transfer of technology” dan “transfer of skill”. Kini tinggal menunggu tangan-tangan dingin untuk mampu memanfaatkan keunggulan ini.


PRAMUKA BERKIAT “KOPLEMENTER”
[melengkapi pendidikan di sekolah dan pendidikan di rumah]

Dalam dunia pendidikan terminologi “Tri Pusat Pendidikan“, adalah sebuah ranah pencermatan yang terbagi dalam tiga kegiatan, meliputi :
- Pendidikan di rumah
- Pendidikan di sekolah
- Pendidikan di masyarakat
Saat ini kita mulai melakukan kalkulasi manfaat, berapa jam anak didik memperoleh perhatian ayah bunda ?. Berapa jam di sekolah?, dan berapa jam di Masyarakat. Tentunya bukanlah jawaban yang diperlukan tetapi “nafas panjang” yang penuh dengan keprihatinan yang kita dapatkan.
Praktik pendidikan di rumah telah mengalami deviasi, karena dewasa ini telah muncul berbagai fenomena baru, bahwa seorang Ibu secara revolutif mendapatkan role baru, tidak hanya di rumah namun menempati posisi terhormat menjadi wanita karier. Konsekuensinya orang tua lebih banyak berada di luar rumah, akibat yang harus dibayar adalah lemahnya pengawasan dan perhatian kepada anak-anak. Lebih celaka ketika posisi pembentukan watak diambil alih oleh oleh pembantu rumah tangga, yang kemungkinan besar tidak memiliki kompetensi pembentukan anak Akibat lebih fatal terbentuklah mentalitas baru yang memicu perilaku yang tidak semestinya (disfunctional behavior).
Bagaimana pula di sekolah?, kita harus paham bahwa sekolah memiliki waktu yang sangat terbatas untuk memberikan perhatian pada anak didiknya. Tuntutan curriculum yang rigit sehingga cenderung mengutamakan target profesionalnya, sehingga perhatian pada anak tertuju pada masalah kognitif saja (IQ). Pengembangan kecerdasan emosi(EQ) menjadi tumpul, apalagi kecerdasan speritualnya (SQ).

Bagaimana dengan pendidikan di masyarakat ?
Di masyarakat amatlah ideal, bila anak-anak berkumpul dengan sesamanya berkelompok secara suka rela di bawah pembina anak-anak muda, di sinilah pramuka mengambil peran sebagai komplementer dari kedua ranah pendidikan di sekolah maupun pendidikan di rumah.
Gerakan pramuka mengambil langkah menjadikan anak sebagai dirinya dan belajar menjadi dirinya [learning to be], diajak belajar berkarya sesuai usaianya [learning to do], distimuli belajar bagaimana belajar [learning how to learn] dan diajak hidup bersama dengan penuh kedamaian [learning to life together in peace in harmony ].
Anak-anak dibimbing, dipahamkan dengan lingkungannya, didekatkan dengan berbagai masalah tanah airnya, lebih lanjut diajak mempraktikkan semua yang didapat disekolah maupun yang diperoleh dari orang tuanya.
Secara strategis pramuka telah membungkus kurikulumnya dalam bentuk permainan, dengan bermain lingkaran, segitiga, atau angka “re”, anak-anak sedikitnya memperoleh pelajaran matematika. Ketika mereka diajak anjangsana ke pemerahan susu sapi, ke sawah, maka mereka telah mendapatkan pelajaran proses industri peternakan dan pertanian. Proses menanam padi, mengetam, menuai, merontok, menumbuk, cara mengairi sawah bahkan hingga pascapanen, didapatnya secara langsung dan dekat dengan obyeknya.
Hal tersebut akan lebih ideal bila dilakukan tidak hanya melibatkan satu sekolah dan mengajak pelbagai sekolah. Lebih ideal lagi ketika melibatkan anak-anak drop out sehingga memperoleh efek positifnya.


