SILA CARI DI SINI!

Google

Tuesday, August 26, 2008

BUKU PROFIL PARPOL PESERTA PEMILU 2009, SALAH GAMBAR ??

[Mudah-mudahan buku ini, segera membuat ralat kesalahan, pada halaman 9 dan halaman 15]
Pada tahun 2009 masyarakat Indonesia bakal pesta demokrasi lagi, kurang lebih sekitar 42 triliyun rupiah akan dihabiskan. Untuk kali ini dijamin lebih semarak, peserta pemilu makin berjimbun, sekitar 34 partai politik akan berdansa di arena pemilihan, itupun masih ditambah lagi dengan partai politik yang sangat keberatan ketika verifikasi faktual merasa terpinggirkan. KPU bergeming dan mengambil langkah banding, jika KPU kalah, dapat dipastikan partai politik akan bertambah.
Tentunya banyak pula yang belum diketahui masyarakat pada umumnya, bahwa saat ini, Republik tercinta sedang membuka pintu dan jendela demokrasi. Aceh sebagai daerah istimewa, ternyata istimewa benar, sekitar enam partai local mendapat modalk persetujuan, untuk ikut berdendang dalam pemilu mendatang.
Informasi yang kurang, ditambah sosialisasi yang terbatas, membuat orang tidak mengenal profil partai politik secara luas. Kini telah hadir sebuh buku yang membantu membuka pengetahuan yang buntu.
Data buku
JUDUL : Profil Partai Politik Peserta Pemilu 2009
PENULIS: Team—Juanedi [Editor]
PENERBIT : Pustaka Timur Ngemplak RT/RW: 10/18 Nogotirto, Yogyakarta 55292. Telpon [0274] 70199945.
ISBN: 978-979-3837-23-9
CETAKAN ; I –2008

Partai Politik Peserta Pemilu Tahun 2009
Komisi Pemilihan Umum [KPU] sudah menetapkan 34 partai politik peserta pemilu 2009 dalam siding pleni di kantor KPU pada tanggal 7 Juli 2008. Jumlah pesderta Pemilu 2009 lebuih banyak dari Pemilu 2004 dan lebih sedikit dari Pem,ilu 1999. Pada Pemilu 1999 diikuti 48 partai politik, sedangkan pemilu 2003 diikuti 24 partai politik. Partai-partai politik peserta pemilu 2009 terdiri dari 16 partai peserta Pemilu 2004 yang tercata memiliki kursi di parlemen dan ditambah 18 partai politik baru yang lolos verifikasi factual.

Rekor Masa Kampanye terpanjang.
Masa kampanye untuk Pemilu 2009 termasuk memiliki rekor terpanjang, selama 9 bulan atau kurang lebih 270 hari, Terhitung sejak tanggal 12 Juli 2008 masa kampanye telah dimulai dan akan berakhir pada tanggal 5 April 2009. Inilah saat terbaik partai untuk melakukan sosialisasi.

Kontrovesrsi:
Pemilu 2009 ternyat tidak lolos dari sebuah kontroversi, ini nampak beberapa partai yang tidak memenuhi “electoral treshould akhirnya ikut serta dalam pemilu. Berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD, sembilan partai yang tak memenuhi ambang batas perolehan suara 3 persen semestinya tak berhak ikut Pemilu 2009. Tetapi, sebuah preseden yang amat buruk telah dibuat dalam perumusan UU No. 10/2008. Sebuah aturan peralihan ternyata memberi jalan.

BUKU INI CEROBOH:
Buku ini ternyata juga mengkreasi kesalahan yang dapat dikategorikan meresahkan, bahkan dapat membahayakan. Dianggap membahayakan bisa juga memicu kebingungan, karena salah dalam meletakan gambar partai. Lebih menakutkan bila orang akhirnya salah pilih atau salah coblos, hanya melihat gambar di buku ini, dan kemudian tersimpan di long term memory-nya.
Pada halaman 9 buku ini, Partai Barisan Nasional [Barnas], gambar partainya tertukar dengan partai Kedaulatan. Selanjutnya pada halaman 15, Partai Keadulatan gambarnya tertukar Partai Barisan [Barnas]

[CATATAN MUDAH_MUDAHAN BUKU INI SEGERA DITARIK, DAN DIRALAT]

Monday, August 25, 2008

MOH.MAHFUD MD: SELAMAT MENAHKODAI—MK

Profesor dari UII Yogkarta ini, kembali membuat sejarah, nasibnya selalu berdekatan dengan dewi fortuna, kendati penampilannya nampak biasa-biasa saja, namun nasibnya ditakaran yang lebih dan beruntung. Buktinya dengan usia yang tergolong masih muda, professor kelahiran pulau garam ini, langganan jadi penjabat.
Kepada siapapun dekat, tidak memiliki konsep lawan, semua manusia adalah temannya. keluguan dalam berteman adalah hidup yang dipertahankan.
Sangat menghindari kotak-kotak alias kelas, bahkan menurutnya, bahwa orang itu memiliki derajat sama. Tanpa harus membeda-bedakan, antara atasan dan bawahan. Mengaku canggung ketika harus berada di pusaran protokoler, apalagi jabatan yang disandangnya sebagai Menhankam, yang penuh dengann renik-renik protokoler.
Warung ini, memiliki kisah hidup Moh Mahfud.MD, yang ditulisnya sebagai otobiogarfi dengan segmen melihat dirinya ketika menjadi seorang pejabat di masa sulit.
Buku itu berjudul—“Setahun Bersama Gus Dur—Kenangan setahun menjadi Kenangan menjadi Menteri Saat Sulit
Data buku:
JUDUL: Setahun Bersama Gus Dur-Kenangan Menjadi Menteri di Saat Sulit
PENULIS: Moh.Mahfud MD
PENERBIT: LP3ES. Jl. S. Parman No. 81, Jakarta 11420 Telp. 567 4211-13. E-mail : puslp3es@indo.net.id
ISBN: 979-330-04-x
TEBAL: xx + 322 hlm; 15,5 x 23 cm
CETAKAN I--April 2003
Nasionalisme boleh diacungi jempol dua:
Ketika menjabat menjadi Menhankam, sangat risih melihat sepak terjang pemerintahan kita yang sering diobok-obok oleh Amerika, intervensi dan kegiatan mata-mata Amerika sangat merisaukan dirinnya. Dengan tegas lugas diungkapkannya, bahkan langsung masuk kuping para pejabat kedutaan Amerika Serikat yang ada di Jakarta. Inilah sepintas kilas tentang jati diri seorang M. Mahfud, MD, bahwa Negara yang berdaulat seperti Indonesia itu memiliki hak hidup yang nir terhadap campur tangan pihak asing

TERTANGKAPNYA WISATAWAN YANG MATA-MATA:
Moh. Mahfud MD bertbicara keras tentang tertangkapnya seorang wisatawan dari Amerika yang ternyata diduga keras melakukan kegiatan mata-mata. Aaron, wisatawan yang tertangkap itu, dipergoki sedang menyiarkan gambar-gambar kerusuihan di Timika dari sebuah hotel di Jayapura yang ternyata sangat menyudutkan pemerintah Indonesia. Ketika ditanyakan kepada Pandam Cebdrawasih, ternyata benar bahwa orang itu menyiarkan berita ke luar negeri dengan sebuah pemancar sendiri, padahal visanya adalah visa wisata.
Akibat peritiwa ini Mahfud MD sangat marah atas kejadian ini dan mengkrtik keras Duta Besar Gelbart yang mengambil Aaron yang semestinya harus dideportasi.

