SILA CARI DI SINI!

Google

Thursday, February 21, 2008

FIDEL CASTRO MUNDUR KARENA UZUR

Castro Mundur Setelah 49 Tahun:
Usia lanjut 81 tahun dan kesehatan yang memburuk membuat Fidel Catro, selasa 19 Pebruari 2008, memutuskan mundur sebagai Presiden Kuba. Keputusan ini mengakhiri peran Castro sebagai kepala Negara Kuba selama hampir setengah abad. Sebuah jabatan terpanjang, yang diraihnya melalui revolusi bersenjata pada tahun 1959. Lawan sengit Castro, Negara adi kuasa Ameika Serikat telah berganti Presiden sembilan kali, dan semuanya melakukan operasi penumbangan, namun gagal.
Dunia agak terkejut ketika Presiden Kuba ini meyerahkan kekuasaan kepada Jendral Raul Castro pada awal Agustus 2006. Sudah tamatkah pemimpin besar Kuba itu. Ternyata kemarin terbukti. Barangkali ia hanya terlalu letih. Tapi realitas berbicara lain. Kekuasaan sekarang sudah beralih kepada penerusnya, yang notabene masih kerabatanya. Bukan karena Raul Castro adik kandungnya, namun Si Raul dalam dinamika perjuangan sangat intens dan setia kepada kakaknya. Konon hampir semua jabatan penting kenegaraan dan kepartaian telah diserahkan kepada Raul, yakni sekretaris pertama komite Pusat Partai Komunis Kuba, Panglima Angkatan Bersenjata Kuba, dan presiden Dewan Negara.
Karena merupakan peritiswa Unique, warung kami mencoba mensisir siapa tokoh ini. Dan warung mengidentifikasikan semua buku yang terkait dengan Fidel Castro. Sampai saat ini perbukuan Indonesia telah menerbitkan sebanyak 8 buku, 3 buku memuat Fidel Castro bersama tokoh lainnya, dan 5 buku bertutur tentang dirinya. Semuanya sudah ada di warung dan sedang dimasak.
Tiga buku yang dimaksud:
  1. POROS SETAN [ Kisah Empat Presiden Revolusioner: Fidel Castro-M.Ahmadinejad- Evo Morales- Hugo Chavez]
  2. INILAH PRESIDEN RADIKAL! [Potret Kepemipinan Alternatif: : - - Evo Morales- Hugo Chavez-Mahmoud Akhmadinejad- Fidel Castro]
  3. 50 TOKOH POLITIK LEGENDARIS DUNIA
Lima Buku Lainnya:

  1. Fidel Castro Melawan (Imam Hidayah Usman)
  2. Fidel Castro Revolusi Sampai Mati [Ferdinand Zaveira]
  3. Reflectins By The Commander In Chief “The Machine” – fidel Castro Menentang Amerika (Refleksi 2007) (Fidel Castro Ruz)
  4. Fidel Castro 60 Tahun Menentang Amerika (A.Pambudi)
  5. Pidato Revolusioner [Sejarah Akan Membebaskanku](Fidel Castro)
DETAIL BUKU:
JUDUL : Fidel Castro Melawan (Imam Hidayah Usman)
PENGARANG : Imam Hidayah Usman
PENERBIT : mediakita Jl Sutan Iskandar Muda No.100-A-B- Lt 2 Kebayorran Lama Jakarta Selatan 12420 Telp. [021] 7290899 7707129, 7701295. E-mail: info@mediakita.com web: http://www.mediakita.com/
CETAKAN : I 2006
ISBN : 979-794-033-0
JUMLAH HALAMAN: 126
Kebanggaan sang Castro:
“Aku minta pada kalian agar optimis, sekaligus siap untuk menghadapi berita apapun. Untuk semua yang peduli pada kesehatanku, aku berjanji apapun. Untuk semua yang peduli pada kesehatanku, aku berjani memperjuangkan kesehatanku”
[Hlm:1]
Suatu jawaban kepada kelompok Anti-Castro, ketika kesehatannya sedang menurun, dan dikabarakan menderita veritigo hingga sekarat.
Ternyata, tiba-tiba Fidel Castro tetap berdiri, dan seraya tersenyum dan masih sempat mengatakan :
“Jangan salahkan aku jika aku belum mati sekarang”
Castro tetap berdiri, meski banyak orang yang gigih memaparkan sangkaan-sangkaan bahwa dirinya adalah seorang ditaktor, seorang yang memeras rakyat Kuba demi kentungan kantung pribadinya. Ia lantang berkata“ Jika mereka mampu membuktikan aku memiliki rekening di luar negeri...bahkan jika itu berisi satu dolar, aku akan mengundurkan diri dari kedudikanku!“
Di depan anak-anak muda di negaranya, ia begitu meyakinkan bilang, „Tak ada anak muda lain di dunia ini yang terdidik sebagaimana kalian terdidik...tidak ada anak muda lain di dunia ini yang memiliki banyak ilmuwan, spesialis, insinyur, profesor, guru, dokter. Kita adalah negara, di dunia ketiga dan seluruh dunia, dengan jumlah guru yang paling banyak perkapita. Termasuk dosen dan profersor. Apakah kita akan menyerah? Kita adalah sebuah negara yang memiliki jumlah dokter yang paling tinggi perkapita, dan distribusi dokter-dokter kita paling tinggi perkapita. Apa kita akan menyerah? Tak ada anak muda di dunia ini yang memiliki begitu banyak sumber daya“ [Hlm:3]
Kuba dan Yogyakarta :
Ternyata Kuba adalah negara paling peka dan tanggap terhadap aneka bencana terbukti ketika gempa di Yogyakarta hadir paling pertama. Presiden Republik Indonesia serta merta memberi penghargaan dan terima kasih dari rakyat Indonesia kepada tenaga tenaga medis Kuba. Rasa simpati SBY sebgai Presiden terus berlajut, ini terlihat dalam pidatonya di sela-sela KTT Non Blok pada September 2006 yang lalu:
Tanggal 3 Juni 2006 kalian tiba di Yogyakarta, setelah menempuh perjalanan hampir separuh bola dunia. Kalian datang ke tempat yang belum pernah kalian datangi. Ketika para korban melihat anda sekalian, walaupun mereka menderita, mereka bisa kembali berharap. Kalian menyelamatkan kehidupan. Kalian menyembuhkan yang luka. Kalian menghibur mereka yang dalam derita.
„ Dalam waktu 3 bulan, kalian telah melakukan 773 operasi besar kepada korban cidera, 2436 operasi ringan, membantu 34 kelahiran bayi tanpa kematian, dan melakukan imunisasi anti tetanus atas 10.000 orang. Kalian juga memberi hadiah kepada Pemerintah Indonesia dua rumah sakit lapangan.
:Kalian telah membuktikan betapa eratnya persahabatan Kuba Indonesia. Kalian juga telah memberi kesaksian ebetapa manusia
ini adalah anak-anak dari Yang Maha Kuasa sama”
[Hlm:8]
Kesehatan dan Pendidikan.
Kesehatan:
Saat ini angka kematian bayi di Kuba hanya 5,8 perseribu penduduk, dan jika dibandingkan dengan Indonesia tentunya jauh. Saat ini di Indonesia angka kematian bayi 40 perseribu penduduk .
Angka harapan hidup di Kuba mencapai angka 76 dan di Indonesia saat ini hanya mencapai angka 66 tahun.
Kuba sampai tahun 2003 saja telah memiliki 64.000 dokter yang siap melayani kurang lebih 12 juta penduduk. Berbeda dengan Indonesia yang hanya memiliki 34.000 dokter dan harus melayani 210 juta penduduk. [hlm:9]
Pendidikan:
Kuba menorehkan prestasinya dengan menggratiskan seluruh pendidikan bagi rakyatnya. Slogan-slogan untuk membangkitkan gairah belajar semacam: “ the people should teach the people’ atau “ if you know, teach ; if you don’t know, learn!. Slogan ini bertebaran di wilayah rakyat, seperti lahan-lahan pertanian, perkebunan, pabrik-pabrik. Tentunya . Terdapat slogan-slogan senada yang di munculkan di media-media massa kuba yakni “ Every Cuban a teacher; every house to school.
Dikaitkan dengan melek huruf Kuba paling luar biasa, sebelum Castro memegang tampuk kemimpinan jumlah buta huruf berkisar 30 % saat ini telah terkikis habis.
Bagaimana dengan GURU ?
Komposisi jumlah Guru dan murid juga merupakan fakta menarik. Di tingkat sekolah dasar, setiap 20 murid dilayani satu Guru. Sedangkan sekolah menengah satu orang Guru melayani 15 murid.
Guru di Kuba bukan mereka yang telah berhasil menggegam akta mengajar [sertifikasi], seperti yang terjadi di Indonesia. Guru di sana adalah guru lulusan Universitas dan selalu mendapat pelatihan yang berkualitas dan intens.
Lebih dari itu, dimulai sejak tahun 2000 pemerintah Kuba menggelar program yang dinamakan „University for all“. Program ini memberi kesempatan bagi seluruh rakyat Kuba, laki-laki, perempuan, sudah menikah atau belum, untuk menempuh pendidikan universitas. Tujuannya, Kuba ingin menjadi „ a nation becomes a university“[hlm:11]
Invasi Teluk Babi 15-17 April 1961, sebuah kegagalan CIA.
“ Kami tak memiliki apa-apa lagi. Bagaimana bisa kalian Orang Amerika berlaku seperti ini kepada kami, kepada rakyat dan Negara kami?[Pesan lewat radio komandan Brigade 2506 Perez San Roman]
Dewi Fortuna memihak Castro, Pasukan dukungan Amerika carut marut, dan dengan kelicikannya Amerika “lempar batu sembunyi tangan“ meninggalkan pasukan tersebut.
Fidel Castro menyeru:
“Revolusi telah menang…..Menghancurkan dalam waktu kurang dari 72 jam pasukan yang telah dilatih oleh pemerintah Imperalis Amerika Serikat!”
Dalam pidatonya tanggal 20 April 1961 [Castro membakar semangat rakyatnya]
Amerika Serikat tak memiliki hak apapun untuk mencampuri urusan dalam negeri kita. Kia tak berbicara dalam bahasa Inggris dan kita tak menguyah permen karet. Kita memiliki tradisi berbeda, kultur yang berbeda, cara pikir kita sendiri. Kita tidak memiliki perbatasan apapun. Batasan kita laut, itu telah tergambar dengan jelas! Bagaimana mungkin para politisi busukdan penindas lebih memiliki hak ketimbang rakyat? Apakah hak sebuah negeri kaya untuk memaksa dan menindas rakyat kita? Hanya karena memiliki kekuatasn, mereka lantas tidak punya kegelisahan; mereka sama sekali tidak menghormati peraturan Internasional. Mereka harusnya malu….”pekik Fidel Castro [hlm 75]