BERKOMUNIKASI ANTAR PERTI ALA PRAMUKA
[menyemaikan pengetahuan melalui kegaitan pramuka]
Terdapat manfaat yang significan ketika pramuka manggalang energinya lewat pembentukan gugus depan pramuka yang berpangkalan di kampus. Dengan munculnya satuan ini, maka jaringan komunikasi ilmiah sedikitnya akan tersemaikan, karena sudah menjadi watak ilmu itu sendiri, bahwa ilmu merupakan hal yang universal.
Suatu fakta menunjukkan bahwa pramuka perguruan tinggi mampu mencairkan kemandekan komunikasi keilmuan, karena dengan pertemuan antar perguruan tinggi terjadi saling asah asuh asih pengetahuan. Ketika seorang anggota pramuka yang secara kebetulan mahasiswa fakultas kedokteran, ternyata katika bertugas dilapangan akan lebih trampil dan bijak dalam mengambil keputusan. Setelah dilakukan pencermatan mendalam, penyebabnya adalah karena komunikasi intensif antara disiplin ilmu telah terjadi bahkan tumbuh dan berkembang didalam kegiatan pramuka perguruan tinggi.
Seorang sarjana kedokteran akan menimba pengetehuan tentang aspek hukum dan manageral kepada mahasiswa fakultas hukum.
Contoh konkrit yang sempat saya rekam:
“Seorang sarjana kedokteran ditunjuk di suatu Puskesmas”
Puskesmas tersebut berada di wilayah kabupaten dengan kekuatan personal 8 para medis dan beberapa tenaga honda-honorer daerah terdiri dari penjaga gudang, pembersih dan penjaga sepeda. Begitu ditempatkan berarti seorang sarjana tadi menempati posisi kepala Puskesmas, selang beberapa bulan bekerja, suatu pertanyaan yang disangka sebelumnya muncul dari seorang bidan. Pertanyaan mulai dari kenaikan berkala sampai cuti diluar tanggungan negara. Tak satupun pertanyaan mampu dijawab secara rasional oleh seorang dokter yang nota bene seorang Kepala Puskesmas. Fenomena ini adalah suatu kewajaran, karena realitas sosial yang kerap muncul di masyarakat belum mampu terakses di dalam curriculum, apalagi yang menyangkut UU Kepegawaian.
Menjawab keterbatasan inilah maka kegiatan pramuka harus mampu menjebatani lewat kreasi-kreasi cerdik dengan membuat wahana sambung rasa keilmuan.

MEMBANGUN JARINGAN SAMBUNG RASA KE ILMUAN
[gagasan untuk ditindak lanjuti gugus depan yang berpangkalan di kampus]
Kegiatan-kegiatan seperti “Raimuna” telah sarat dengan berbagai komunikasi keilmuan secara tidak langsung, namun perlu gagasan baru untuk melakukan pencerahan ke arah kelimuan dengan menkonkritkan gagasan baru. Gagasan ini dimaksudkan sebagai komplemen dari aktivitas ke ilmuan di kampus dengan mensinergikan berbagai disiplin ilmu. Melakukan penelitian bersama, seminar bersama dan melakukan pengabdian bersama. Akan lebih bermanfaat jaringan ini diarahkan kepada penyelamatan lingkungan dengan dengan melibatkan berbagai aspek. Misalnya dengan mencermati satu fenomena kerusakan alam, tragedi pemandian air hangat Pacet-Mojokerto, maka setiap aspek akan ikut serta didalamnya mulai bidang geologi, geografi, hidrologi, hukum, kesehatan, ke hutanan, ekonomi, pariwisata, dan pendidikan akan terlibat didalamnya. Inilah gagasan sinergi.
Disamping gagasan diluncurkan, pramuka yang berpangkalan di kampus harus terus menerus memperbaiki citra dirinya, tanggalkan kesan eksklusif perguruan tinggi, jadikan kampus sebagai wahana memuculkan kader-kader penurus, sehingga menjadi gudang pembina pramuka.
Dengan memperbaiki citra diri, maka keutuhan dan kemandirian seorang anggota pramuka akan akan dipenuhi dengan triple “Q” [ IQ,EQ dan SQ], sehingga pada gilirannya akan membangun kecerdasan kepemimpinan LQ-Leader Quetions.