KOBOI TEXAS MELAWAN KOBOI MADURA
Majalah Gatra menulis bahwa karena kejengkelannya, sang duta besar Amerika itu melapor kepada Wapres Megawati. Namun, megawati mengatakan bahwa sebagai Negara yang merdeka, berdaulat, dan punya harga diri, maka Indonesia tidak bisa diperlakukan seenaknya oleh Negara manapun. Mega mencela bahwa Gelbart terlau bersikap seperti koboi dari Texas di Indonesia sehingga dia selaku Wapres tidak dapat menyalahkan Menteri Pertahanan-nya. “Kalau dia mau berlaku seperti koboi Texas maka biar dilawan oleh koboi dari Madura
[hlm; 51]
MAHFUD MD, MENTERI YANG KADANGKALA KAMPUNGAN DAN “KATROK”
Ketika menjamu Menteri Pertahanan Korea Selatan, dalam menyantap hidangan lazimnya memakai sumpit, Mahfud justru menggunakan sendok dan garpu, karena makankan yang dikais dengan sumpit licin dan cenderung berontak. Dikesempatan itu Mahfud MD diajari menggunakan sumpit oleh Menteri Pertahanan Korea Selatan.Apalagi jika mendapatkan kesempatan menjamu tamu dengan bermain Golf, dapat dipastikan pak Mahfud jadi bahan tertawaan.
Dikesempatan lain, Mahfud mengaku tidak begitu tahu, bahwa, secara protokoler, ada aturan tersendiri untuk warna baju yang harus dipakai. Misalnya jas warna gelap harus dipakai dengan kemeja warna terang. Ketika pada suatu hari harus menerima Menteri Pertahanan Malaysia, dia melakukan kekeliruan mengenai hal itu. Dia berangkat dari rumah dengan memakai setelah jas hitam tetapi baju lorek-lorek berwarna coklat dan dasi bermotif coklat pula. Dengan sigap staf ahli Mahfud—Mayjen Albert Paruntu menyodorkan kemeja berwarna putih yang masih baru. Rupanya staf ahli pak menteri sangat paham kalau, bos itu memang “katrok.” [ hlm :280 ]


Thursday, August 21, 2008

SUPRIYADI: SEBUAH KONTROVERSI.

Sadapan buku "MENCARI SUPRIYADI" [Baskara T. Wardaya, SJ]
Menelusuri buku Mencari Supriyadi—Kesaksian Pembantu Utama Bung Karno.
Romo Dr. Baskara. SJ. Secara tidak sengaja menemukan Eyang Andaryoko Wisnuprabu--AW, ketika sedang menyelenggarakan sebuah pementasan, yang mengangkat naskah Romo Dr. Sindhunata, SJ di Kota Semarang. Tiba-tiba disarankan untuk minta nasehat kepada sesepuh kebudayaan di kota itu, Eyang Andaryoko ternyata adalah sesepuh yang dimaksud, melalui pembicaraan itulah tertangkap sebuah pengkuan bahwa jati diri Eyang itu adalah Supriyadi.
Seperti sebuah jalan yang harus dilalui oleh Romo Baskara T. Wardaya, untuk mengangkat tulisan yang melingkup sejarah bangsa ini. Sebagai seorang-orang yang menekuni sejarah, Romo Baskara, seperti menemukan sesuatu yang berharga.
Kaidah keilmuan tentunya juga dikedepankan, mulai dari persiapan prnulisan yang penuh dengan citarasa keilmuan. Sekuensial dari prosedur yang harus dilakukan tetap diteggakan. Dalam penulisannya beliau juga melakukan triangulasi, yakni suatu metode penelitian dengan menggunakan beberapa metode lain, dalam hal ini, Cross-Checking hasil wawancara dengan studi kepustakaan. Inilah adalah tuntutan keilmuan sebagaimana yang disarnakan oleh Taylor & Bogdan dalam penelitian kualitatif.
Menurut Romo Baskara, dalam proses triangulasi itu, banyak kesesuaian informasi Eyang Andaryoko tentang peristiwa-peristiwa di seputar Bung Karno dan Soeharto, yang dapat memperkuat kebenaran klaim sang tokoh bahwa ia memang Supriyadi.
Buku ini sangat syarat informasi, kendadati mendatangkan beberapa kontroversi
Data buku
JUDUL: Mencari Supriyadi-Kesaksian Pembantu Bung Karno
PENULIS : Baskara T. Wardaya, SJ
PENERBIT: alang Press. Jl. Anggrek 3/34 Baciro Baru Yogyakarta 55225. Telp. [0274] 554985, 554986. E-mail: redaksi@galangpress.com http://www.galangpress.com/
CETAKAN I- 2008
ISBN: 979-602-8174-07-7
TEBAL: 230; 150X 230 mm

Supriyadi Sang Misterius,
Buku ini juga mengungkap, bahwa Supriyadi itu tokoh yang penuh misteri dan akhirnya juga memproduksi misteri.
Misteri itu menjadi lebih besar ketika orang sedang mengingat bahwa pada tahun 1945, saat negeri ini membentuk kabinetnya yang pertama pada tanggal 6 Oktober 1945, Presudeng Soekarno menunjuk Supriyadi menjadi Menteri Keamanan Rakyat. Misterinya adalah bahwa pada satu sisi ada kemungkinan dia sudah mati, tetapi pada sisi lain ia diangkat menjadi seorang menteri. Hal ini tentu saja cukup misterius. Tetapi menjadi lebih misterius lagi ketika kemudian pada tanggal 20 Oktober 1945 Supriyadi juga ditunjuk menjadi Panglima TKR [Tentara Keamanan Rakyat]. Sekali lagi, pada satu sisi ada ketidakjelasan apakah Supriyadi masih hidup atau telah mati. [hlm: 22]

SBY mengaku anak Supriyadi??
Tentunya banyak orang terkejut membaca buku ini, karena nama Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, ikut disebut-sebut, ketika dilakukan wawancara dengan Eyang Andaryoko.
Ketika itu Eyang Andaryoko diberi pertanyaan :
“Beberapa buku menyebut bahwa Supriyadi pernah bertugas untk menjadi pengawas Romusha. Benar?”
Tidak, tidak pernah
….Nah, ini saya hubungkan ya?, Pak SBY [Presiden Soesilo Bambang Yodhoyono], waktu kepilih jadi Presiden baru, dia pernah mengaku sebagai anaknya Supriyadi. Sebenarnya nama Bapak dia itu adalah Soekotjo, menjadi Angkatan Laut Jepang. Tapi lalu hilang. Karena hilang dan tidak jelas beritanya, lalu dilakukan bahwa nama orang itu adalah Supriyadi. Ini masuk media massa. Say abaca. Saya terheran-heran: Lho kok begini?! Waktu itu SBY disebut sebagai “satriyo piningit”, Satriyo apalah, pokoknya di diumbnulke [diangkat-angkat]. Tetapi tentu saja itu tidak benar. Tapi bagi saya ya tidak apa-apa. Itu terserah….[hlm 49]

Andaryoko pernah berbohong
Ketika di wawancarai tanggal lahirnya, Eyang Andaryoko berbohong.
Kapan tanggal lahirnya ?
Tanggal 23 Maret 1920. Tapi waktu mendaftar di PETA saya dimudakan, menjadi tahun 1923. Saya dicatat sebagi lahir di Trenggalek, 13 April 1923. …[hlm; 48]
….Seperti sata katakan tadi, di Blitar itulah saya mengaku kelahiran Trenggalek. Umur saya dibuat lebih muda, sehingga meskipun saya lahir tahun 1920 saya dicatat lahir tahun 1923.