PUISI TAUFIK ISMAIL UNTUK KUBA :
[Senarai Perang untuk Bahan hafalan Pelajaran Sejarah]
„...Adalah Kuba, pualu sebesar telapak tangan
Jarak dari ujung Florida sepelemparan bola tangan
Diengkuk-engkok dan ditekuk-tekuk tidak mempan
Ditunjuk-ajara pelajaran demokrasi tidak sudi
Dicekik leher ekonominya masih bernafas saja
Dicoba di bunuh presidennya tak mati-mati juga
Lihatlah Fidel Catro itu kini
Tetap saja dan tegak, di senja umurnya ini......“

JUDUL : Fidel Castro Revolusi Sampai Mati [Ferdinand Zaveira]
PENGARANG : Ferdinand Zaviera
PENERBIT :Garasi Jl Anggrek 97A-97-B Sambilegi Lor Mangunharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta Telp. [0274] 4332044. E-mail: garasibuku@yahoo.com
CETAKAN : I Pebruari 2007
ISBN : 979-25-4398-8
JUMLAH HALAMAN: 180

[Kata pengantar buku ini menorehkan riwayat keluarga Castro yang amburadul, Castro dikatakan sebagai seorang-orang ditaktor klasik dimana ia muncul bukan dari pusat sejarah masyarakatnya, tapi dari pinggiran baik secara moral maupun fisik
Ayahnya adalah seorang ”Gallago” yang kasar dan tidak jujur dari utara Spanyol yang sangat miskin. Inilah tipikal dari Napoleon yang berasal dari Corican; Hitler dari Austria; dan Stalin dari Georgia. Akhirnya Castro menjadi kombinasi memikat antara mempesona dan kejam. Ketika dia berada di SMA Jesuit, Fidel dengan sengaja mempelajari para fasis Eropa. Dari Mussolini, dia mengambil retorika histeris ala Italia. Dari Hitler dia membawa berbagai pelajaran Austria dalam hal sosiologi revolusi, sedangkan Castro mengkreasi basisnya sendiri dari kelas pekerja dan petani.[hlm:11]

Debut:
Pada 1953, Fidel Castro menyerang barak Moncada, dibuang ke Meksiko, namun kembali ke Kuba pada November 1956 dengan 82 orang pejuang yang dilatih oleh Alberto Bayo (bekas kolonel dalam Tentara republik Spanyol), dan dengan bantuan ketidakpuasan rakyat berhasil menggulingkan Batista, yang melarikajn diri pada 1 Januri 1959. [hal 28].

Sikap Amerika :
Sejak Castro berkuasa, AS secara progresif memberlakukan undang-undang yang dimaksudkan untuk mengisolasi Kuba secara ekonomi lewat embargo AS dan langkah-langkah lainnya, seperti menghukum warga AS yang berlibur ke Kuba. (hlm:29).
Invasi teluk Babi April 1961 oleh pelarian Kuba yang didukung AS merupakan manifestasi kebenciannya terhadap pemerintahan Fidel Castro, namun nasib tidak berpihak pada AS, kegagalan invasi terjadi. Bahkan Presiden AS John F. Kenendy meninggalkan para penyerbu, agar jejak AS tidak terekam. [hlm:29 dan hlm 63]
Hak Asasi Manusia di bawah Castro
Di masa lampau, pemerintah Kuba telah dituduh melakukan sejumlah pelanggaran hak asasi manusia, termasuk penyiksaan, penahanan sewenang-wenang, pengadilan yang tidak adil, dan hukuman mati yang dijatuhkan tanpa proses peradilan. Laporan lain dari 1959-1987 mengatakan bahwa sebanyak 35.000-141.000 orang telah dihukum mati. Pembangkangan pada saat itu mengeluh mengalami pelecehan, sedangkan yang lainnya mengaku telah disiksa.
Ada suatu isu, orang percaya bahwa kematian yang disebabkan „kecelakaan“ yang bisa terjadi atas lawan-lawan Castro, bahkan mereka yang remaja terus berlangsung. [hlm:36]
Fidel Castro, Tukang kawin dan sering „Gendakan“ dan dibikin malu anaknya
(Catatan warung : gendakan istilah di Jawa Timur, maknanya pacaran alias selingkuh)
Dengan isteri pertamanya, Mirta D. Balart, Castro mempunyai seorang anak bernama „Fidelito“ Castro Diaz-Balart. Dengan isteri keduanya (Dalia Soto del Valle) mempunyai anak empat bernama Alex, Alexis, Antonio,dan Alejandro. [hlm:77]
Fidel Castro juga mempunyai tiga anak yang lain hasil hubungannya dengan Naty Revuelta yang menghasilkan seorang anak perempuan bernama Alina Fernadez Revuelta
Alina meninggalkan Kuba pada tahun 1993 dan mencari suaka di Amerika Serikat, yang perbuatannya itu sangat memalukan ayahnya. Dan diapun menjadi seorang pengkritik vocal terhadap berbagai kebijakan ayahnya.
Selama hari-harinya di Sierra, Castroberhubungan dengan sangat romantis dengan pengikutnya yang bernama Celia Sanchez [hlm:78]

Simpatisan Castro:
Fidel Castro ternyata masih dicintai banyak orang, Pada ulang tahunnya yang ke -80 pada tanggal 13 Agustus 2006, mendapat sambutan meriah dari warga Kuba dan beberapa pemimpin Negara sahabat.
Evo Morales, Presiden Bolivia, tak haya menyanyikan lagu ulang tahun bagi sobat Che Guevara itu Morales bahkan berjanji mengirim kue ulang tahun yang mengandung tanaman coca (bahan dasar kokain) pada perayaan ulang tahun Castro, Desember mendatang.
Ucapan selamat juga datang dari Hugo Chaves presiden Venezuela. Kecintaan Chaves terhadap Castro diwujudkan dengan membesuknya di Havana,, Chaves mengaku membawa kadoi belati dan cawan yang pernah dibawa Simon Bolivar, pejuang kemerdekaan Amerika Latin abab ke -19.
Pembenci Castro alias ANTI-CASTRO:
Rilis kelompok anti-Castro mencurigai pemerintah kuba menutupi kondisi Castro sebenarnya. Sejumlah imigran Kuba yang menetap di Miami, Amerika Serikat (AS), bersukaria mendengar kesehatan Castro yang memburuk. Dengan membunyikan klakson mobil, memukuli kaleng-keleng dan bersorak-sorai, mereka menari di jalan-jalan daerah Little Havana di kota Miami. Mereka juga melambaikan bendera Kuba dan meneriakkan “Viva Cuba Libre”-“Long Live Free Cuba” (Panjang Umur Kuba Merdeka). Bahkan Senator Amerika Serikat berdara Kuba, Mel Martinez, berkata bahwa ada kemungkinan Castro dalam kondisi sekarat atau meninggal. [Hlm: 105]
JUDUL : Reflectins By The Commander In Chief “The Killing Machine” – fidel Castro Menentang Amerika (Refleksi 2007) (Fidel Castro Ruz)
PENGARANG : Fidel Castro Ruz
PENERBIT :Visimedia Jl H. Montong No.57 Ciganjur-Jagakarsa Jakarta Selatan 12630 Telp. [021] 78883030 (Ext 213,214,216). E-mail: visimediadiganjur@gmail.com
CETAKAN : I Agustus 2007
ISBN : 979-1043-73-6
JUMLAH HALAMAN: 177

JUDUL :Fidel Castro 60 tahun Menentang Amerika
PENGARANG : A.Pambudi
PENERBIT :Narasi Jl Irian Jaya D-24, Perum Nogotirto II Yogyakarta 55292 Telp. [0274] 7103084.
CETAKAN : I 2007
ISBN : 979-168-027-2
JUMLAH HALAMAN: 215

Pengantar Penerbit:
Castro adalah sebuah pribadi yang unik. Karakternya yang keras dan teguh memegang prinsip telah membentuk dirinya menjadi lawan yang tangguh bagi Amerika. Kemampuannya sebagai orator dan pesonanya dalam menghipnotis massa di puji oleh kawan mapun lawan. [Hlm : 7]
KELUARGA CASTRO Yang berantakanan.
Ada kemiripan antara kisah masa lalunya dengan Adolf Hitler- dan juga Soeharto. Mereka dilahirkan dalam keluarga yang secara ekonomi tidak kekurangan, namun kurang kasih sayang. Juntrungnya mereka menyimpan riwayat keluarga yang kurang menyenangkan.
Anak Pembantu Rumah Tangga
Ibunda fidel, bernama Lina Ruz Conzales, mula mula bekerja sebagai pembantu rumah tangga di kediaman Angel. Hubungan di luar nikah antarz Lina Ruz dan Angel membuahkan enam orang anak: Fidel, Raul, Angela, Ramon, emma, dan Juanita. Angel bercerai dengan isteri pertamanya ketika Fidel berumur 15 tahun, kemudian menikahi Lina Ruz, baru ketika Fidel berumur 17 tahun, Anggel mengakui Fidel sebagai anak kandungnya. [hlm:12]
Bakat Revolusioner:
Sejak muda usia, Fidel sudah menunjukkan bakat revolusionernya. Minatnya besar terhadap kukuasaan. Ia memiliki pandangan sendiri bagaimana sebuah Negara harus dikelola. Ia pandai mengkritik ortang lain yang melakukan sesuatu tidak seperti yang ia inginkan. Ia selalu merasa bisa melakukannya dengan baik. [hlm:15]
Menurut penuturan penulis biografinya. Peter S. Bourne, “sejak hari pertama masuk kampus, Fidel sudah tergila-gila dengan politik. Atmosfer kehidupan kampus yang agresif, kekerasan terorganisirr, dan ujuk rasa, yang menjadi faktor yang dianggap penting bagi kesuksesan mereka.
Fidel di masa mahasiswa telah memiliki jaringan luas, bukan saja di Kuba tetapi juga dibeberapa negara tetangga. Obsesinya adalah mengkikis pengaruh Amerika atau imperalis Barat lainnya dari seluruh Karibia dan Amerika Latin.
EMBARGO:

Sejak penerapan embargo oleh Amerika Serikat, perekonomian Kuba berada dalam bayangan gelap. Tenaga-tenaga profesional yang terdidik telah melarikan diri. 200 ribu kelas menengah dan atas Kuba, lari ke Amerika Serikat dengan membawa uang dan ketrampilan mereka.
Akibatnya pekerjaan administrasi pemertintahan kacau balau.
Salah satu contoh, begitu hotel Hilton di Havana diambil alih pemerintah, pintu otomatisnya tidak bekerja, pelayan hotel berpakaian militer yang jorok, atap lobi hotel bocor, dan setengah dari elevatornya tidak jalan. Itulah gambaran umum tentang yang terjadi dibalik nasionalisasi perusahaan-perusahaan swasta ketika itu [hlm:187]
FIDEL ternyata berdamai dengan Vatikan.
Fidel Castro sesungguhnya adalah seoranmg atheis, walaupun pernah dibabtis adalam agama Katolik.
Namun pada tahun 1992, Fidel mengendurkan perlakukannnya terhadap penganut Katolik. Ia bahkan mengizinkan penganut katolik yang taat untuk bergabung dalam Partai Komunis.[hlm 210]
Paus Johanes Paulus II pun akhirnya mengunjungi Kuba pada tahun 1998. Fidel menyambutnya dalam pakaian resmi Jas dan Dasi, bukan dengan seragam militer seperti yang biasa dia pakai.