FILSAFAT ILMU TEMU IV




APRIORI DAN APOSTERIORI

Proses pikir yang dikembangkan manusia semakin memberikan pemahaman dan pengertian, apa yang merupakan obyek pengetahuan ilmiah. Pendalaman dilakukan sebagai upaya mencapai musabab pertama [the first causes], ataupun sebab terakhir [the last causes]. Dari pengembaraan pikir inilah ditemukan dua model yang mewakili kelompok ilmu.
Pertama adalah yang mewakili kelompok ilmu yang mementingkan pengamatan dan penelitian, yang disebut empiris [“empirical’ dari kata Yunani yang maknanya “meraba-raba”], atau aposteriori kata latin.
Kedua adalah yang mewakili kelompok ilmu yang seakan-akan ingin menangkap susunan kenicayaan secara apriori, dengan mengandalkan penalaran/rasio.

APOSTERIORI

TERMINOLOGI
Aposteriori berasal dari kata latin “post” yang maknanya “sesudah”, oleh karenanya segala ungkapan ilmu baru terjadi ketika seorang-orang melakukan pengamatan melalui inderanya.

CARA KERJA
Aposteriori cara kerjanya berada pada ruang lingkup ilmu-ilmu empiris yang sering disebut dengan cara “induksi”

EMPIRISME:
Empirisme merupakan aliran yang megakui bahwa pengetahuan itu pada ahkikatnya berdasarkan pengalam atau empiris melalui alat indera. Empirisme menolak pengetahuan yang semata-mata berdasarkan akal karena dipandang sebagai spekulasi belaka yang tidak berdasarkan realitas, sehingga berisiko tidak sesuai dengan kenyataan. Pengetahuan sejati harus dan seharusnya berdasarkan kenyataan sejati yakni realitas.
Tiga tokoh terkenal dalam kelompok yang mewakili wilayah empiris ini antara lain :

John Locke

John Locke [1632-1704]
adalah seorang dokter yang berasal dari Inggris yang juga menjadi salah satu penasihat raja Inggris. Dalam berbicara sangat rigit dan berhati-hati, dan ungkapannya yang dikenal hingga saat “ Tidak ada sesuatu pada akal yang sebelumnya tidak ada pada indera kita”. Jadi, indera sebagai sesuatu hal yang primer, sedangkan akal sebagai hal yang sekunder yang fungsinya hanya sebagai penerima”
Dari ungkapanya menunjukkan bahwa John Lock menolak doktrin Rene Descartes “Doktrine of innate ideas”

Karyanya:
Essay Concerning Human Understanding.
Esai yang berkenaan dengan pemahaman manusia [1690]

George Berckeley

George Berckeley [1685-1753]
Adalah seorang pendeta, dilahirkan di Irlandia di wilayah Kilkeni. Kakek moyangnya berasal dari Inggris Protestan. Pada tahun 1707 diangkat menjadi wakil uskup Derry, kemudian setelah sepuluh tahun menjadi uskup Coloin, kemudian meninggal pada tahun 1753. Pikirannya lebih radical dibanding dengan John Locke, ucapannya sangat tegas "Esse est percipi” ada karena diamati”

Karyanya:

A Treatise Concerning the participle of Human Knowledge.
Risalah mengenai Prinsip-prinsip Pengetahuan manusia [1790]


David Hume

David Hume [1711-1776]
Hume mengatakan sesuai dengan ucapan Berckeley yakni “Esse est percipi”, mata saya menatap pada apa yang saya amati, kalimat inilah yang menunjukkan bahwa David saya terguh pendirianya, bahwa indera yang menuntun manusia menemukan pengetahuan.

Karyanya :
A Treatise Of Human Nature
Risalah Mengenai sifat Manusia selanjutnya direvisi pada tahun 1740 menjadi:
Enquiry Concerning Human Understanding.
Penelitian pemahaman atas manusia



INDUKSI:

Adalah penalaran dengan kesimpulan yang wilayahnya lebih luas daripada premisnya, sehingga merupakan cara berpikir dengan menarik simpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yangt bersifat individual. Keuntungan dari cara berpikir ini adalah mengkondisi berlanjutnya penalaran, dan sangat ekonomis.
Contok induksi


Besi dipanaskan memuai
Baja dipanskan memuai
Seng dipanaskan memuai
Aluminium dipanaskan memuai [Premis kasus-kasus individual ]

Logam jika dipanaskan memuai [Simpulan umum ]

Jika seorang-orang akan melakukan penelitian dengan menggunakan metode induksi, maka harus melalui tahapan-tahapan berikut:
1. perumusana masalah: masalah yang hendak dicarikan penjelasan ilmiahnya.
2. pengajuan hipotesis:mengajukan penjelasan yang masih bersifat sementara untuk diuji lebih lanjut melalui verifikasi
3. pengambilan sample:pengumpulan data dari beberapa fakta particular yang dianggap bisa mewakili keseluruhan untuk keperluan penelitian lebih lanjut]
4. Verifikasi:pengamatan disertai pengukuran statistic untuk memberi landasan bagai hipotesa
5. tesis: hipotesis yang telah terbukti kebenarannya.


APRIORI

TERMINOLOGI:
Dari kata latin “prius” sebelum, karena itu ilmu-ilmu ini ingin menentukan apa kiranya yang mendahului adanya kenyataan itu.

CARA KERJA:
Apriori cara kerjanya berada ruang lingkup ilmu-ilmu pasti yang biasanya disebut dengan cara “deduksi”, karena lingkup mendahului adanya kenyataan itu [prius], maka sangat mengandalkan “rasio” rasionalisme
RASIONALISME:
Merupakan aliran yang mengakui bahwa pengetahuan itu pada hakikatnya berdasar pada akal [rasio]. Akal merupakan penggerak dari sebuah kesanggupan untuk berpikir. Tanpa pikiran, tentu tidak ada sesuatu yang dipikirkan , dan tidak ada yang diketahuinya.
Rasionalisme menolak pengetahuan yang hanya berdasarkan pengamatan dan pengalaman.


Rene Descartes

Rene Descartes
Adalah seorang-orang yang berasal dari Perancis, mendapatkan ajaran pada biara katholik. Descartes membangun system filsdafati yang melibatkan metode penelitian, metafisika, fisika, dan biologi mekanistik.
Menurutnya, jika akan memulai harus ada pangkalmnyaà titik archimides. Pangkal yang yang dimaksud adalah pangkal pikir yang menyatakan “ Cogito ergo sum”, karena aku berpikir, jadi akau ada. Dengan demikian akal [berpikir] menjadi pangkal filsafatnya, oleh karenanya aliran ini dikenal rasionalisme.

Leibnitz

Leibnitz.
Seorang Jerman yang pada usia 17 tahun telah menjadi sarjana, Teorinya menyatakan bahwa segala sesuatu itu terjadi dari monode, tidak ada hubungannya dengan luar, dan tidak mempunyai hubungan apa pun. Pengetahuan tidak berpangkal di luar diri kita, tetapi berpangkal pada diri kita sendiri, yaitu akal. Gagagasan cemerlangnya melahirkan doktrin “Doctrine of innate idea”[innate = dibawa sejak lahir]

Wolff.
Adalah seorang warga Jerman yang merupakan eksoponen dari aliran rasionalisme. Ia adalah seorang guru besar yang menyebarkan pokok-pokok pikiran rasionalis. Kita dapat memperoleh pengetahuan atas dasar rasio, terlepas dari pengalaman. Apa yang dikatakan rasio itulah yang benar. Dengan tegas menyatakan bahwa pengetahuan kita senantiasa berdasarkan innate ideas yang bersumber pada diri kita dan berpangkal dari rasio kita.

DEDUKSI Deduksi diberi batasan sebagai penalaran dengan simpulan yang lebih sempit daripada wilayah premisnya. Cara kerja deduksi berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. SILOGISMUS

Setiap manusia pasti mati----Primis mayor[Premis lebih luas/umum]
Djoko AW adalah manusia---- Primis minor [Simpulan lebih sempit
Djoko AW pasti mati ====== Konklusi [simpulan lebih sempit]


EMPIRIS VERSUS RASIONAL

EMPIRIS:

Mementingkan obyek
Mengahargai cara kerja induktif Aposteriori
Lebih mengutamakan pengamatan indera

RASIONAL:

Mementingkan subyek
Menghargai cara kerja deduktif Apriori
Lebih mengutamakan panalaran akal budi

Simpulan :
-Akhirnya Aristoteles menggabungkan antara Aprori dan Aposteriori.
-Munculnya faham fenomenalisme ajaran Immanuel Kant [1724-1804] yang mendamaikan pertentangan antara rasionalisme dan empirisme. Faham ini menjelaskan bahwa pengetahuan manusia merupakan paduan atau sintesa antara unsure-unsur apriori dan aposteriori. Dari sintesa tersebut dapat dirumuskan secara holistic baik secara empiris yang juga dilandasai penalaran logis.

RUJUKAN YANG DIGUNAKAN

Donny Gahral Adian [2002] Menyoal Obyektivisme Ilmu Pengetahuan: Penerbit Teraju Jakarta 38 :43 :48:
Ismali Asy-Syarata [2005] Ensilkopedia Filsafat : Penerbit PT Kahlifa Jakarta 43 :68 :82:188:205
Jujun Suriasmantri [2004] Ilmu Dalam Perpektif [Sebuah kumpulan karangan tentang hakikat ilmu] : Yayasan Obor Indonesia Jakarta Bab IV 61:70
Mohammad Muslih [2006] Filsafat Ilmu [Kajian atas dasar asumsi dasar paradigma dan kerangka Teori Ilmu pengetahuan]: Penerbit Belukar Yogyakartaà Bab III 48 :52
Lavine. T.Z [1984] David Hume [Risalah filsafat empirisme] : Penerbit Jendela Yogyakarta 9.
Rene Descartes [2003] Discourse Method [terjemahan Diskursus Metode] : Penerbit IRCiSoD Yogyakarta
Sonny Keraf [2001] Ilmu Pengetahuan [Sebuah Tinjauan Filosofis]: Penerbit Kanisius Yogyakarta Bab III, 43:62
Sutardjo.A. Wiraatmaja [2006] Pengantar Filsafat: PT Refika Aditama Bandung Grafindo à Bab IV 93:98
Thoyibi M [1994] Filsafat Ilmu dan Pengembangannya: Penerbit Universitas Muhhadiyah Surakarta, Surakarta 65 : 70
Verhaak [2004] Filsafat ilmu Pengertahuan [Seri Filsafat Driyarkara1. Telaah atas cara kerja ilmu-ilmu]: PT Gramedia Jakartaà Bab III. 27-66, Bab IV, 81-87
26/11/2007 [Maaf Uji Coba, ]

Wednesday, November 21, 2007

FILSAFAT ILMU TEMU I


FILSAFAT ILMU

[Sebuah terminologi]
=Filsafat dan
Ilmu =Filsafat Ilmu Sistematika= Filsafat iImu

Filsafat Dan Ilmu
Istilah filsafat atau falsafah memiliki banyak arti. Menurut Socrates, filsafat merupakan cara berpikir secara radikal dan menyeluruh [holistic] atau cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya.
Filsafat dalam peranya tidak bertugas menjawab pertanyaan yang muncul dalam kehidupan, namun justru mempersoalkan jawaban yang diberikan. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa berfilsafat adalah berpikir radikal (hingga sampai ke-akarnya], menyeluruh dan mendasar.
Wiil Durant adalah seorang-orang yang menggambarkan filsafat sebagai pasukan marinir yang sedang merebut sebuah pantai. Setelah pantai berhasil dikuasai, pasukan infanteri dipersilahkan mendarat. Pasukan infanteri adalah merupakan, “pengetahuan “ yang diantaranya “ilmu”.
Dari realita itulah nampak bahwa ilmu berasal dari filsafat, perkembagan ilmu senantiasa dirintis oleh filsafat. Oleh karena itu untuk memahami ilmu terlebih dahulu harus memahami filsafat.
Filsafat mendorong orang untuk mengetahui apa yang sudah diketahui dan apa yang belum diketahui.
Dinyatakan pula oleh Wiil Durant bahwa filsafat pada awalnya memiliki dua cabang, yakni :
filsafat alami [natural philosophy]
filsafat moral [moral philosophy]

Filsafat mengalami berkembang menjadi ilmu-ilmu alam sedangkan filsafat moral berkembang menjadi ilmu-ilmu sosial.
Hal-hal yang menjadi kajian filsafat adalah :

Logika
Logika adalah kajian yang mencari mana yang benar dan yang salah
Etika
Etika adalah kajian yang mencari mana yang baik dan yang tidak baik

Estetika
Estetika adalah kajian untuk menentukan mana yang indah dan mana yang tidak indah
Metafisika
Metafisika adalah kajian yang termasuk ke dalam teori tentang ada atau tentang tidak ada, hakikat keberadaan suatu zat, hakikat pikiran, dan kaitan antara pikiran dan zat.
Politik
Politik adalah kajian mengenai organisasi pemerintahan yang ideal.

Simpulan singkat yang kita peroleh adalah :


Filsafat bersifat menyeluruh, mendasar dan spekulatif, sedangkan cakupan filsafat hanyalah hal-hal yang bersifat umum.


Ilmu memiliki cakupan yang lebih sempit dari filsafat, namun memiliki kedalam dan lebih tuntas. Ilmu mengalami perkembangan, yakni perkembangan tahapan awal dan tahapan akhir. Pada tahapan awal ilmu masih menggunakan norma filsafat sebagai dasarnya dan metode yang digunakan adalah metode normatif dan deduktif. Tahapan berikutnya ilmu menggunakan temuan-temuan sebagai dasarnya dan menyatakan dirinya sebagai sesuatu yang otonom/lepas dari filsafat, dengan menggunakan metode deduktif dan induktif.


FILSAFAT ILMU

Yang dimaksud dengan filsafat ilmu adalah studi sistematik mengenai sifat hakikat ilmu, khususnya yang berkenaan dengan metodenya dan kedudukannya di dalam skema umum disiplin ilmu.
Untuk mendapatkan gambaran singkat tentang pengertian filsafat ilmu dapatlah dicermati rangkuman ranah telaah yang tercakup dalam filsafat ilmu, seperti berikut :

Filsafat ilmu adalah suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu, terhadap symbol-symbol yang digunakan, dan terhadap struktur penalaran tentang system symbol yang digunakan. Telaah kritis diarahkan untuk mengkaji ilmu empirik dan juga ilmu rasional, juga untuk membahas studi-studi bidang etika dan estetika, studi sejarah, antropologi, geologi dll.
Metode yang diangkat biasanya dinyatakan dengan istilah induktif, deduktif, hipotesis, data, penemuan dan verifikasi. Selanjutnya secara mendalam dinyatakan dengan istilah ekperimentasi, pengukuran, klasifikasi, dan idealisasi.

Filsafat ilmu adalah suatu upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep dan upaya membuka tabir dasar-dasar empiris (ke-empirisan) dan dasar-dasar rasional (ke-rasionalan). Aspek filsafat sangat erat hubungannya dengan hal ihwal yang logis dan etimologis. Sehingga peran yang dilakukan adalah ganda. Pada sisi pertama filsafat ilmu mencakup analisis kritis terhadap “anggapan dasar”, seperti waktu, ruang, jumlah /kuantitas, mutu/kualitas dan hukum. Sisi lain filsafat ilmu menelaah keyakinan menganai penalaran proses-proses alami.

Filsafat ilmu merupakan studi gabungan yang terdiri dari beberapa kajian, yang diajukan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu. Juga berperan untuk menganalisis hubungan atau antar hubungan yang ada pada kajian satu terhadap kajian yang lain.



BEBERAPA TERMINOLOGI FILSAFAT ILMU

menurut :


Robert Ackermann :
Sebuah tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini yang membandingkan dengan pendapat terdahulu yang telah dibuktikan
Lewis White Beck:
Mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah, serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan
Cornelius Benyamin
Cabang pengetahuan filsafati yang menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya, konsep-konsepnya, praanggapan-praanggapannya , serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang intelektual
May Brobeck :
Sebagai analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukiasan , dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.


TUJUAN FILSAFAT ILMU

Sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah
Usaha merefleksi , menguji, menkritik asumsi dan metode keilmuan
Memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Karena setiap metode ilmiah keilmuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis dan rasional.





MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN

1. Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan perindustrian dalam batasan nilai ontologis. Melalui paradigma ontologism diharapkan dapat mendorong pertumbuhan wawasan spiritual keilmuan yang mampu mengatasi bahaya sekularisme ilmu pengetahuan.
2. Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan pertindustrian dalam batasan nilai epistemologis. Melalaui paradigma epistemologis diharapkan akan mendorong pertumbuhan wawasan intelektual keilmuan yang mampu membentuk sikap ilmiah
3. Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan perindustrian dalam batasan axiology. Melalui paradigma axiologis diharapkan dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai etis, serta mendorong perilaku adil dan membentuk moral tanggung jawab. Ilmu pengetahuan dan teknologi dipertanggung jawabkan bukan unntuk kepentungan manusia, namun juga untuk kepentingan obyek alam sebagai sumber kehidupan
4. Menyadarkan seorang-orang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir “menara gading”, yakni hanya berpikir murni dalam bidangnya tanpa mengkaitkan dengan kenyataan yang ada di luar dirinya. Kenyataan sesungguhnya bahwa setiap aktivitas keilmuan nyaris rtidak dapat dilepaskan dari konteks kehidupan sosial kemasyarakatan


CATATAN PERIHAL ILMU PENGETAHUAN

1. Ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menjelaskan rahasia alam agar gejala alamiah tersebut tidak lagi merupakan misteri. Penjelasan ini akan memungkinkan kita untuk meramalkan apa yang akan terjadi
2. Ilmu dankebenaran ibarat dua sisi dari sekeping mata uang [two sides of some coin]. Dengan kata lain, “ if one were to speak about truth or reality one has to investigate how to know what reality is”
3. Netralitas ilmu: Ilmu itu sendiri bersifat netral tidak mengenal baik atau buruk, dan si pemilik pengetahuan itulah yang mempunyai sikap.
4. Ilmu pengetahuan pada dasarnya lahir dan berkembang sebagai konsekuensi dari usaha-usaha manusia baik untuk memahami realitas kehidupan dan alam semesta maupun untuk menyelesaikan permasalahan hidup yang dihadapi, serta mengembangkan dan melestarikan hasil-hasil yang dicapai manusia sebelumnya.
5. Dikatakan oleh Einstein, “bahwa ilmu dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan fakta apapun juga teori yang disusun diantara mereka”



RUJUKAN YANG DIGUNAKAN

Ahmad Tafsir [2004] Filsafat Ilmu [mengurai Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Pengaetahun] : PT Remaja Rosda Karya Jakarta: hal. 35-59
Alex Lanur OFM [1993] Hakikat Pengertahuan dan Cara Kerja Ilmu-ilmu : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta: hal.13:52
Conny Semiawan, Dkk [2005] Panorama Filsafat Ilmu [Landasan pengembangan ilmu sepanjang Zaman] : Penerbit Teraju [PT Mizan Publika] Bandunga Bab IX .107: 123
Rizal Muntansyir [2001] Filsafat Ilmu : Pustaka Pelajar Jakarta . Bab I ; 1:26, Bab II 42:49
Shah AB[1986] Metodologi Ilmu Pengetahuan : Yayasan Obor Indoensia – PT Karya Uniper Jakarta Bab III 24:30


21/11/2007/

Kami sedang uji coba!, maaf