Banyak orang yang mengaku Supriyadi.
Karena tidak diketahui kuburannya dan dianggap sebagi tokoh yang misterius, maka dari masa kemasa bermunculan orang yang mengaku sebagai pahlawan yang hilang itu. Semasa Darmadi [Bupati Blitar 1945-1956), ayah dari Supriyadi, masih hidup [ia meninggal tahun 1973) paling sedikit lima kali ia ditemui oleh oarng yang mengaku sebagai anaknya. Ki Utomo Darmadi [waktu muda bernama Setio Utomo], adik tiri dari Supriyadi pernah ditelpon oleh Wakil Presiden Try Sutrisno karena ada orang tua di Yogya yang mengaku sebagai Supriyadi. Utomo bernagkat ke Yogya dan menemui orang tersebut. Ketika ditanya badsalam bahasa Belanda dan Jepang, orang itu tidak mengerti, padahal Supriyadi pernah bersekolah di MULO dan MOSVIA dan ikut kemiliteran Jepang. Utomo Menyimpulkan meskipun orang itu pintar tetapi bukan Supriyadi.

Buku ini tetap menjujung obyektivitas.
Dalam menjamin kaidah ilmiah buku ini tidak serta merta membenarkan apa yang dikatakan oleh Andaryoko. Misalnya pada bab “Beberapa catatan tentang Fakta Historis”
…Ada beberapa hal yang menjadi tanda tanya dalam jawaban yang diberikan oleh Andaryoko Wisnuprabu. Mungkin saja ia lupa atau ada keterangannya yang tidak akurat. Tetapi kalau ketidaktepatan factual itu cukup banyak, masihkah dapat dipercaya pengakuannya ia adalah Supriyadi yang memimpin pemberotkan PETA tahun 1945?

Tuesday, August 19, 2008

JATI DIRI SHODANCHO SUPRIYADI— SOROTAN BUKU PETA:

Jika Eyang kakung Andaryoko itu Supriyadi, berarti beberapa buku yang terbit dimasa sebelum pengakuan Eyang harus di musnahkan, dan dapat dianggap melakukan pembohongan publik.
Kita tidak boleh serta merta memberiakn vonis salah benar, karena alat verifikasinya masing-masing lemah. Oleh karenanya setiap bentuk penulisan yang terkait dengan Shudhanco Supriyadi masih merupakan kebenaran Hipotetik.
Tentunya Romo Dr Baskara T. Wardaya, dsangat paham dan sangat sadar tentang hal ini, sebagai penulis, akan mencari data pendukung, dengan dimensi akurasi yang tinggi.
Hingga saat ini telah banyak penerbitan yang terkait dengan perjalanan sejarah PETA dan Supriyadi, namun setelah bermunculan pengakuan “Supriyadi-Supriyadi”, buku-buku itu kembali berada di wilayah hipotetik.
Eyang Andaryoko harus dihargai, karena menurut pengakuannya beliau sering dipanggil oleh teman-taman “supriyadi”, bahkan menurut penuturan Wilardjo yang saat itu bertugas sebagai Dinas Scurity Pengawal Presidem. “Bung Karno biasa memanggilnya dengan nama Sup,”…. Barangkali inilah yang meguatkan Eyang Andaryoko bahwa beliua itu memang “sup”.
Sorot Warung:
Buku yang nongkrong di Warung kami berbunyi lain, bahwa Supriyadi itu hilang, asal musalnya jatidirinya juga sangat bertentangan dengan pengakuan Eyang Andaryoko.
Datil buku:
JUDUL: PETA Tetntara Sukarela Pembela Tanah Air[ Di Jawa Dan Sumatera 1942-1945]
PENYUNTING: Purbo S. Suwondo
PENERIBIT: Pustaka Sinar Harapan.
CETAKAN: I—1996
ISBN: 979-416-407-0
TEBAL: xix + 296 hlm
Menurut buku ini, Supriyadi nama aslinya Priyambodo lahir pada tanggal 13 April 1923 di Trenggalek, anak dari bapak Darmadi, seorang pangreh praja [hoof jaksa], dengan ibu bernama Rahayu. Namun sejak kecil ia ditinggalka mati oleh ibu dan ayahnya kawin lagi dengan kerabatnya, yakni ibu Soesilah. Sejak kecil ia dekat dan diasuh oleh eyang kakung tiri [ayah Soesilah] yang bernama Sosrodihardjo--Seorang mantra guru di Kertosono. Pada waktu itu sosrodiharjo sudah memprediksikan bahwa Priyambodo yang kemudian ataskemauannya sendiri diganti menjadi supriyadi mempunyai kelebihan-kelebihan jika disbanding dengan anak-anak lainnya. Dari Sosrodihardjo inilah Supriyadi dinasehati atai’ diwejanggi” dengan nilai-nilai heroic yang bersumber pada pahlawan-pahlawan pewayangan, sehingga nantinya ikut membentuk kepribadian Supriyadi yang lebih menguatamakan kepentingan orang banyak daripada kepentingan pribadi [menurut wawancara dengan Utomo Darmadi]. Salah satu contoh sifat ini tercermin dari sikap Supriyadi yakni menjelang dilakukan pemberontakan dia mengambil seluruh uang tabungannya pada kantor pos Blitar untuk membiayai pemberontakan yakni dengan menyerahkan uang itu pada toko makanan, yang selanjutnya digunakan untuk mendukung perbekalan. Selain itu dari Sosrodihardjo, Supriyadi dibekali dengan ilmu-ilmu kejawen seperti tirakat, nglakoni, semedi. Supriyadi oleh pengikutnya juga dianggap sebagai orang yang memilki kekuatan supranatural.

BULUTANGKIS INDONESIA MENGGETARKAN DUNIA.

Akhirnya lagu Kebangsaan Indonesia Raya berkumandang di Pesta Olah Raga yang sangat bergensi itu, untuk kesekian kalinya Indonesia kembali bergeming tradisi Emas masih bisa dilajutkan. Universitas Gymnasium Beijing menjadi saksi, betapa hebat para pembulutangkis Indonesia, dengan kekuatan penuh dan mermandi peluh. Akhirnya keinginan luhur itu tercapai tepat malam hari menjelang peringatan Hari Kemerdekaan. Sungguh merupakan memontum tepat, seakan bangsa Indoensia memperoleh hadiah yang sdangat berharga dan tiada tara.
Tradisi Emas itu memang harus dipertahakan, secara bererutan dapat kita toreh kembali.


  • Beercelona [1992], Medali emas dicetak oleh , Susi Susanti dan Alan Nudikusuma
  • Atlanta [1996], kembali mendulang Medali emas, Ricky Subagia dan Rexy Mainaky
  • Sidney [2000], gengaman erat Medali emas itu dipertahankan, Candra Wijaya dan Tony Gunawan
  • Athena [2004], Emas dikawal ketat, Taufik Hidayat
  • Beijing [2008], tardisi tetap diperthankan, medali emas itu tak akan lepas, markis Kido dan Hendra Gunawan

Warung ini, juga mempertahankan tradisi, untuk selalau memberikan rasa hormat dan pujian tulus, kepada siapa saja yang berprestasi. Dikaislah beberapa buku-buku yang berbau bulu tangkis alias Badminton, terdapat dua buku,
1. Thomas Cup Di Boyong Kembali Ke Indoensia [Team Thomas Cup Indonesia]
2. Bulutangkis Bermutu [Ferry Sonnenville]
Data buku:
JUDUL : Thomas Diboyong Kembali Ke Indonesia
PENULIS : Team Thomas Cup Indonesia—Rudy Hatono-Mulyadi-Darmadi-Indriatno-Indra Gunawan-Mintarjo-Sudjono Djaliteng danI.Sumirat
PENERBIT : “GRIP” Surabaya
CETAKAN : --Tahun 1970
TEBAL: 58