JUDUL :Pidato Revolusioner
PENGARANG : Fidel Castro
PENERBIT :Magma Pustaka Jl Gombong Tirtonadi Mlati, Sleman Yogyakarta HP.08175423046.
CETAKAN : I 2006
ISBN : 979-97628-2-9
JUMLAH HALAMAN: 118

Tuesday, February 19, 2008

OBAMA [BARACK HUSSIEN OBAMA] BALON PRESIDEN AMERIKA SERIKAT BERKULIT HITAM.

Perebutan pencalonan Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat makin ketat, rupanya saat ini negeri Paman Sam sedang mencari dataran politik baru, barang kali tepatnya adalah cakrawala politik baru, horizon politik baru atau “Blue Ocean”, entah apa namanya, buktinya ada seorang calon presiden dari Partai Demokrat yang berkulit hitam. Bahkan karier politiknya sangat lumayan bagus, ditambah lagi rekam jejak kehidupannya bernilai plus, dan sempat menggetarkan pesaingnya. Cermin realitas menambah bobotnya ketika secara berturut-turut hingga empat kali mengalahkan Hillary. Kalkulasi politik pernah menjadi buran, karena semula Hillary dijagokan partai Demokrat merebut ticket, kenyataan menjadi beda. Menurut situs pemantau pemilihan awal Pilpres AS, Real Clear Politics, Obama telah mengumpulkan 1.259 delegasi. Sedangkan Hillary mendapat 1.210 delegasi. Rupanya Amerika Serikat saat ini dalam soal kepresidenan sudah „out of box“ alias tidak lagi berkutat dalam kotak.
Warung kami memiliki ketertarikan khusus dengan figur ini, disamping ingin melihat sebuah „keajaiban “ apa yang dimilikinya, dan fenomena apa yang membuat rakyat Amerika Serikat tersima oleh Obama. Warung kami melihat karena Obama ketika kecil pernah hidup di Jakarta., dan bagaimana khasanah perbukuan Indonesia mencermatinya.
Tekad untuk mengetengahkan figure Obama tidaklah begitu sulit, karena berbagai penerbit juga menampilkannya, serta merta penerbit mengambil kesempatyan emas itu. Warung kami memiliki tiga buku yang terkait dengan Obama yakni :
Ø Barack Obama menerjang harapan, dari Jakarta menuju Gedung Putih.
Ø Barak Hussein Obama Kandidat Presiden Amerika yang punya „Muslim Conection“
Ø Calon Presiden AS Kulit Hitam Pertama

JUDUL : Barack Obama Menerjang Harapan [ Judul Asli: “The Audacity of Hope; Thoughts on Reclaiming The American Dream]
PENGARANG : Barack Obama
PENERBIT : Ufuk Press PT. Cahaya Insan Suci. Jl. Warga 23A, Penjaten Barat, Pasar Minggu Jakarta Selatan 12510, Indonesia. Phone : 62-21 [7976587, 79192866. Web: http://www.ufukpress.com/ blog: http://ufukpress.blogspot.com/ E-mail: info@ufukpress.com
CETAKAN : II Mei 2007
ISBN : 979-1238-34-0
JUMLAH HALAMAN: 526
Buku “The Audacity of Hope; Thoughts on Reclaiming The American Dream [Edisi Indonesia : Menerjang Harapan: Dari Jakarta Menuju Gedung Putih], merupakan karya Senator Barack Hussien Obama Junior yang terbit tahun 2006. Buku ini merupakan kelanjutan daru buku pertamanya, yang terbit 11 tahun yang lalu, dengan judul Dream from My Father: A Story of Race and Inherintance. Kedua buku ini selama berpekan-pekan menduduki peringkat nomor satu pada daftar buklu terlaris versi harian The New York Times. Inilah sebagai indicator Obama seorang penulis andal yang karya-karyanya terjual laris. Buku The Audacity of Hope menjadi penolong bagi Obama dalam upaya ememperkuat serta memperkaya dirinya sebagai calon presiden. Sejumlah kritikus mengumpamakan bahwa buku ini ibarat skripsi yang berpredikat summa cum laude yang meluluskan obama sebagai pemimpin masa depan
Dalam kata pengantar dinyatakan bahwa Obama tinggal di Jakarta selama 3,5 tahun sejak berusia enam tahun, yaitu pada tahun 1967 dan sempat merasakan pendidikan di SD Fransiscus Assisi dan SD 01 Menteng di Jalan Besuki.
Dia termasuk keluarga multiras, sehingga merupakan keluarga dengan paduan komunitas internasional. Ibunda Obama, Ann Dunham setelah bercerai menikah dengan pria Indonesia, Lolo Soetoro dan dari pasangan itulah dikaruniai seorang putri, Maya Soetoro-Ng yang kini berusia 39 tahun besuamikan adalah pria China dan menetai di Honolulu.
Sedangkan Ayahanda Obama senior di Kenya menikah berulangkali, termasuk dengan seorang perempuan kulit putih laqin dan juga beberapa perempuan local yang semuanya melahirkan saudara-saudara tiri Obama Junior.
Obama Tidak setia pada satu ras saja :
Kenyataan inilah memberikan nuansa pada pemikiran Obama, bahwa dia tidak setia pada satu ras saja, alias multirasialisme.
“Saya tak mempunyai pilihan lain kecuali meyakini visi Amerika. Sebagai anak lelaki kulit hitam dan perempuan putih, sebagi orang yang lahir di Hawaii yang multirasial bersama adik tiri yang separuh Indonesia tetapi kerap dikira orang Meksiko atau Puerto Riko, mempunyai ipar dan keponakan keturunan Cina, memiliki saudara-saudara yang wajahnya mirip Margaret Teacher….saya tak mungkin setia hanya kepada satu ras saja,’ tulis Obama.
Waktu di Jakarta rumahnya sekitar Tebet tak berkakus duduk, di halaman belakang banyak ayam peliharaan, dan di dekat jendela banyak jemuran bergelantungan.
“Jenderal-jenderal Indonesia membungkam hak asasi dan birokrasinya penuh korupsi….Kami tak punya uang untuk sekolah internasional, saya masuk sekolah biasa dan bermain dengan anak-anak pembantu, penjahit atau pegawai rendahan,” [hlm:11]
Kharismanya yang luar biasa:
Ketika dilantik menjadi senator awal tahun 2005 Obama mulai menjadi gunjingan di Ibukota Washington DC. Banyak kalangan yang mulai menyebut karisma dia mirip dengan yang pernah dimiliki John Fitzgerald Kennedy yang menjadi presiden pada usia belia. Bahkan seorang Bill Clinton pun sebelum menjadi presiden tidak mendapat pujian setinggi itu.
Menurut pandangannya, dalam era globalisasi dan perubahan teknologi yang memusingkan, politik yang membunuh dan perang-perang budaya yang tak kunjung usai, bahkan tampaknya kita tidak memiliki bahasa bersama yang dapat digunakan untuk mendiskusikan cita-cita kita, tidak memiliki alat mencapai kesepakatan sederhana tentang bagaimana, sebagai sebuah bangsa, kita mungkin bekerja-sama mewujudkan cita-cita itu.[hlm; 27]
Obama menawarkan sesuatu yang lebih bersahaja: refleksi-refleksi personal nilai dan cita-cita yang telah membimbingnya menuju kehidupan public. Selain itu juga menawarkan beberapa pemikiran tentang cara agar wacana politik saat ini tidak seharusnya memecah belah. Berdasarkan pengalamannya sebagai seorang senator dan pengacara, suami dan Ayah, Kristen dan skeptic mengenai cara-cara yang dapat kita gunakan untuk politik kita pada gagasan tentang kemaslahatan bersama. [hlm:29]
Sepak terjang CIA di Indonesia :
Dalam halaman 35 ditulis bahwa CIA terlibat ketika tahun 1965.
….CIA diam-diam mulai memberikan dukungan kepada berbagai pemberontakan di dalam Indonesia, dan menumbuhkan hubungan yang dekat dengan para pejabat militer Indonesia, yang banyak dari mereka telah dilatih di Amerika Serikat .
Pada 1965, di bawah pimpinan Jendral Soeharto, militer mulai menentang Sukarno, dan dengan kekuatan darurat memulai sebuah pembersihan besar-besaran terhadap orang-orang komunis dan para simpatisan mereka. Menurut perkiraan antara 500.000 dan satu juta tewas terbunuh dalam pembersihan tersebut, dengan 750.000 lainnya dipenjara atau diasingkan. [hlm:35]
Pandangannya dalam masalah internasional:
…Kadang-kadang, kebijakan luar negeri Amerika telah berpandangan jauh, sekaligus bermanfaat bagi kepentingan nasional kita, cita-cita kita, dan kepentingan bangsa-bangsa lain. Di saat lain, kebijakan-kebijakan kita telah salah jalan, didasarkan pada asumsi-asumsi yang keliru sehingga mengabaikan aspirasi sah orang lain, melemahkan kredibilitas kita sendiri, dan menciptakan sebuah dunia yang lebih berbahaya.
Ambiguitas yang demikian seharusnya tidak mengejutkan, karena kebijakan luar negeri Amerika selalu merupakan sebuah kumpulan impuls-impuls yang saling beradu. [hlm: 45].
Kebijakan Amerika mengenai pengekangan juga melibatkan suatu peningkatan jumlah militer yang sangat besar, yang menyamai dan kemudian melebihi persenjataan Soviet dan Cina. Pada akhirnya, “segitiga besi” yang terdiri dari Pentagon, para kontraktor pertahanan, dan anggota kongres dengan belanja pertahanan yang besar di wilayah-wilayah mereka, menghimpun kekuatan besar dalam membentuk kebijakan luar negeri AS. [hlm:53]
Pandangan Religinya:
Bagi ibu saya agama formal [organized religion] terlalu sering menutupi ketertutupan pemikiran dengan jubah kesalehan, menutupi kekejaman dan penindasan dengna jubah kebenaran. Ini tidak bermaksud mengatakan bahwa beliau tidak memberi saya instruksi keagamaan. Dalam pikiran beliau, pengetahuan bekerja dari agama-agama besar dunia merupakan bagian penting dari setiap pendidikan yang dirancang dengan baik. Dalam keluarga kami Alkitab, Al Quran, dan Bhagawad Gita ditempatkan di atas rak di samping buku-buku-mitologi Yunani, Norwegia, dan Afrika [Hlm :157]
Selama lima tahun kami menjalani hidup bersama ayah tiri saya di Indonesia, pertama-tama saya dikirim di lingkungan sekolah Katolik dan kemudian ke sekolah yang didominasi Muslim. Dalam kedua kasus ini, ibu saya kurang memperhatikan proses pembelajaran saya akan katekisme atau menjelaskan makna panggilan muadzin untuk melakukan shalat malam [mungkin maksudnya sholat Mahgrip dan Isya’] dari pada perhatiannya terhadap kemampuan saya untuk mempelajari tabel-tabel perkalian secara cepat. [hlm:158]
Pencermatan tentang kebebasan beragama dan keaneragaman:
Obama memberikan tanggapannya bahwa Rumusan Jefferson dan Leland untuk kebebasan beragama. Ternyata kekebasan beragama mampu menyelamatkan Amerika Serikat dari sektarianisme.
...Lebih-lebih, mengigat keaneragaman penduduk Amerika yang semakin besar. Apapun kita dulu, sekarang kita tidak lagi sekedar bangsa Kristen; kita juga bangsa Yahudi, bangsa Muslim, bangsa Budha, bangsa Hindu, dan bangsa orang-orang tak beriman.[Hlm:177]. Lebih jauh melihat pikirannya yang pluralis tampak pada pidatonya ketika Konvensi Nasional Partai Demokrat pada tahun 2004, yang menimbulkan rasa simpati:
”Tidak ada orang Amerika hitam atau Amerika putih, Amerika Latino atau Amerika Asia, yang ada hanyalah Amerika Serikat” [hlm 196]
Lagi pula, saya percaya bahwa sebagian dari kejeniusan Amerika selalu merupakan kemampuannya menyerap pendatang baru, membentuk suatu identitas nasional berdasarkan kumpulan berbagai macam orang yang tiba di pantai-pantai kita. [Hlm;197].
Melihat Layanan kesehatan dan pendidikan.
Layanan kesehatan dikritisi Obama:
Kita tahu, sistem perawatan kesehatan telah hancur: sangat mahal, sangat tidak efisien, dan dengan buruk diadaptasikan dengan ekonomi yang tidak lagi dibangun atas pekerjaan seumur hidup. Yaitu sebuah sistem yang mengekpos orang Amerika yang bekerja keras pada kronisnya ketidakamanan dan keniscayaan kemiskinanan [hlm:266].
Terkait dengan pendidikan dikatakan Obama:
Di mana orang-orang Amerika sungguh membutuhkan bantuan secara langsung, artinya kita harus mengelola biaya perguruan tinggi yang semakin meningkat. Selama sepuluh tahun pertma pernikahan kami, gaji bulanan kami habis untuk membayar kuliah prasarjana dan hutang di sekolah hukum melebihi jaminan tunjangan kesehatan kami [hlm 464]
....Tetapi tidak masalah betapapun baiknya kita mengendalikan perputaran biaya pendidikan, kita akan tetap harus memberikan lebih banyak bantuan langsung kepada siswa dan orang tuanya dalam memenuhi biaya di perguruan tinggi. Apakah melalui beasiswa, pinjaman berbunga rendah, tabungan simpanan pendidikan bebas pajak, ataupun pengurangan penuh pajak atas biaya uang kuliah.
Ada dua aspek lain dari sistem pendidikan kita yang patut mendapat perhatian- satu aspek yang berbicara kepada jantung daya saing Amerika. Sejak Lincoln mengesahkan Undang-undang Moril [Morrill Act] dan menciptakan sistem perguruan tinggi yang diberi hadiah tanah, institusi-institusi pembelajaran tinggi telah digunakan sebagai riset utama negara dan laboratorium pengembangan .

