Buku ini karya Muhammad AS Hikam, sebuah kreasi imaginasi karena kangennya kepada Gus Dur, Guyonan Gusdurian, kembali di munculkan, Kendati dipaket untuk sebuah kenangan, buku ini bisa melihat secara cermat, bahwa mantan Presiden RI ini kuat di wilayah sense of humor. Kecerdasan bisa membuat apa saja yang rumitmenjadi hal yang biasa saja, jika kita yakin bahwa masalah itu memang untuk diurai dan bhukan untuk dihindari.
Buku ini menjadi menarik ketika Prof. Dr. Franz Magnis Suseno, SJ meramaikan melalui kata pengantar. Romo Franz membandingkan antara Gus Dur dan Bung Karno, yang sama sama memiliki rasa kesadaran berbangsa sangat tinggi. Gus Dur tidak ingin ada sekat-sekat bahkan menghargai minoritas yang berpendap berbeda dengan yang mayoritas harus dihargai. Logikanya ringan saja, yang besar melindungi yang kecil, bukan yang besar memakan dan memaki yang kecil.
Bung Karno yang selalu berpakaian perlente, namun Gus Dur berpakaian sederhana, namun keduanya punya etika cerdas dalam berbangsa dan Bernegara. Menjunjung derajat rakyat kebanyakkan adalah suatu kewajiban.
AS Hikam sangat piawai meramu buku ini, sehingga dengan relaksasi, namun mampu mendekatkan kembali Gus Dur. Klarifikasi yang terkait dengan pemikiran Gus Dur yang sok kontroversi dipapar dan disederhanakan, sehingga banyak orang menjadi paham.
Karena penyajiaan buku ini kental dengan terminologi dan kosakata Jawa, maka di lembar belakang buku ini disertakan Glosarium Jawa-Indonesia.
Berikut komentar sampul belakang:
Membaca bukun ini tersa bertemu dengan Gus Dur, isinya khas Gus Dur, bahasanya lancar, enak dibaca dimulai bagian manapun
(Prof. Dr. MAhfud MD- Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi RI dan Menteri Pertahanan era Pemerintahan Gus Dur)
[]
Membaca tulisan ini, saya merasa terbang bersama Gus Dur kedimensi keabadian, untuk berbagai keluasan hati seperti telah dilakukan oleh Hikam, seorang pendidik, saintis, terlebih lagi seorang manusia sejati
(Anand Krishna-Pejuang HAM, Spritualis)
[]
No comments:
Post a Comment