Buku ini membentangkan tekad tim bulutangkis Indonesia untuk memboyong kembali Piala Thomas yang lepas dari gengaman Indonesia.
Malaya—Malaysia, ternyata duluan:
Ternyata di Asia Tenggara, Malaya- Malaysia adalah Negara pertama yang mampu memboyong Piala Thomas ke negerinya [1949]. Saat itu para pembulutangkis negeri datuk ini, termasuk disegani. Lawan-lawannya yang tangguh, ternyata runtuh. Padahal zone amerika itu terdapat pemain yang luar bisa, seperti Dave Freeman [AS], atau yang di zone lainnya Jhon Skoarup [Denmark]. Bahkan pada perebutan-perebutan berikutnya di tahun 1952, dan 1955, Malaya secara gemilang berhasil mempertahankannya. Membuat Piala Thomas bersemayam selama 9 tahun di Semenanjung Malaya.
Selanjut Indonesia, merajut kemenangan: [1958]
Pada perebutan Thomas Cup ke-4--1958 yang berlangsung di Singapore, Indoensia berhasil masuk final setelah berturut-turut menundukkan Australia dan Selandia Baru masing-masing dengan angka 9-0.
Regu Indonosia yang berjumlah 10 orang, terdiri dari 8 pemain dan 2 orang officials. Kedelapan pemain masing-masing : Fery Souneville [Nyo Kim Bie], ketika itu bertindak selaku playing captain, dan coach Tan Joe Hock, Edy Yususf, Lie Po Djian, Thiam Beng. Officials R. Jusuf[Tim Manager] dan Ramli Rikin nonplaying captain.
Ternyata ketika final melawan Denmark yang diperkuat oleh pemain andalnnya, Finn Kobero dan Erland Kops, dengan mudah “dijinakkan” oleh pasangan Ferry Sonneville dan Erland Korp. Inilah sejarah pembuka perbulutangkisan Indonesia.

INSIDEN SENAYAN 1967--"Bonek kita saat itu"....
Perebutan Thomas Cup Tahun 1967, kebali berlangsung di Jakarta. Empat Negra yang berhasil masuk final, yakni : demark [Zone Eropah], Amerika serikat [Zone Amerika Serikat], Jepang, Malaya—Malaysia, [Zone Australia]. Sedangkan Indonesia sebagai Negara bertahan baru akan bertanding dalam challenge Round.
Event ini ini juga menandai regereasi, karena Ferry Sonneville sudah diangkkap semakin uzur, masuklah generasi baru sebagai darah segar bulutangkis Indonesia, Rudy Hartono, Mulyadi dan Darmadi.
Sayang suatu kejadian yang amat disesalkan terjadi di Istora Senayan. Ketika terjadi pertandingan antara pasangan Indonesia Mulyadi-Agus Susanto melawan pasangan Ng Boon Bee-Tan Je khan-Malaysia, muncul kegaduhan.
“Bonek” bulutangkas Indonesia Gaduh, dan dianggap mengganggu jalannya pertandingan. Diputuskan untuk di stop, dan bertandingan ditunda untuk dialihkan ke di Selandia Baru, Indonesia serta merta menolak. Akhirnya Herbert Scheele sebagai honorary referee memenangkan pihak Malaya—Malaysia dengan stand 6-3. Dan Thomas Cup diboyong ke Malaysia.
Tentunya maklum ketika itu, sentimen penonton memang tidak dapat dikendalikan, apalagi kita baru saja terlibat konfrontasi dengan Malaysia.


Data Buku II
JUDUL: Bulutangkis Bermutu
PENULIS : Ferry Sonneville
PENERBIT: ; Keng Po, Pintu Besar Selatan 86-88 Jakarta
TEBAL : 144
CETAKAN : September 1958
Dalam buku ini akan diperoleh pintalan sejarah bulutangkis, didalamnya memuat tentang cikal bakalnya bulutangkis, dan asal mula nama “Badminton” dijelaskan tuntas.
Buku ini hadir pertama belum berbahasa Indonesia, selanjutnya dialihbahasakan oleh Tan Liang Tie.
Sebagian besar isi buku merupakan penyajian teknik berbulutangkis, dan dukungan kesiapan mental pemain sebagai pemicu kemenangan.
Startegi yang harus dipersiapkan yang diikuti oleh detail bermain, membuat buku ini laris manis di jamannya. Visualisasi dirupakan dalam bentuk foto yang menggambarkan setiap potongan gerak, mulai dari cara memegang raket, hingga permainan net yang “menggelitik dan mengocak” lawan.
Anjuran menjaga “Ausdauer”, serta kiat yang harus dilakukan diurai secara ringkas dan mudah cerna.

Sunday, August 17, 2008

MEMBACA INDONESIA: SAMBIL SENYAM SENYUM:

Dirgahayu Republik Indonesia, usia cukup matang, dan perlu energi untuk menjaga diri. Sadar ata tidak tataran dunia berubah dengan cepat, semua tersaji dalam ranah transparansi, ditambah derasnya informasi. Orang akan sulit berlindung dari kejaran informasi, bersembunyi dari kebohongan bukan patut dijaman ini. Inilah waktu yang sangat tepat, setiap orang, dan insitusi negeri berkaca diri, mematik auto kritik berbalut instrokpeksi.
Istilah menelenjangi diri menjadi sah, jika kita ingin lebih baik di masa datang.
Warung menemukan buku yang dapat dipergunakan sebagai cermin diri, kendati sarat kritik dengan wajah sinis, namun bila cermat melihat akan berasa manis.
Penulisnya mengaku, bahwa buku ini tidak perlu ditanggapi secara serius, namun jika seorang-orang berada dititik renung yang agung, pasti berdecak kagum.
Buku ini memilki kesengajaan, untuk merajam kelakukan kita selamai, memecut kita yang kadang pengecut, menendang kita yang senang menjadi pecundang.
Data buku
JUDUL : Membaca Indoensia Sambil senyam Senyum
PENULIS : Agoes Susilo Jp
PENERBIT : Bumi Cendikia. Alamat. Joyodiningrat Rt 03/V Jl. Dworowati No. 13. Solo [57153]. HP. 08129969035
ISBN: 979-99575-1-6
CETAKAN: I--Agustus 2005
TEBAL : xiii+ 86

Buku ini lebih di latar belakangi oleh kecenderungan kita yang “telah” hidup di jaman global sekarang ini yang secara tidak sadar telah menjadi lebih pandai untuk membandingkan antara segala sesuatu dengan sesuatu yang lainnya. Kita mulai membandingkan lagi antara Indonesia masa lalu yang susah untuk mencari seorang koruptor dengan Indonesia yang sekarang yang dimana-mana gampang sekali menemukan sekumpulan koruptor.
Membandingkan Indonesia dulu yang me-nomor satukan kepentingan bangsa dan Negara dengan Indonesia sekarang yang lebih mementingkan keuntungan golongan, partai dan uang semata. Membandingkan Indonesia kamaren yang rakyatnya hidup penuh kebersamaan dan gotong royong dengan Indonesia sekarang yang rakyatnya egois dan mau menang sendiri-sendiri.

Presiden Juga dilihat dengan senyam-senyum’
Buku ini juga mencandra perilaku presiden, Gus Dur ketika menjadi presiden tak lepas dari pengamatan buku ini. Dikatakan bahwa Gus Dur adalah adalah presiden yang senang bepergian ke luar negeri, dan pantas masuk rekor Muri.
Mbak mega juga “dirasani’ sebagai presiden yang mengacu pada kata bijak “Diam itu emas” sehingga acapkali puasa bicara, dan kadang diam seribu bahasa.

PNS dan “ilmu sabet”
Kalau kita bicara Gaji PNS itu besar atau itu relative. Namun karena merasa kecil PNS sering diserang oleh virus, yakni marasa kurang, atau memang kurang. Ternyata seorang PNS itu mendapat anugerah “ilmu sabet”. Ilmu sabet menurut buku ini, dimiliki secra turun temurun.
Dengan “ilmu sabet itulah maka tidak heran banyak PNS negeri ini khususnya yang jabatannya top dan setengah top bisa punya rumah dimana-mana, tanah di mana-mana, mobil dimana-mana.
Syarat utama agar dapat memiliki ilmu sabet.
Syarat utama adalah harus berani bertmuka badak atau kalau orang jawa menyebutnya dengan “rai gedhek”

Saturday, August 16, 2008

PERINGATAN HUT 17 AGUSTUS 1959

MANIFESTO POLITIK BUNGKARNO--PENEMUAN KEMBALI REVOLUSI KITA
Sekedar memutar ulang Pidato Bung Karno, yang diambil dari penerbitan khusus berkaitan dengan Kemerdekaan Republik Indonesia “Hari 17 Agustus 1959”. Penerbitan ini berupa buku yang diterbitkan oleh Harian Umum “Pemuda”. Warung merasa perlu menyanjikan terkait dengan relevasi dan momentum yang saat ini, dianggap tepat. Menunya tidak disampaikan secara penuh, namun hanya bagian-bagian tertentu.
Sesungguhnya Pidato ini merupakan “Manifesto Politik Bung Karno yang diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1959 pukul 08.00, ketika itu usia republic ini genap 14 tahun. Maniofesoto ini berupa garis-garis politik yang maha penting. Karena dianggap penting Hariam Pemuda mencetaknya sebanyak 50.000 exp, dan memuat secara lengkap Manifesto itu.
Sudah menjadi tradisi setiap HUT Kemerdekaan, Bung Karno memberikan Pidato Politik atau Pidato Kenegaraan, dan disetiap pidato memiliki thema-thema tertentu, seperti, tahaun ketentuan [a year decision], tahun tantangan [ a year of challenge]. Pada tahun 1959 Bung Karno memberikan istilah sebagai tahun penemuan kembali [Rediscovery of our Revolution]. Menurut Bung Karno tahun ini merupakan tahun yang istimewa setelah pengalaman pahit hampir sepuluh tahun kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945.
Data buku
JUDUL: Penemuan Kembali Revolusi Kita [The Rediscovery Of Our Revolution]
PENULIS : [Dihimpun Oleh Harian Pemuda]
PENERBIT: Harian Pemuda
CETAKAN: I—1959
TEBAL: 36 Hlm.
JUMLAH SEBARAN: 50.000 exp

Kepiawaian Bung Karno dalam orasi tidak dapat dipandang enteng, solah bawa [gesture] ketika berpidato menambah lengkap penampilannya. Suaranya dapat dikatakan “soundable”, dalam katuranggan burung perkutut suara Bung Karno termasuk “kung”, mengelegar dan ber-api-api. Disamping itu pula Bung Karno sangat jago dalam membuat jargon-jargon, yel-“pekik”, bahkan membuat istilah-istilah.
Padalam tahapan peringatan har kemerdekaan pasti menghadirkan istilah-istilah baru, yang kemudian dijadikan rujukkan oleh siapa saja.
Seperti ketika memberikan tahapan-tahapan kerja kenegeraan
Tahap 1945-1950, diistilahkan sebagai “Physical Revolution”, merupakan tahapan merebut dan mempertahankan apa yang telah direbut, yakni kekuasaan dari tangan imperalis

Rediscovery of our revolution menurut Bung Karno.

Kita sekarang telah “menemukan kembali Revolusi kita”. Apa artinya ini?
Apakah ini berarti semata-mata pergantian Undang-undanga Dasar 1950 dengan Undang-undang dasar 1945? Tidak!
Apakah ini berarti semata-mata supaya kita “naik semangat” atau “naik tekad”? Tidak!
Apakah ini berarti semata-mata bahwa kita mencari perfensi teknis dan efisiensi teknis dalam pekerjaan dan usaha kita? Tidak!
Sekali lagi tidak! Kita tidak sekadar mencari perobahan atau perbaikan lahir, kita tidak sekedar mencari “naiknya semangat”. Perubahan lahir setiap waktu bisa luntur, dan semangatpun setiap waktu bisa lutur!
Kita mencari perubahan yang lebih daripada itu! Kita mencari kesadaran sedalam-dalamnya,--kesadaran yang masuk tulang, masuk sungsum, masuk fikiran, masuk rasa, masuk roch, masuk jiwa,--bahwa kita tadinya telah nyeleweng dari dasar tujuan perjoangan kita. Kita mencari kesadaran sedalam-dalamnya, bahwa sifat hakikat revolusi ini tidak bisa lain, tidak bisa lain, daripada dasar dan tujuan yang kita proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945!

Friday, August 15, 2008

SEJARAH BERDIRINYA PRAMUKA: [BUKU SAKTI]

Ternyata buku mampu menuntun kita untuk memahami apa saja, termasuk sejarah berdirinya Gerakan Pramuka. Warung ini mengkais buku ini, di belantara komunitas buku bekas sekitar tahun 1979, tepatnya di pasar buku bekas “palasari” Bandung. Ketika itu sang penjual mematok harga Rp. 75.- ternyata isinya sangat luar biasa dibanding harganya. Lahirnya Pramuka banyak di sponsori Presiden Soekarno, bahkan dalam buku ini, isinya didominasi amanat Bung Karno. Harapan Bung Karno ketika itu sangat tinggi terhadap Gerakan Pramuka, terbukti sampai saat ini. Jika dihitung ketenaran, jaringan kerja, rasa cinta tanah air yang dimiliki Pramuka tidak ada banding. Pramuka tetap menjadi model untuk organisasi yang “merah putih”. Orangpun berseloroh, jika Pramuka menjadi sebuah partai politik, maka KPU tinggal mengesahkan saja, karena jaringan pengurusnya hingga tingkat kecamatan—Kwartir Ranting, sebarannya ke seluruh provinsi. Tentunya seloroh itu tak perlu ditanggapi, karena jika Pramuka menjadi partai politik, maka Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak memiliki bingkai yang netral. Dalam Ulang tahun ke 47 ini, Warung mengucapkan Dirgahayu, Satya Kukudarmakan, Darmaku kubaktikan. Dipundakmu, wahai pramuka negeri ini kau bingkai.
Data buku
JUDUL: Pedoman Gerakan Pramuka
PENULIS: Kwartir NAsional Gerakan Pramukan
PENERBIT: Penerbitan Khusus No. 289 Departemen Penerangan Republik Indonesia
CETAKAN : I—1963, diperbanyak 10.000
TEBAL: 189 halaman

Buku ini berisi kumpulan dari Amanat-amanat Paduka Yang Mulia Presiden yang bertalian dengan lahirnya Gerakan Pramuka ditambah dengan beberapa ahasil karya Kwartir Nasional, harapannya buku ini dipersembahkan kepada revolusi agar dapat dijadikan obor bagi mereka yang masih belum memahami atau memang belum mau memahami tentang maksud dan tujuan dari Gerakan Pramuka. Secara khusus buku ini mengucapkan terima kasih kepada Yang Mulia Wampa Khusus Dr.H.Roeslan Abdulgani karena kesungguhannya dan dengan penuh kesabaran mau menunggu materi-meteri terkompul secara sempurna untuk diterbitkan.
Adapun isi buku ini meliputi:

  • Amanat Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia/Ketua Majelis Pimpinan Nasional Gerakan Pramuka [Panca Guna Pramuka]
  • Pedoman I—Amanat Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia tanggal 9 Maret 1961
  • Pedoman II—Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 238 tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka
  • Anggaran Dasar Gerakan Pramuka Mukadimah
  • Pedoman III Gerakan Parmuka untuk Pembangunan Indonesia. Pidato Presiden Sukarno pada pelantikan Majelis pimpinan Nasional Gerakan Pramuka dan amanat Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia didepan para Pramuka pada tanggal 14 Agustus 1961
  • Pedoman IV--Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 448 tahun 1961
  • Lampiran I –Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 448 tahun 1961 tentang Penganugerahan Panji Kepda Gerakan Pendidikan Kepanduan Praja Muda Karana
  • Pedoman V—Fungsi dan Posisi dari Gerakan Pramuka
  • Pedoman VI—Instruksi Kwartir Nasional Gerakan Pramuka No. 1 tahun 1961
  • Pedoman VII—Kiasan Dasar Gerakan Pramuka
  • Pembangunan Nasional Semesta Berencana
  • Pedoman VIII—Romantik Kiasan Dasar Gerakan Pramuka
  • Pedoman IX—Pewtunjuk Penyelenggara Gusus Depan
  • Pedoman X—Pramuka Adalah Alat Revolusi Nasional.

Thursday, August 14, 2008

MENYAMBUT 47 TAHUN GERAKAN PRAMUKA

Ketika Gerakan Pramuka Diperkenalkan:
Pidato Presiden pada tanggal 9 Maret 1961 juga menggariskan agar pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI Gerakan Pramuka telah ada dan dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu Keppres RI No.238 Tahun 1961 perlu ada pendukungnya yaitu pengurus dan anggotanya.Menurut Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, pimpinan perkumpulan ini dipegang oleh Majelis Pimpinan Nasional (MAPINAS) yang di dalamnya terdapat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Kwartir Nasional Harian.Badan Pimpinan Pusat ini secara simbolis disusun dengan mengambil angka keramat 17-8-’45, yaitu terdiri atas Mapinas beranggotakan 45 orang di antaranya duduk dalam Kwarnas 17 orang dan dalam Kwarnasri 8 orang.Namun demikian dalam realisasinya seperti tersebut dalam Keppres RI No.447 Tahun 1961, tanggal 14 Agustus 1961 jumlah anggota Mapinas menjadi 70 orang dengan rincian dari 70 anggota itu 17 orang di antaranya sebagai anggota Kwarnas dan 8 orang di antara anggota Kwarnas ini menjadi anggota Kwarnari.Mapinas diketuai oleh Dr. Ir. Soekarno, Presiden RI dengan Wakil Ketua I, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Ketua II Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh.Sementara itu dalam Kwarnas, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjabat Ketua dan Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh sebagai Wakil Ketua merangkap Ketua Kwarnari.
[Sunting dari :http://pramuka.or.id/]

Wednesday, August 13, 2008

NU=NASONALISME SEJAK DULU

Setelah mencermati sebuah kumpulan artikel yang saat ini telah didaur menjadi sebuah buku dengan judul; “Gus Dur –Menjawab Kegelisahan Rakyat “, ditambah dengan Kata Pengantar dari Jacob Oetama, buku ini telah masuk di wilayah layak baca. Tentunya karena ide cerdas dan semangat kebangsaan Gus Dur yang melatarinya. Warung mengundang kehadiran buku ini, terkait dengan isinya yang mencerahkan semangat kebangsaan, ditambah lagi dengan atmosfir yang begitu cocok. Srhangga pembahasannya sudah patut dinyatakan “urgen”
Sekitar 28 artikel, yang selanjutnya dikategorikan dalam empat bab, kalau dicermati secara mendalam,maka kita akan mengenal jati diri Gus Dur yang sangat mendambakan adanya semangat kebangsaan, dan penuh dengan pengabdian di domain demokarsi. Gus Dur dengan jujur mengatakan, bahwa di dalam dalam tubuh organisasi Nahdlatul Ulama ini, mengalir dara nasionalisme, yang mematok harga mati republik ini, dengan harga mati. Terorisme dikecam pula oleh buku ini, dan tiada surga bagi sang teroris, menerawang pelaksanakan Pilkada yang kadang direspon masyarakat dengan sikap apatis, terurai dengan pas.
Data Buku:
JUDUL: GUS DUR—Menjawab Kegelisahan Rakyat
PENULIS : Abdurahman Wahid
PENERBIT:PT Kompas Media Nusantara. Jl: Palmerah Selatan 26-28 Jaskarta 10270
E-mail: buku@kompas.com
ISBN: 978-979-709-310-5
CETAKAN : II Juli 2007
TEBAL: viii + 168; 14 cm x 21 cm

Buku ini semuanya adalah ide murni Gus Dur, terlahir sebagai bentuk penuangan pemikiran setelah melewai realitas empiris, serta perenungan-perenungan yang dialami. Asam garam pergumulannya, serta penghayatannya terhadap wilayah demokratik, maka Gus Dur dalam buku ini seakan berpidato politik. Secara khusus akan memberikan penyadaran terhadap umat agar tidak salah ketika merespon keadaan.Upaya keras ingin mewujudkan, warganya untuk melek politik, terutama jamah Nahdlatul Ulama untuk menyadari, saat kita hidup di wilayah yang serba beraneka warna.
Karena citarasa bangsa ini “nano-nano” alias bermacam-macam, mulai dari manis, pahit, hingga masam. Tanpa penyadaran itu, maka proses integritas akan terlindas, dan segalanya akan berakhir dengan konflik.

Komentar Gus Dur tentang Negara Islam
Artikel Gu Dur yang berjudul: Negara Islam, Adakah Konsepnya?
Setelah banyak peratanyaan terkait dengan apakah sebenarnya konsep Islam tentang Negara? Gus Dur memberikan pandangan dengan kata-kata: tidak ada. Gus Dur beranggapan, Islam sebagai jalan hidup [syari’ah] tidak memilik konsep yang kelas tentang Negara. Mengapa Gus Dur mengatakan demikian? Karena sepanjang hidupnya, Gus Dur telah mencari dengan sia-sia makhluk yang dinamakan Negara Islam. Sampai hari ini pun belum ditemukan. …[hlm: 3]

NU TIDAK MEMERLUKAN NEGARA ISLAM
Dalam bab membaca NU, secara tegas dapat ditemukan, bahwa keinginan membangun Negara Kesatuan telah lama ada relung hati organisasi ini.
Ketika Mutakmar NU di Banjarmasin tahun 1935, para mutakmirim memutuskan bahwa kawasan ini tidak memerlukan Negara Islam. Keputusan NU ini menjadi dasar, mengapa kemudian para pimpinan berbagai gerakan di negeri ini mengeluarkan Piagam Jakarta dari Undang-undang Dasar [UUD] kita. Jadilah negeri kita sebuah Negara Pancasila dengan nama Negara Kesatuan Republik Indonesia [NKRI], yang tetap lestari hingga hari ini, dan kelihatannya tidak akan berubah seterusnya.
Tanggal 22 Oktober 1945, Pengurus Besar NU [hoofdbestur NU), yang saat itu berkedudukan di Surabaya, menegluarkan “Resolusi Jihad”, untuk mempertahankan dan memperjuangkan Republik Indonesia adalah kewajiban agama atau disebut jihad, meski NKRI bukan sebuah Negara Islam atau lebih tepatnya sebuah Negara agama. …[hlm: 18]

ISLAM SEBAGAI MORALITAS PENDIDIKAN
…….Nahdlatul Ulama [NU], umpamanya, dalam salah satu muktamarnya, setelah tahun 1971 di Surabaya, ternyata merumuskan Islam sebagai moralitas pendidikan dan ajaran/ hukum agama. Dengan demikian, NU tidak dapat menerima Islam sebagai sesuatu yang ideologis dalam kiprahnya….[hlm: 108]

Monday, August 11, 2008

MEMBANGUN MORAL & ETIKA BANGSA.

Berangkat dari realitas social politik dan dari berbagai dimensinya, buku ini akhirnya terlahir. Realitas itu terpapar sebagai akibat dari sebuah dinamika perubahan, dari orde ke orde yang lain, orang menyebutnya dengan “reformasi”. Realitas itu setelah dirasakan, resonansinya cenderung ke wilayah yang agak kurang menyenangkan bagi negeri ini.
Sepereti masih beralangsungnya pertikaian dan benturan antar komponen masyarakat yang berbeda salam suku, agama, dan ras. Inilah yang mengantar bentuk harapan-harapan agar bangsa ini lebih meningkatan wawasan cerdasnya, utamanya perekatan bangsa dalam bentuk integrasi yang utuh menyeluruh.
Buku ini dengan tegas mengatakan, bahwa bangsa ini membutuhkan pembentukan karakter dan watak bangsa, yang bergerak pada wilayah:
Pertama, karakter bansa yang bermoral [religius]. Bangsa ini harus sarat dengan nilai-nilai moral dan etika keagamaan sebagai sebuah pandangan praktik.
Kedua, karakter bangsa yang berdab. Beradab dalam arti luas menjadi suatu bangsa yang meiliki karakter berbudaya dan perikemanusian
Ketiga, karakter bangsa yang bersatu. Didalamnya termasuk menegakkan toleransi. Tidak mungkin bangsa ini bersatu tanpa adanya toleransi, harmonis dan bersaudara
Keempat, karakter bangsa yang berdaya. Dalam arti luas, berdaya berarti menjadi bangsa yang berpengetahuan [knowlegeble], terampil [skillful], berdaya saing [competitive] secara mental, pemikiran teknis.
Data buku
JUDUL : Membangun Moral dan Etika Bangsa
PENULIS: Dr. Susilo Bambang Yudhoyono
PENERBIT: GIB
CETAKAN:I—Mei 2003
HALAMAN: 28
Buku ini menyarankan sebuah keseimbangan, oleh karenanya dalam berbangsa dan bernegara juga memperhatikan, pokok-pokok pikiran yang cerdas dan berani menghindari sesuatu yang justru menghambat cita-cita. Oleh karenanya buku ini menolak prinsip-prinsip:
  1. The winner takes all [pemenang berarti akan menguasi segalanya]
  2. The survival of the fittest, [pola kehidupan yang menggunakan hokum rimba]
  3. Un level playing field, [persaingan tanpa unsur kesetaraan]
  4. Free fight liberalism [kebebasan tanpa batas, kebebasan demi kebebasan]
  5. The ends justify the means [menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan sebagai pengaruh dari sikap memutlakan segala sesuatu]
  6. Fight against [hidup mencari musuh]
  7. The might is right [Pandangan yang mengatakan yang menang pasti benar]
  8. Im the sword, I kill the weak [berat, saya adalah pedang, saya bunuh yang lemah]
  9. Xenophobia [membeci sesuatu yang datangnya dari asing]

Wednesday, August 6, 2008

GUS DUR, TANGGAL LAHIRNYA DOBEL—LEWAT OTOBIOGRAFI KARYA GREG BARTON

Sudah menjadi tradisi Warung ini, selalu memberikan selamat kepada siapa saja yang sedang berbahagia. Ternyata pada tanggal 4 Agustus, adalah hari bahagia seorang-orang maestro di Tanah air ini. Gus Dur sebuah nama beken dari Abdurrahman Wahid, mantan “Juru Mudi” organisasi kemasyarakatan yang bergengsi dan bernyali.
Tanggal lahirnya secara tidak sengaja dikais dari sebuah buku berjudul : “Gus Dur Menjawab Kegelisahan Rakyat,” Sampul bagian belakang buku ini menyertakan tanggal lahir sang maestro, bahwa pada tanggal 04 Agustus 1940 di desa Denanyar Jombang Jawa Timur sang jabang bayi yang kemudian di beri nama Abdurrahman Wahid lahir.
Secara kebetulan tanggal ini menjadi favoritnya para pejabat, tak kurang seorang-orang kandidat Presiden Amerika Serikat, Obama juga lahir pada tanggal 4 Agustus.
Menulis selamat Ulang Tahun kepada Gus Dur itu, ternyata menjadi keraguan, sersa maju dan mundur, apalagi setelah di konfirmasi dengan Biografi Gus Dur yang di kreasi oleh Greg Barton. Ternyata ada “kenylenehan”. Dari kenylenehan inilah, membuat warung ini sangat bernafsu untuk mengungkapnya.
Data Buku:
JUDUL : Biografi Gus Dur The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid
PENULIS: Greg Barton
PENERBIT: LKIS Yogyakarta. Jl. Parang Tritis Km, 4,4 Yogyakarta. Telp. [ 0274] 387194, 7472110. E-mail: lkis@lkis.co.id Web : http://www.lkis.co.id/
ISBN: 979-3381-25-6
CETAKAN : VIII: April 2008
TEBAL :xxviii + 516 hlm: 15,5 x 23
Sebagai biografi, buku ini termasuk biografi yang rasional, karena Greg Barton sering kali melakukan penilaian kritis terhadap perilaku, pernyataan dan keputusan Gus Dur, terutama pada saat ia menjabat sebagai presiden. Kata-kata, seperti kurang strategis, tanpa pertimbangan matang, itu seharusnya bukan pekerjaannya, agak ngawur, tergesa-gesa, kurang berani, terlalu lamban, kurang tegas, dan diliputi oleh kemarahan, banyak terlontar dan tertulis apa adanya di buku ini. Terhadap penuturan sejarah hidup dan ligkungan Gus Dur, Greg Barton juga menilainya dengan sangat kritis, yakni dengan cara melakukan Cross Check data dan menunjukkan keraguan penuturan Gus Dur jika memang kurang didukung oleh data atau justru ditemukan sebaliknya.
PROFIL GUS DUR DIUNGKAP LUGAS OLEH BARTON:
Ia gemuk, atau agak gendut. Perutnya sedikit buncit seperti perut Budha hampir-hampir menonjol keluar membuat kemeja batik murahnya tidak bisa terkancingkan di bagian itu. Pada akhir tahun 1980-an ia mengenakan kacamata berwarna hitam yang agak tidak pas, dengan pinggir tebal. Mata kirinya hampir tetutup sempurna dan bahwa penglihatan mata kananya juga tidak terlalu baik. Jelas Gus Dur bukanlah seorang fotogenik. Giginya tidak rata dan agak kuning. Rambutnya hitam berombak dan tidak tersisir rapi. Tahun-tahun berikutnya saya memotretnya berpuluh atau bahkan mungkin beratus kali, namun hampir tak ada potretnya yang bisa menggambrakannya dengan pas. [Hlm: 5]
TANGGAL LAHIRNYA DOBEL[ Tanggal 04 Agustus, dan Tanggal 07 September]
Walaupun Gus Dur selalu merayakan hari ulang tahunnya pada tanggal 4 Agustus, tampaknya teman-teman dan keluarganya yang menghadiri pesta perayaan hari ulang tahunnya di Istana Bogor pada hari Juamt 4 Agustus 2000 tak sadar bahwa sebenarnya hari lahir Gus Dur bukanlah tanggal itu. Sebagaimana juga dengan banyak aspek dalam hidupnya dan juga pribadinya, ada banyak hal yang tidak seperti apa yang terlihat. Gus Dur memang dilahirkan pada hari keempat bulan kedelapan. Akan tetapi perlu diketahui bahwa tanggal itu adalah menurut kalender Islam, yakni bahwa Gus Dur dilahirkan pada bulan kedelapan dalam penganggalan Islam. Sebenarnya, tanggal 4 Sya’ban 1940 adalah tanggal 7 September. [hlm:19]
DUNIA BACA GUS DUR
Ketika remaja, ia mulai serius memasuki dua macam dunia bacaan: pikiran social Eropa dan novel-novel besar Inggris, Prancis, dan Rusia.
Sebagai seorang remaja, ia mulai mencoba memahsmi tulisan-tulisan Plato dan Aristoteles, dua orang pemikir penting bagi sarjana-sarjana mengenai Islam zaman pertengahan. Pada saat yang sama ia bergulat memahami Das Kapital karya Marx dan What is To be Done karya Lenin, kedua buku yang mudah diperoleh di negeri ini ketika Partai Komunis Indonesia membuat kemajuan besar. Ia juga banyak tertarik pad aide Lenin tentang keterlibatan social secara radikal, seperti dan Infantile Communism dan dalam Litle Red Book-Mao.
PERKAWINAN GUS DUR TIDAK UMUM:
Pada pertengahan tahun 1968, Nuriyah, yang saat itu telah secara resmi bertunangan dengan Gus Dur selama hampir dua tahun, menamatkan studinya di Pesantern Tambakberas Jombang dan akan meneruskan studinya di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Orang tua Nuriyah memutuskan, sebelum Nuriyah meneruskan studi dan mondok di Yogyakarta, yang terbaik bagi dirinya dan Gus Dur adalah saling mengikatkan diri dalam sebuah pernikahan formal. Akan tetapi ada sekit persoalan. Gus Dur berada jauh di Irak, lebih dari 12.000 km. dari Indonesia. Saat itu, Gus Dur sudah setengah jalan dalam studinya dan tidak mempunyai waktu maupun uang untuk melangsungkan pernikahan di Tanah Air. Masalah ini akhirnya dapat dipecahkan dan pernikahan Gus Dur dengan Nuriyah akan dilangsungkan bu;lan September tahun itu juga. Akan tetapi, pemecahan masalah ini malah menimbulkan spekulasi yang tidak-tidak bagi mereka yang tidak tahu apa rencana sebenarnya. Oleh karena Gus Dur tidak dapat hadir dalam pernikahan itu, ia di wakili oleh kakeknya, Kiai Bisri Syansuri. Para tamu menjadi heboh ketika melihat seorang kiai berusia 81 tahun bersanding dengan seorang pengantin muda usia. Walaupun secara teknis Gus Dur dan Nuriyah telah menikah, mereka menganggap pernikahan itu tak lebih daripada sekedar pertunangan. Mereka sepakat bahwa mereka akan hidup bersama hanya setelah keduanya menyelesaikan studi masing-masing. [Hlm: 110]

Tuesday, August 5, 2008

POLITIK DOSOMUKO – REZIM ORDE BARU

Sebuah renungan, dari seorang-orang Soebadio Sastroatomo, renungan ini berkisah sebuah keangkaramurkaan sang rezim, lebih sopan kalau dikatakan kelemahan sebuah rezim. Rezim yang dimaksud adalah rezim orde-baru, yang dalam buku ini samakan dengan perilaku raksasa dalam pewayangan, “dosomuko”. Oleh karenanya rezim ini dijuluki rezim “dosomuko”.
Perilaku rezim ini membaya penderitaan rakyat yang amat panjang, dan merapuhkan sendi-sendi kehidupan bangsa dan Negara, akibat akhienya berwujud kesengsaraan.
Buku ini disuguhkan di Warung ini, hanya sekedar mengingatkan kembali, agar Republik yang memasuki usi 63 tahun ini, tidak mengulang pengalaman buruknya.
Data Buku :
JUDUL: Politik Dosomuko—Rezim Orde Baru
PENULIS: Soebadio Sastroatomo
PENERBIT: Pusat Dokumentasi Politik “Guntur 49” Jakarta
CETAKAN : I—1998
TEBAL :23 hlm
POLITIK DOSOMUKO :
Apa politik Dosomuko itu? Kekuasaan sepenuhnya berada dalam satu tangan. Tidak ada pembagian peran. Kekuasaan politik dijalankan secara mutlak, karena itu kekuasaan menjadi liar dan semena-mena. Agar terlihat ada pembagian kekuasaan dan supaya dianggap demokratis maka diciptakan sepuluh wajah.
Tetapi pada dasarnya pemilik kekuasaan itu hanya satu tubuh.
Memang ada Majelis Perwakilan Rakyat, ada Dewan Perwakilan Rakyat, ada mahkamah Agung, ada Pengadilan, ada Badan Pemeriksa Keuangan, pendeknya atribut lembaga-lembaga demokrasi itu lengkap diadakan. Tetapi fungsi sesungguhnya yang menjadi kewajiban lembaga-lembaga itu, ditiadakan, dipasung, Secara sentral semua direkayasa oleh satu tangan.
Sistem Politik Dosomuko yang dibangun penguasa Dosomuko memilki sepuluh wajah, yaitu:
  1. Kedaulatan rakyat dirampas
  2. Pancasila dijadikan tameng kekuasaan
  3. Hukum dikangkangi
  4. Parpol dan Serikat Buruh dipasung
  5. Parlemen dikebiri
  6. pers dimandulkan
  7. Ekonomi berwajah Nepotisme-Monopoli-Korupso-Kolusi
  8. Pendidikan dijinakkan
  9. Kebudayaan diseragamkan
  10. Nilai-nilai kemanusiaan diinjak-injak


KATOLIK MERAH PUTIH

Katolik acapkali dikatakan sebagai minoritas, orang pun cenderung ikut-ikutan. Warung ini melihat berbeda, ternyata “Katolik” memiliki kontribusi yang yang luar biasa terhadap negara ini. Sebuah buku mencitrakan “Katolik Merah Putih”.
Buku ini membongkar sejarah, menunjukkan bukti, bahwa Katolik selalu berkontribusi di negeri ini. Seirama dengan dinamika bangsa, ternyat Soekarno sangat menghargai dan kagum terhadap organisasi Katolik.
….Soekarno boleh dikatakan kagum pada manajemen organisasi Katolik. Sehingga Soekarno banyak memanfaatkan jaringan Katolik dalam berbagai kesempatan. Momentum itu adalah awal pertemuan dengan kader-kader Katolik didikan Romo Van Litj, Sj. Sebut saja Mgr.Albertus Soegijapranata [Uskup dan pahlawan nasiona;], IJ Kasimo [Ketua Partai Katolik]. Ataupun didikan Pater Beck, SJ, sebut Cosmas Batubara [Ketua Pusat PMKRI, Ketua Periodik KAMI), Harry Tjan Silalahi [Sekjen KAP Gestapu/Fron Pancasila, Pendiri CSIS) PK Ojong [Pendiri Harian KOMPAS]
Inilah sebuh sekelumit kontribusi Katolik, masih banyak sumbangganya di dimensi yang lain di kupas buku ini.
Data Buku
JUDUL : Katolik Merah Putih
PENULIS : Kanisius Karyadi
PENERBIT : Karolmedia Candramas AD 20 Sedati, Sidoarjo. Telp. 031-71628697
CETAKAN: I- 2007
TEBAL: v + 75
Soekarno dan Katolik, dalam Dinamika:
Persentuhan Soekarno dengan kader Katolik, mennujukkan gerakan pada masa saling membutuhkan ataupun kadang saling bersinggungan. Soekarno seorang nasionalis berkewajiban memanfaatkan potensi bangsa. Kader katolikpun turut menyumbangkan darma bhakti terhadap pertiwi.
Diskusi-diskusi Soekarno SJ atau Mgr Albertus Soegijapranata, SJ yang waktu itu anggota legislative cukup mendebarkan. Keterlibatan Partai Katolik melalui Ignatius Joseph [IJ]Kasimo yang menyatakan walk Out dan menolak diberlakukannya Nasakom, pun pula Seokarno berhadapan dengan kader Katolik di penghujung kepemimpinan 1966.
[Hlm: 8]

Katolik dan Pancasila.
…Hal ini tidak salah, berkat Pancasila eksistensi kalangan Katolik bisa hidup di Indonesia hingga kini. Memang sejak awal, mayoritas kalangan Katolik memiliki sejarah panjang dengan Pancasila.
Pancasila yang dicetuskan 1 Juni 1945 oleh Soekarno, memilki sejarah dengan para intelektual Katolik sebelum mencetuskan gagasan itu.
Tidak ayal, ketika ada rongrongan kepada Pancasila tahun 1965, maka banyak kalangan Katolik yang terlibat dalam perlawanan sengit. Di antaranya di tingkat nasuional, pada waktu berdiri Front Pancasila, di bawah komando Subchan ZE, maestro muda Nadlatul Ulama, dan Sekjen Harry Tjan Silalahi, sang legenda umat Katolik. