Buku karya Nur Syam ini sudah lama terbit, namun baru saat ini saya up-load di blog saya. Buku ini sudah setengah tahun menginap di perpustakaan pribadiku. Sebuah karya yang mengundang banyak komentar dan diserang habis-habisan oleh berbagai kalangan. Memang Nur Syam orang yang punya pikiran yang kadang mengundang kontroversi, bahkan kalau boleh saya katakan orang yang satu ini acapkali membuat orang terkaget-kaget. Otaknya selalu berputar-putar, kreatif dalam membuat tulisan, produktivitas juga tak teragukan. Tapi mengapa baru di-up-load?, jawabnya karena padatnya aktivitas, namun juga pikiran yang belum mood. Hanya gara-gara tadi pagi (8-Maret'2012), aku mebaca tulisannya tentang PLPG Guru Kemenag, di Jawa Pos, membuat saya kangen dengan buku-bukunya, sekaligus dengan orangnya. Maklum Nur Syam tergolong sahabat dekat.
Tulisan Nur Syam ini terkategori dari pemaparan realitas sosial, yang dikemas dalam Dramaturgi Transendental. Dia mengungkap pelacuran di Surabaya dari sesi khusus mengenai perilaku pelacur. Karena penulis adalah seorang intelektual Islam, maka tulisannya disentuhkan dengan agama. Dalam buku ini tersurat bahwa pelacur adalah sosok manusia yang tak perlu dipinggirkan, karena pelacur sejatinya bukan sebuah pilihan. Dan dalam diri pelacur kadang juga masih ada cita rasa ingat akan keesaan Tuhan, bahkan dalam buku ini dipaparkan ada pelacur yang masih taat menjalankan agama (sholat).
Menariknya buku ini menjadi ajang perdebatan, bahkan seakan mengundang sekaligus memberi ruang untuk berdiskusi tentang agama dengan tajuk pelacur.
Buku ini juga dicermati oleh banyak orang, secara khusus buku ini seperti di beri catatan khusus, oleh Agung Aditya Subhan dalam webblognya. Kalau ingin tahu perlawanan pemikiran Agung Adtya Subhan pada Prof. Dr. Nur Syam, silakan KLIK, LAWAN
1 comment:
TKP Sob ...
Post a Comment