JUDUL : Calon Presiden AS KULIT HITAM PERTAMA
PENYUNTING: Budhi Wuryanto, Wanda Jatmiko
PENERBIT : de lokomotif Jl.Kemitbumen No. 5A Keraton, Yogyakarta 55131 Telp. [0274] 7005618, 3272191. E-mail: deloko@delokomotif.com web: http://www.delokomotif/.com
CETAKAN : II Juli 2007 [cetak ulang]
ISBN : 978- 979-16187-0-0
JUMLAH HALAMAN: 106.
”Perubahan bukan slogan kosong yang datang dari atas tetapi dari pengalaman berpolitik di akar rumput” [Barack Obama]
Karena saat ini sedang gencar-gencarnya perebutan ticket dari Partai Demokrat Amerika Serikat, maka kata pengatar buku ini dengan santun mengatakan: ”Penerbitan buku ini tidak ada kaitan sama sekali dengan aktivitas Obama dalam proses Pilpres AS. Tidak ada sepeserpun pun duit dari Obama, dan segala elemen pendukungnya, untuk membiayai penulisan dan penerbitan buku ini. Tidak juga inisiatif. [catatan warung: ini tulus dan bukan apologia].
Mengapa menulis Obama?
Ditulis karena Obama adalah senator dengan latarbelakang kompleks- Ayah kulit hitam, ibu kulit putih, satu-satunya Afro-Amerika di senat AS, sekaligus bakal calon presiden AS pertama keturunan Af rika, dan waktu kecil Obama pernah tinggal di Indonesia- Inlah yang menjadi tema manarik.
Pada pengantar tampaknya ada kata-kata ”sengak’ yang ditujukan kepada anggota legislatif kita.(pengantar penerbit)
Obama dapat menjadi contoh yang baik bagi para anggota Dewan yang terhormat [DPR maupun DPRD]
Berbeda dengan sebagian besar anggota Dewan di Tanah Air yang menjadi politisi untuk memperoleh gaji besar, Obama justru meninggalkan gaji besar di pasar saham Wall Street, New York. Sebagai community organizer muda, gaji Obama pas-pasan. Karena gaji mepet, untuk mendapatkan dana guna membiayai kegiatan politiknya, Obama menggalinya dari orang-orang kaya, pemertintah kota, pengusaha atau donatur dari luar negeri. [hlm :viii-pengantar].
Kalau sebagian besar politisi di Tanah Air sibuk mencari proyek, dan menjadikan tugas-tugasnya sebagi proyek, Obama justru mencari lowongan kerja bagi para penganggur. Ketika itu di Altgeld Garden, Chicago Selatan, beberapa usaha kecil dan menengah [UKM]- disana disebut small and medium entreprices [SME], tutup karena bangkrut, dan pabrik-pabrik tidak beroperasi lagi karena produknya kalah bersaing dengan produk berkualitas dari luar negeri. [hlm:ix]
Memasuki Buku:
Calon presiden keturunan dari kawasan berstigma serba inferior di negara serba super:
Jika nasib baik memang berpihak padanya, lelaki berusia 45 tahun yang murah senyum dan energik ini akan menorehkan sejarah penting di bumi AS. Obama bakal tercatat sebagai keturunan Afrika pertama yang menjadi presiden di negara dengan mayoritas penduduk berkulit putih. Ini pencapaian prestasi teratas manusia keturuan dari kawasan berstigma serba inferior di negara serba super [hlm:4]
Obama menjadi orang kulit hitam ketiga yang menjadi senator AS dalam kurun waktu 150 tahun terakhir. Dan ia menjadi orang kelima keturunan Afrika dari semua negara bagian di AS yang terpilih menjadi senator AS dari Illionis dalam 100 tahun terakhir [hlm:7]
Kekuatan Obama yang memukau:
...Sebut saja misalnya ketika Obama berkampanye di Texas, 21 Pebruari lalu. Lebih dari 10 ribu orang mendaftarkan diri. Sewaktu ia berkampanye di Iowa State University yang berkapasitas 1.500 kursi, lokasi terpaksa dipindahkan karena lebih dari 5.000 orang yang hadir. Bahkan, 3.000 tiket untuk pidato di New Hampshire habis hanya dalam waktu 6 jam. Sampai-sampai seorang-orang warga Kanada yang hadir dalam kampanye Obama di Los Angeles berniat mengubah kewarganegaraannya agar bisa memberikan suara bagi Obama. [hlm: 8]
Menakar kekuatan lawan:
Bagi Obama, isteri mantan presiden AS, Bill Clinton itu bukanlah lawan yang enteng. Apalagi Hillary sendiri telah menyatakan tekadnya, ”Saya mencalonkan diri dan saya mencalonkan untuk menang”. Kekuatan Hillary, salah satunya, memang pada dana kampanye yang besar. Pada election 2006, misalnya, Hillary merupakan kandidat yang paling banyak mengeluarkan dana kampanye, sekitar 29,5 juta dolar AS. Untuk Iklan di Media massa, ia menghabiskan 2 juta dolar AS, untuk menyumbang sesama calon-calon separtai 2,6 juta dolar AS, dan 1,58 juta dolar AS untuk konsultan. [hlm:11]
Kabarnya, Hiilary dan Bill Clinton sempat mendiskusikan sebuah strategi bagaimana membuat kesepakatan dengan Obama, dan apakah Obama mau dibujuk untuk bergabung dengan Hillary, sehingga bisa menjadi tiket kemenangan bagi Hillary [hlm:12]
Lekaki Uberseksual.
Lebih dari semua riwayat memukau tentangnya, pada 2005 Obama tercantum sebagai satu dari 10 pria uberseksual top dunia.- Obama berada di urutan ke-6, dan ia satu-satunya pria kulit hitam. Ia digandengkan dengan sejumlah nama lelaki beken dunia. Sembilan lelaki uberseksual lainnya juga bukan orang sembarangan, Mereka punya nama beken: Bono (voalis U2, band asal Firlandia), George Clooney (aktor), Bill Clinton (mantan presiden AS, yang flamboyan), Donald Trump (milyuner), Arnold Schwarzenegger (mantan aktor kini gubernur California), Ewan McGregor (aktor), Pierce Brosnan (aktor tiga jkali memerankan James Bond), Guy Ritchie (sutradara film) dan Jon Stewart (komedian) .[hlm:38]
[Catatan warung: Uberseksual adalah istilah bagi lelaki dengan kepribadian unggul. Karenannya merupakan perpaduan antara sifat gentle, rasa percaya diri yang tinggi, ketegasan, dan rasa belas kasih (compasionate). Sebuah kombinasi yang sebenarnya aneh namun merupakan sifat-sifat esensial yang diburu wanita]
Obama Flu Burung di Indonesia dan serangan karena pernah tinggal di Indonesia:
Dalam karier politiknya, Obama adalah seorang-orang yang ikut mengegolkan program bantuan dana pemberantasan flu burung dari AS untuk Indonesia.[hlm:6]
Obama mendapat ”seranagn dari lawan-lawan politiknya. Melalui internet, televisi, dan media cetak, Obama dituding pernah mendapat pendidikan Islam radikal di Indonesia.
Buku ini juga mengupas dua buku Obama, buku Hillary, juga hal-hal yang terkait dengan negara Irak.

JUDUL : Barack Hussein Obama –Kandidat Presiden Amerika yang punya “Muslim Connection
PENYUNTING: Anwar Holid
PENERBIT : Mizania PT Mizan Pustaka Jl.Canambo No.135, Cisaranten Wetan Ujung Berung, Bandung 40294 Telp. [022] 7834310,. E-mail: mizania@mizan.com web: http://www.mizan.com/
CETAKAN : I Oktober 2007
ISBN : 979-8394-84-4
JUMLAH HALAMAN: 193
Obama justru muncul sebagai kandidat dengan”Muslim Connection” yang sangat kuat. Bagaimana tidak? Ayah kandungnya, Barack Hussein Sr., berasal dari keluarga Muslim Kenya. Meskipun di kemudian hari sang ayah dikatakan menjadi ateis, dan Obama sendiri kini seorang Kristiani, namun sanak karabat Obama di Kenya hingga kini adalah muslim yang taat. [hlm:13]
Obama, Cover boy.
Media-media lokal, misalnya terbitan Washington, pernah ada yang menerbitkan headline berjudul sedikit bombastik: ”The Legend of Barack Obama”-Legenda Barak Obama. Dia juga mendapat perhatian cukup dalam dari majalah budaya seperti Rolling Stone dan The New Yorker. Bahkan pada edisi 2004, Rolling Stone memilih dia sebagai salah satu People of the Year. Belum lagi majalah gaya hidup pun rampai-ramai memuat profilnya di berbagai edisi. Mens’s Vogue memasang wajahnya sebagai cover boy. [hlm 21] .
Orang Indonesia di belakang Obama: [dukungan dari sang adik]
Maya Kassandra Soetoro, adik tiri Barack Obama, juga sudah ikut bergabung membantu kampanye kakaknya di Hawaii bersama suami, Konrad Ng. Mereka sekeluarga tinggal di Honolulu, Hawaii, bersama seorang putri, Suhaila. Kata Maya, Barack pernah membantu dirinya ketika bersedih karena kematian ayah kandungnya Lolo Soetoro pada 1993. ”Dialah yang menolong saya agar membuat keputusan tepat dan memperlihatkan kekuatan diri, serta membantu mempercayai insting sendiri”.
Obama dan sekolah:
Di sekolah hukum paling terkemuka di Amerika, dan hingga kini mayoritas dihuni kulit putih, Obama melanjutkan kebrilianannya. Pada tahun 1991, dia meraih gelar J.D.(Juris Doctor;Doktor Hukum) dengan predikat magna cum laude. Setahun sebelumnya, sejumlah media-yang paling bersemangat ialah The New York Times-menyoroti Obama karena terpilih sebagai orang kulit berwarna pertama, Afro-American, yang terpilih sebagai Presiden Harvard Law Review, Jurnal barometer keunggulan bagi mahasiswa hukum. Sejarah baru setelah 104 tahun jurnal tersebut berdiri. [hlm:78]
Demi Suami (di balik setiap lelaki besar selalu ditemukan perempuan yang tegar):
Diberitakan pada Mei 2007 lalu Michelle [Michelle Robinson, isteri Obama] melepaskan posisi di University of Chicago Hospitals, yang menghasilkan uang banyak,demi lebih bisa menyertai Obama yang sibuk kampanye, meyakinkan calon pemilih, dan menggalang dukungan sebesar-besarnya. ”Ini memang sedikit mengelisahkan saya”, akunya. ”Tapi tentu bukan karena saya kelihatan bosan.” Di sisi lain, pilihan Michelle kembali mengingatkan orang pada sebuah adigium kuno, yaitu di balik setiap lelaki besar selalu diketemukan perempuan yang tegar.[hlm:84]
Obama, :Muslim Connection” dan Indonesia.
Salah satu kontroversi pada diri Obama ialah pengalaman masa kecilnya dengan agama Islam dan latar belakang Indonesia yang dia miliki. Kadang-kadang pihak yang ingin meruntuhkan Obamamenggunkan titik itu untuk membunuh karakter dan memojokkan Obama sampai seolah-olah dia terlibat sebagai pesakitan yang tak pantas ditengok siapapun. [hlm:141]
Obama tinggal di Indonesia kira-kira empat tahun, yaitu pada tahun 1967 hingga 1971, ketika berumur 6-10 tahun. Di Indonesia dia melewatkan masa kecil yang banyak menyisakan perdebatan, jika bukan prasangka-prasangka menggelikan. Di sini di sempat sekolah di dua SD, pertama ketika pertama kali masuk hingga pertengahan kelas 3 di SD Katolik Franciscus Assisi (1968-1970), kemudian meneruskan sekolah di SDN 1 Menteng sampai pertengahan kelas 5. Di sekolah, dia terdaftar sebagi Barry Soetoro.[hlm;143]
Masa kecil Obama terlihat sering memakai sarung kala ke masjid. Dalam Dreams from My Father rupanya jelas Obama juga kurang terkesan oleh mata pelajaran agama, sering memainkan wajah selama belajar Al-Quran [hlm: 154]

Saturday, February 16, 2008

PENDIDIKAN BERMAKNA:PROF. MUCHLAS SAMANI.

Buku mensinergikan antara:
  • Kecakapan Hidup [life skill];
  • Kurikulum Berbasis Kompetensi [curriculum base competition]
  • Manajemen Berbasis Sekolah [scholl base managemanet]
  • Pembelajaran kontektual [contextual teaching and learning-CTL]

Kemungkinan besar lahirnya buku ini karena refleksi diri seorang Muchlas Samani, dengan ketajaman inderanya yang menangkap realita empirik terkait dengan pendidikan. Dasar kepiawaian yang dimilikinya, sekaligus modal interaksi dengan lingkungannya mengantarkan berbagai niatannya dalam menginduksi berbagai masalah pendidikan di tanah airnya. Keberanian untuk mengungkap secara cermat, tanpa sedikitpun mereduksi apa yang dilihatnya patut diacungi jempol, kendatipun saat itu status and role yang disandangnya sebagai bagian dari elite pendidikan di negeri ini. Tanpa ragu-ragu inilah, yang mengantarkan warung kami menghadirkan pokok-pokok pikiran Profesor Muchlas Samani, dengan sebuah bukunya yang bertajuk „Pendidikan bermakna“
Buku ini sangat ajaib, karena yang memberikan pengantar buku, tidak tangung-tanggung, mantan rektor, satu lagi rektor yang belum mantan, dan seorang Dirjen yang juga belum veteran.
Kata Pengantar dari tokoh-tokoh tersebut sangat berarti dalam memberikan navigasi pemahaman buku ini. Warung kami mencoba memberikan garis bawah, dari pengantar para rektor tadi, yang tentunya memiliki kergayutan sari pati buku ini.
Cuplikan kata pengantar :
Prof.Dr. Budi Darma [mantan Rektor IKIP Surabaya] : Memberi tajuk pengantar „Menggagas Pendidikan Yang baik“
Budi Darma mengatakan bahwa pendidikan pada hakikatnya tidak mungkin lepas dari sejarah umat manusia, sejarah sebuah bangsa dan negara, serta dengan sejarah pendidikan itu sendiri.
Pendidikan digarap tanpa mempertimbangkan sejarah, serta indentitas budaya kita sendiri, dan segalanya dikerjakan dengan paradigma serba instan. Maka akan mengarahkan cara pemikiran kita miopis [catatan warung: miopis, acap kali diartikan di awang-awang atau tidak membumi]. Oleh karena kita kurang menengok ke belakang, dan kita juga kurang mampu menjangkau masa depan.
Tulisan H.A.R Tilaar dikutipnya untuk memperkuat gagasan, antara lain: „dengan berorientasi pada studi kultural yang ujung-ujungnya nanti akan sampai ke multikulturalisme pula, maka perlu adanya paedagogik transformatif, yaitu paedagogik dengan akar paedagogik kritis dalam wujud ramuan kebudayaan. Paedagogi ini, dengan sendirinya, bergerak pada tataran praksis, yaitu praktik pendidikan di lapangan. Oleh karena pendidikan tidak mungkin di awang-awang, maka dunia praksis menjadi amat penting.
Dalam pengantarnya, Budi Darma juga memberikan catatan yakni: „manusia seharusnya tidak didekati sebagai obyek mati semata, namun penuh dengan simpati dan empati. Dalam sempati dan empati, siswa kita hadapi dengan perasaan seolah kita terlibat nbenar-benar dalam kesulitan-kesulitan pribadinya, dan merasakan kesulitan-kesulitan itu sebagai kesulitan-kesulitan kita sendiri
Prof.Dr.H.Haris Supratno, Rektor Unesa:
Dalam pengantarnya mengatakan:
Pendidikan yang bermakna merupakan upaya membantu anak didik untuk memberdayakan potensi yang dimilikinya, sebagai bekal hidup di masa depan, untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Untuk mencapai hal tersebut sebaiknya bukan hanya memfokuskan pada ranah kognitif saja, juga harus memperhatikan seluruh potensi yang dimilki anak didik. Pendidikan harus mampu menjadi media untuk memberdayakan ranah pikiran, ranah hati, ranah perasaan atau emosional, ranah sosial, ranah religi, serta ranah raga.
Pendidikan yang baik dan bermakna pada hakikatnya adalah pendidikan yang mampu mengantarkan dan memberdayakan potensi anak didik sesuai bakat, minat, dan kemampuan yang dimilikinya serta mencakup keenam ranah diatas, sehingga di masa depan setelah dewasa ,ereka bisa sukses.
Pendidikan bermakna, bukan semata-mata untuk mengejar target lulus ujian nasional agar tetap bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, tetapi harus diarahkan agar anak didik kelak dewasa bisa sukses di dalam berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan beragama. Atau dengan pendek kata, pendidikan yang bermakna adalah pendidikan yang dapat membekali anak didik dapat suskses dalam menghadapi problema kehidupan.
Prof Dr. Suyanto, Dirjen manajemen Pendidikan Dasar dan Menegah Depdiknas:
Secara singkat dalam pengantarnya mengatakan, bahwa tantangan pendidikan adalah bagaimana mengembangkan kreativitas anak didik, karena kreativitas merupakan modal awal dari kemampuan berinovasi. Pola pembelajaran induktif dengan menekankan kemampuan memecahkan masalah, merupakan inovasi yang memberikan dampak positif pada anak didik.
Pendidikan pada dasarnya domain publik, sehingga inovasi yang dilakukan seorang-orang atau lembaga pendidikan, hendaknya dapat diketahui dan diadopsi oleh orang atau lembaga lain. Inilah cap legitimasi Prof. Dr. Suyanto terhadap buku yang bertajuk Pendidikan bermakna, agar menjadi rujukan dalam mengolah pendidikan di Tanah air.
Memasuki Buku:
Jati diri penulis nampak sebagai seorang-orang yang berada pada pusaran religi sekaligus cinta akan kebijakan [love of wisdom], dengan jelas terungkap ketika menorehkan pokok-pokok pikirannya. Kepedulian dan keberpihakan dialur yang penuh dengan empati dan simpati terlihat lugas misalnya:
Dalam bab pendahuluan ditulis bahwa, salah satu komponen kompentensi yang saat ini kurang mendapatkan perhatian dalam praktik pendidikan adalah pengembangan akhlak. Dalam praktik pendidikan sehari-hari di sekolah, pengembangan akhlak seakan-akan hanya dibebankan kepada guru Agama dan PKn. Guru mata pelajaran lain, seakan tidak merasa punya kewajiban dalam pembentukan akhlak siswa. [hlm: 8]
Keinginan untuk mengembalikan pendidikan pada kemasan yang sesungguhnya, bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama, pendidikan terjadi di mana saja, baik di sekolah maupun di rumah dan di masyarakat. Tampaknya menurut Muchlas Samani, sering terjadi arogansi sekolahan, ketika sekolah bermaksud mengambil semua tanggung jawab pendidikan siswanya. Karena dilihat dari waktu, siswa lebih banyak berada di rumah dibanding disekolah. Di masyarakat perkotaan, juga banyak orang tua yang terdidik yang memahami prinsip-prinsip pendidikan dengan baik. Di rumah dan di masyarakat juga terdapat banyak sumber belajar yang dapat dimanfaatkan oleh siswa maupun sekolah. Peran masyarakat tidak boleh diabaikan [hlm: 13]
Mengembangkan interaksi dengan masyarakat untuk kepentingan pendidikan dilakukan penulis, dengan membangun suasana dialogis ketika bergumul dengan masyarakat. Melalui wahana itulah, banyak informasi yang diendusnya, selanjutnya realitas empiri tadi di indusksi akhirnya melahirkan tesa-tesa sebagai berikut:
Pendidikan kita tampaknya terlalu teoritik, seperti di awang-awang, tidak membumi, dan memisahkan siswa dari kehidupan sehari-hari. Pendidikan kita tidak membekali siswa bagaimana menghadapi kehidupan nyata di masyarakat, sehingga menyebabkan mereka tidak tahu apa yang harus dikerjakan, kecuali belajar dari buku, bersenang-senang ala kehidupan anak kota dan setelah lulus ingin meneruskan sekolah atau mencari pekerjaan dengan bekal selembar ijazah. Oleh karena itu, sangat wajar jika orang tua mereka mempertanyakan „untuk apa anak harus sekolah, jika sekolah justru menjadi beban orang tua?“[ hlm:30].
Rupanya realitas ini juga tertangkap sama dan sebangun oleh Robert T. Kyosaki, seorang-orang warga Jepang kelahiran Hawai. Melalui bukunya yang berjudul „Rich Dad Poor Dad“ sekaligus juga mempertanyakan isi pendidikan di negaranya, sehingga memicunya untuk menorehkan pikiran kritisnya dalam buku yang sangat provokatif.
If you want to be rich and happy, don’t go to school”. Dalam buku ini terungkap bahwa pendidikan selama ini tidak memberikan bekal untuk menghadapi kehidupan nyata. Kendatipun terkesan bahwa Kyosaki mempersempit makna hidup dengan mencari kekayaan materi, tetapi ungkapannya tentang pendidikan sangatlah rasional [hlm:33]
Ungkapan Michael Porter, professor administrasi bisnis di Harvard Business School, juga dirujuk, oleh penulis. Karena pikira Michael sangat kritis dan beralur filosofis, selengkapnya. …Sebaiknya kita tidak hanya berpikir tentang how to do, tetapi juga harus berpikir what to do. Terkait dengan ranah pendidikan, kita tidak boleh hanya memikirkan metode pembelajaran yang cocok dengan anak kita, tetapi juga harus berani mempertanyakan :” apakah materi yang dipelajari anak-anak memang sudah tepat”. Pengertian tepat untuk materi belajar, tentunya harus dikembalikan pada filosofi belajar itu apa dan untuk apa anak harus sekolah. [hlm: 34], hal senada juga diungkap penulis pada halaman 67.
Berbagai kelemahan pendidikan kita juga menjadi perhatiannya, setelah melihat out-put pendidikan, yang cenderung melahirkan lulusan yang kurang mampu dalam menuangkan gagasan.
Pada halaman 105, tertulis. Salah satu kelemahan pendidikan kita selama ini adalah anak-anak tidak berani mengemukakan pendapat. Kelehaman itu bahkan sering sampai ke perguruan tinggi. Oleh karena itu, ketika anak lulusan S1 melanjutkan kuliah ke jenjang S2 di Negara lain, seringkali membuat dosennya kesulitan untuk mengetahui kemajuan belajarnya, karena tidak pernah mengeluarkan pendapat di saat kuliah maupun diskusi.
Sering orang gagal menyampaikan gagasan, bukan karena gagasannya kurang bagus, tetapi cara penyampainnya keliru.
Menjunjung Kejujuran:
Mengapa kita gembira saat anak dapat nilai bagus dan sedih kalau anak dapat nilai jelek. Tetapi kita kurang peduli apakah anak kita berperilaku jujur atau tidak, guna memperoleh nilai itu. Inilah kesan yang sangat popular di masyarakat kita. Ternyata perilaku orang tua sangat signifikan dalam melahirkan perilaku kurang jujur. Budaya mencontek akan menjadi sebuah kebiasaan baru yang dianggap halal-halal saja.
Menurut Muchlas, penanaman sikap jujur kepada anak ternyata perlu diikuti oleh pemberian penghargaan, ketika si anak sudah melakukannya. Kita tidak boleh kemudian tidak menghargai kejujuran itu dan lebih mengedepankan aspek lainnya. Sungguh suatu pelalajaran berharga bagi kacamata pendidikan. [Hlm:115]
Catatan dalam menggagas pendidikan akhlak :
Pertama, baik orang tua maupun kalangan guru sama-sama menganggap bahwa pendidikan akhlak itu penting bagi anak-anak
Kedua, yakinlah walaupun sulit pasti dapat dilakukan
Ketiga, ingat bahwa siswa memiliki kepedulian terhadap akhlak seorang-orang yang ada disekitarnya atau dilingkungannya. [catatan warung: orang yang dikenal harus memberikan keteladanan]
Keempat: agar dapat berhasil dengan baik, pendidikan akhlak harus dirancang dengan baik dan secara bersama antara sekolah dan orang tua siswa.
Kelima, teladan merupakan factor penting dalam keberhasilan pendidikan akhlak
Keenam, pendidikan akhlak harus dilakukan secara konsisten dalam jangka panjang.
[hlm: 122-123]
Membongkar Asumsi Pendidikan :
Teryata terdapat asumsi-asumsi pendidikan yang salah atau kurang tepat, penulis melihat banyak praktik-praktik pendidikan yang bertahtakan asumsi yang salah. Asumsi itu antara lain:
Pertama: asumsi bahwa tujuan pendidikan itu adalah mempelajari ilmu pengetahuan. Oleh karena itu kurikulum dikembangkan berdasarkan ilmu pengetahuan dan materi ajar diambil dari teori dan konsep dari ilmu pengetahuan yang paling mutakhir.
Kedua, ilmu pengethauan diasumsikan terbagi dalam berbagai bidang yang saling terpisah, dan tidak saling sapa, misalnya Matematika, Fisika, Ekonomi, Psikologi dan sebagainya. Padahal problema kehidupan tidak dapat dipahami secara terkotak-kotak seperti ilmu pengetahuan yang selama ini ada.
Ketiga, belajar itu berlangsung di ruang kelas dan bersumber dari buku-buku mata pelajaran. Oleh karena itu, siswa „dikurung“ di dalam kelas selama jam pelajaran.
Keempat, anak diasumsikan tidak dapat belajar sendiri, sehingga guru harus mengajarinya. Pola ini cenderung mengembangkan pendidikan yang doktriner.
Berdasar asumsi yang salah ini, maka diperlukan mengkajian yang cermat, dan merancang solusi cerdas.
Penulis buku ini mengakui sering kali dinuansai oleh kalimat-kalimat bijak, dalam memicu gagasannya. Misalnya ketika dalam artikel sebuah surat kabar, memuata kalimat bijak, maka serta merta akan melahirkan gagasan. Suatu ketika penulis melitas di jalan raya, Gatot Subroto Jakarta, sebuah Opel Blazer yang melintas di depanya, tepatnya pada kaca belakang tertera stiker bertulisan ‚ „who ever the president our kids should go to school“ menarik perhatiannya, pikiranya ingin mengganti kata tersebut menjadi „ who ever the president, our kids should go to school and get the best education”. Juga ketika membaca sebuah kabar, tertangkap suatu kalimat bijak. Kalimat bijak itu adalah : „non schlae sed vitae discimus“ [maknanya adalah „belajar bukan untuk sekolah tapi untuk kehidupan“].
Melalui berbagai wahana dialog dengan melibatkan kawan-kawanya, terwujud kristalisasi gagasan yakni, menjadikan life skill sebagai orientasi yang digunakan pendidikan.Oleh karena itu, dalam mengembangkan kurikulum seharusnya ilmu pengetahuan hanyalah sebagai sumber konsultatif dan bukan sebagai acuan dasar. Dengan kata lain, yang menjadi tujuan untuk dicapai melalui kurikulum adalah penguasaan life skill, sedangkan im,u pngethauan adalah sebagai wahana. [hlm 136]
Kunci Sukses untuk Guru:
Guru harus terus berinprovisasi sepanjang jam pelajaran untuk menyesuaikan dengan kondisi siswanya.

  • Jika siswa tampak kurang semangat harus memberi motivasi.
  • Jika siswa tampak lelah, harus membuat situasinya ceria
  • Jika siswa tampak bingung, harus membantu menjelaskan.


Seorang kawan penulis pernah menuturkan kelakarnya. Guru itu ibarat pelawak, yang harus tahu model lawakan apa yang cocok dengan penontonya. Jika ternyata penonton tidak tertawa, dengan cepat pelawak harus mengubah lawakannya, sehingga penonton tertawa.
Menurut Muchlas, dalam menumbuhkan motivasi perlu dua tahapan, yaitu menarik perhatian siswa kepada apa yang sedang dipelajari dan membuat siswa tergila-gila untuk mempelajarinya. [hlm 159]
Menyoroti Manajemen Berbasis Sekolah [MBS}
Makna terdalam dari MBS, adalah wewenang sekolah dalam „ruang gerak“ atau „otonomi“ dalam mengelola sekolah dan tidak sekedar menerapkan kebijakan-kebijakan dari atas. Kebijakan dan pertunjuk tersebut harus disesuaikan dengan situasai dan kondisi setempat agar dapat berjalan dengan baik [ catatan warung : baik = ERR(efektif efisien dan rasional)]



Wusana kata :
Buku ini sangat bagus penuturannya, merupakan induksi dari fenomena empirik. Penulis tidak terlihat berpretensi untuk mengkritik, tapi merefleksi fakta. Tidak ada kata siapa yang salah, dan selalu mengedepankan kata „ KITA“ yang bermakna, semua yang terjadi adalah persoalan kita. Kristalisasi pemikiranya dipusatkan kepada bagaimana meningkatkan pribadi anak bangsa, agar hidup bermakna.
Kurikulum yang dirancang hanya mengedepankan tranformasi pengetahuan, dan tidak seimbang dalam meningkatkan harkat manusia, menurut penulis percuma dan tak bermakna. Kecakapan hidup adalah solusi dasar, karena pendidikan selalu berujung pada nilai-nilai hakiki kemanusiaan.
Warung kami, akan mengundang siapa saja yang memiliki gagasan selaras dengan pemikiran ini. Dan akan kami tampilkan dalam lembaran blog kami: http://www.warung–buku.co.cc/
JUDUL : Menggagas Pendidikan Bermakna [Integrasi Life Skill-KBK-CTL-MBS]
PENGARANG : Muchlas Samani
PENERBIT : SIC Jl. Kali Kepiting 97 Sutrabaya 60132 Telp [031] 3813234. CETAKAN : 2007
ISBN : 979-9910-55-2

JUMLAH HALAMAN: 213

Friday, February 8, 2008

PENDIDIKAN LIBERAL

Disadur dari buku Education and The Demokratic Idea karya Stevan M.Chan yang diterbitkan Public Affair Press Nelson-Hall Chicago pada tahun 1979. Selanjutnya disadur oleh : Abdul Munir Mulkan dan Umi Yawisah.

Warung ini sangat sengaja untuk mengetengahkan karya Stevan, disamping karyanya sangat bagus untuk dikabarkan, menurut pandangan kami buku ini memiliki aroma cerdas dalam membangkitkan pemberdayaan di belantara pendidikan. Tentunya pendidikan di bumi Nusantara tercinta, kendati lewat kritik-kritik pedas..
Buku berjudul pendidikan liberal ini mencoba menjelaskan problem demokrasi dan bagaimana hubungannya dengan praktik pendidikan di dalam kelas.Berbagai gagasan Stevan M.Chan tentang hubungan cita-cita demokrasi dan praktik pendidikan liberal ini amat penting bagi perjuangan menegakkan masyarakat demokratis. Sebab dalam proses transformasi menuju masyarakat demokratis itu, pada hakikatnya meletakkan praktik pendidikan nasional sebagai bagian internal proyek besar kebudayaan. Suatu proyek budaya tentang tata niali di masa depan bagi sebuah tatanan masyarakat demokratis. Oleh karenanya wacana pendidikan demokratik sangat kental dalam bahasan demi bahasan ini dan diperlihatkan dengn jelas dalam sekapur sirih buku ini.
Menurut buku ini demokrasi bukan hanya wacana yang mengglobal, tapi saat ini cenderung menjadi system tunggal dalam dunia politik social dan ekonomi yang biasanya membuat sejarah peradaban berhenti bergerak. Inilah titik tolak yang mendasari mengapa perlu pendidikan yang demokratik, sehingga kesinambungan akan terwujud. Teristimewa dikaitkan dengan kondisi geopolitik Indonesia, bahwa system nilai yang selama ini diterima sebagai hal dan apa yang seharusnya mulai mengalami demokratisasi, juga berbagai masalah keberagaman.
Dalam hubungan berbagai permasalahan diatas pendidkan liberal menjadi penting dicermati , dipahami dan disadari semua pihak, baik pemerintahan, politik, elite dan ahli keagamaan serta para orang tua.
Masih dalam sekapur sirih dipaparkan: Demokrasi bukanlah sebuah paket dating dari langit, tetapi merupakan sebuah hasil dari proses belajar dan pembelajaran warga dari sebuah bangsa tentang bagaimana menjalani hidup bersama. Kegiatan pembelajaran adalah inti praktik pendidikan yang berlangsung manakala setiap orang di dalam praktik pendidikan itu, dari murid hingga guru, mampu dan bersedia belajar secara sendiri atau kolektif. Suatu satuan kurikulum, proses pembelajaran, fasilitas fisik dan non fisik, hingga system evaluasi, dibuat dan disusun untuk memenuhi kebutuhan dan maksud belajar dengan melibatkan secara aktif unsur murid dan guru itu sendiri.

Kata Pengantar Abdul Munir Mulkan:
Buku ini akhirnya menjadi inspirator bagi penyelenggara pendidikan, terlebih setelah Abdul Munir Mulkan memberikan pencerahan lewat kata pengantarnya. Ketika mengawali kata pengantarnya, mengatakan bahwa fungsi pendidikan adalah pembelajaran tentang kehidupan manusia di dalam beragam fungsi dan kebutuhan. Dalam pembelajaran terkandung upaya pemenuhan fungsi-fungsi social, ekonomi, politik, selain beragam kebutuhan materiel dan spiritual oleh manusia agar ia bisa tumbuh sebagai manusia normal sehat.
Menurut Mulkan, demokrasi bukanlah sekedar suatu pelembagaan politik kedalam suatu bentuk partai politik, tapi meliputi wilayah moral tentang kesediaan setiap pihak untuk bisa saling belajar bersama antar warga bangsa, agama, partai, etnis, hingga kampung tentang hidup bersama dalam sebuah tatanan negara-bangsa yang harus mereka jalani.

Memanusiakan Pendidikan:
[Masih dalam pengantar Abdul Munir Mulkan]
Tidak begitu kita sadari bahwa kekerasan substansial dan pemaksaan kehendak, lebih sering dialami anak-anak di dunia pendidikan dari ruang-ruang kelas. Di ruang-ruang kelas itulah manusia anak didik seringkali diperlakukan tidak secara manusiawi dan aspirasinya kurang didengar, kecuali menuruti kehendak pendidik yang secara sepihak menyatakan diri sebagai seorang yang lebih dewasa.
Sementara itu, pihak pengelola pendidikan [Departemen Pendidikan Nasional] dan para guru menempatkan diri sebagai orang yang lebih bermoral, sumber kebaikan dan kesuksesan hidup.
Pada saat yang sama, telah lama kita memprihatinkan nasib guru yang gajinya pas-pasan dan masih harus menjadi pelayan yang terpaksa setia kepada elite penguasa, khususnya pejabat di Departemen Pendidikan Nasional.
Pendidikan seharusnya menjadi wahana manusia untuk belajar hidup menyelesaikan problema kehidupan yang sedang dan akan dihadapi. Sayangnya pendidikan lebih sebagai sebuah paket peniruan gaya hidup versi penguasa, birokrat pendidikan dan para “orang dewasa”. Karena itulah pendidikan sering terperangkap sebagai praktik ke-kuno-an dari gaya hidup generasi terdahulu yang ketinggalan zaman. Bahkan, pendidikan juga mudah terperangkap sebagai praktik sebuah system penindasan dan ketidakadilan.
Tanpa reformasi pendidikan sebagai sebuah proses induksi dan dialog budaya antar generasi, pendidikan akan mudah menjadi praktik pemasungan dan penindasan kreativitas serta perlakuan kekerasan sistematis yang terlembaga.
Dalam hubungan itulah pendidikan [nasional] perlu disentuh reformasi melalui peletakan pendidikan sebagi proyek besar bangsa ini untuk mereformasi kebudayaan. Pendidikan bukan sekedar hanya membuat orang cerdas dan terampil, tetapi juga memiliki kesadaran makrifat dan ke-waskitha-an
Tanpa meletakkan dasar kebijakan yang lebih arif [marifat] dan ke-waskitha-an, pendidikan nasional akan gagal memberi pelayanan kebutuhan pendidikan bagi masyarakat public.

Gus Dur ketika masih menjabat di rasanani Mulkan lewat pengantarnya.
Reformasi kebudayaan dan pendidikan nasional menjadi semakin strategis ketika bangsa yang sedang dilanda krisis ini seperti mulai kehilangan arah, justru ketika bangsa ini dipimpin seorang presiden yang konon menyandang kualitas spiritual ke-wali-an. Berbagai kebijakan pemerintahan Gus Dur, kemudian menjadi sulit ditebak, kadang membingungkan masyarakat bahkan para pembantu presiden Gus Dur itu sendiri.
Ironisnya, masyarakat seperti menerima hal itu sebagai kewajaran, karena sang preside adalah seorang yang berkualitas wali. Dan, karena itu pikiran dan kebijakannya sulit dimengerti banyak orang. Ketika bangsa ini menghadapi banyak persoalan yang sebenarnya bisa dijelaskan secara rasional, bangsa ini sepertinya dengan sabar menunggu kebijakan dari langit. Jangan-jangan Menteri Pendidikan Nasional sedang menunggu wangsit dari langit.

Konsep Pendidikan
[Masih dalam pengantar Abdul Munir Mulkan]
Konsep manajemen pendidikan berbasis sekolah yang telah muncul sejak beberapa waktu yang lalu, selain belum berhasil dengan baik diwujudkan ketika pendidikan belum benar-benar bebas dari sentralisme birokratis, juga belum benar-benar memberi ruang bagi aktualisasi daya kesadaran kritis dan kreatif guru dan murid.
Pendidikan seharusnya merupakan aksi pembelajaran berbasis murid dan guru sebagai manusia personal yang tidak bisa hanya direduksi ke dalam konsep-konsep pendidikan impersonal. Di sinilah praktik pendidikan penting diletakkan di atas basis guru-murid, bukan hanya sekedar pada sekolah sebagai struktur kelembagaan yang impersonal.

Memasuki Buku:
Pebahasan buku ini lebih menukik ketika dipaparkan sebuah doktrin dari Lor Acton yang menyatakan bahwa ” kekuasaan politik itu cenderung korup, dan kekuasaan politik absolut pasti korup”(power tends to corrupt; absolute power corrupts absolutely). (hlm:15) hal ini menunjukkan pada khalayak pembacanya, betapa pentingnya sebuah demokratisasi agar kekuasaan politik dapat terkontrol. Barangkali hanya pendidikan dengan pembelajaran yang cerdas mampu mengentas masalah ini.

Pentingnya nilai-nilai kemanusiaan.
Dipaparkan pula pada bab yang membahas “pendidikan liberal “ terkait dengan elemen pendidikan yang diperlukan oleh warga bangsa. Dinyatakan, bahwa elemen pendidikan lain yang sangat diperlukan bagi para warga demokrasi adalah pengetahuan tentang nilai-nilai kemanusiaan. Aristoteles menyatakan bahwa kebenaran [virtue] meliputi dua hal, yaitu; pertama apa yang ia sebut dengan kebenaran moral [moral virtue] dan kebenaran intektual [intelectual virtue]. Kebenaran moral yang lebih tepat disebut atau berkaitan dengan karakter, dibentuk melalui kebiasaan. Seorang menjadi baik dengan melakukan hal-hal yang baik. Segala tindakan keadilan dan pengawasan diri [self control] yang konstan akan dihasilkan oleh seorang yang berlaku adil dan dapat mengendalikan diri sendiri, yang tidak hanya melakukan tindakan-tindakan semacam itu hanya bagi tindakan itu sediri, tapi karena hal itu merupakan watak tyang tidak tergoyahkan.
Kebenaran intelektual adalah apa lebih populer dan seringkali disebut dengan kebijaksanaan (wisdom). Dalam pengertian yang sempit, seorang yang bijak atau bijaksana adalah seorang yang pandai menilai yang baik itu sebagi yang baik. Ia mampu membedakan antara nilai [worth] dan harga [cost], dianugrahi suatu ketajaman, kebijaksanaan, dan limpahan kualitas yang sangat berharga, yaitu pikiran sehat.(hlm:23).

Kritik pembelajaran di kelas.
Suatu tantangan dan kritik yang meragukan jika ruang kelas memberi lingkungan yang tepat untuk mencapai (menyediakan) pendidikan yang bermanfaat. Betapa sering seorang mengatakan, bahwa jenis pengetahuan paling berharga berlangsung di luar kelas, bukan d dalam kelas. Dan cara memperoleh pengetahuan signifikan ialah dengan bekerja, berpergian atau berinteraksi dengan orang lain, karena hidup itu sendiri menyediakan pendidikan terbaik. Pandangan seperti ini telah beberapa kali didukung dan diperkuat oleh observasi, bahwa lulusan perguruan tinggi yang paling brilliant sekalipun bisa jadi memperoleh kenaifan atau ketidakpekaan biasa ketika berusaha keras untuk hidup berdikari di dunia. (hlm:30).
Para individu dengan gelar dari perguruan tinggi tidaklah lebih suci dan lebih saleh atau bijaksana dari orang lain, apalagi jika sifat-sifat (pelengkap-pelengkap) kualitas yang menakjubkan dari suatu pendidikan liberal tidak dimilikinya. [hlm:31]

Kegagalan ujian:
Bahwa ujian telah gagal menjadi basis yang masuk akal untuk mengevaluasi prestasi peserta didik, malahan menghalangi kebebasannya dan melumpuhkan kreativitasnya. Juga ditegaskan bahwa nilai yang merupakan pelengkap, sifatnya tidak teliti. Dalam usaha mengukur orang-orang, nilai hanya berhasil dalam membuat trauma dan menghilangkan sifat kemanusiaan mereka.(hlm 82)
Ujian menghalangi kebebasan murid atau mahasiswa, ujian mengecilkan hati mereka dalam mengikuti topik-topik perhatian sekehendaknya, dan justru memaksanya mempelajari topik-topik perhatian dari guru atau dosennya. Jadi dapat dikatakan bahwa, ujian justru menghalangi pross belajar dan bukan mengembangkannya. (hlm:83-84)
Ujian melumpuhkan kreativitas murid atau mahasiswa dan memberikan tekanan pada pengulangan pernyataan yang selalu merujuk fakta-fakta serta teknik-teknik sehingga hal itu mengalihkan murid atau mahasiswa dari dorongan untuk berpikir yang original dan imajinatif tentang isu-isu yang signifiakn. Karena itu, dikatakan bahwa ujian akan menghalangi proses belajar bagi murid atau mahasiswa dan bukan mengembangkannya.
Pertanyaan yang perlu diajukan ialah bagaimana dapat ditentukan, apakah seorang individu memiliki informasi dan kemampuan yang berhubungan dengan bidang penyelidikan. Ujian memungkinkan bagi pengajar maupun yang diajar untuk membuat ketentuan demikian secara efektif. Dengan demikian, daripada melumpuhkan kreativiats lebih baik menyediakan kerangka bagi pemikiran yang imaginatif dan orisinal agar dapat lebih produktif.

Kritik terhadap nilai.
Bahwa nilai-nilai membuat trauma para murid atau mahasiswa. Orang-orang yang setuju dengan kritik ini membantah bahwa nilai menimbulkan kompetisi, membangkitkan kebencian dan permusuhan yang kemudian mengubah suasana akademis yang tenang menjadi situasi yang penuh tekanan, membuat gelisah, dan tidak sesuai bagi pengetahuan sejati [genuine learning].[hlm:88]
Bahwa nilai dikaitkan dengan upaya mengukur orang, nilai hanya berhasil dalam penghilangan sifat kemanusiaan atau dehumanisasi dan penggolongan orang tersebut, menghilangkan keunikan dirinya, dan mengurangi [menurunkan]nya pada sebuah angka atau huruf alphabet, Konon nilai mengalahkan [menggagalkan] salah satu tujuan-tujuan pendidikan yang esensial, yaitu menolong tiap-tiap individu dalam mengembangkan kepribadian [individualitasnya][hlm:90]

Suatu solusi
Melaksanakan ujian yang baik merupakan suatu usaha keras yang kreatif, dan seperti halnya semua usaha yang kreatif, tidak ada resep yang pasti bagi sukses di dalam usaha melakukan ujian tersebut. Satu-satunya resep yang paling dapat diharapkan adalah garis-garis besar pedoman yang dapat dijadikan dasar yang kuat bagi sebagian kecil kesuksesan dalam menilai dan menguji. Pedoman yang harus dilakukan antara lain:
  • Bahwa sebaiknya ujian dilakukan sebagai cermin dari suatu materi perkuliahan yang telah diberikan selama ini. Dibawah ini akan dikemukakan contoh bagaiman menguji berdasar prinsip tersebut [hlm:95]
  • Bahwa melaksanakan ujian yang berhasil adalah mengajukan soal-soal yang memerlukan jawaban terperinci. Barangkali kesalahan yang paling serius pada ujian-ujian di perguruan tinggi adalah bahwa mereka membiarkan mahasiswa mengelilingi pokok permasalahan tanpa pernah memperlihatkan lebih daripada pengetahuan yang dangkal mengenai materi perkuliahan.[hlm:96]

Kewajiban seorang instruktur [pengajar] adalah membimbing [menuntun] proses pembelajaran. Dosen atau guru itu diharapkan mengetahui meteri mana yang harus dipelajari dan dalam kondisi apa materi harus disajikan. Ia diharapkan mengetahui bagaimana tiap individu harus bergerak agar semua usahanya menjadi sangat produktif, Ia juga diharapkan mengetahui apa yang merupakan kemajuan dan sampai mana kemajuan tersebut telah dicapai masing-masing mahasiswa. Mahasiswa sendiri tidak memiliki pengetahuan demikian; itulah sebabnya mengapa mereka menjadi mahasiswa.
[hlm :114]
Simpulan Perbincangan:
Karya ini menyoroti tanggungjawab pendidikan yang tersirat dalam cita-cita demokrasi. Terutama sekali ingin memaparkan bagaimana kebebasan, individualitas, dan persamaan hak berhubungan dengan disiplin, otoritas, serta keunggulan. Di sinilah letak makna pendidikan bagi praktik demokrasi.[hlm:147]

JUDUL : Pendidikan Liberal [Education and The Democratic]
PENGARANG : Stevan. M.Chan [Penyadur: Abdul Munir Mulkan dan Umi Yawisah]
ALAMAT :Kreasi Wacana Jl Kadipaten Kulon KP I/73 Yogyakarta 55132 Telepon [0274] 381682 E-mail: kreasi-wcn@yahoo.com
ISBN : 979-95774-0-2
JUMLAH HALAMAN:149.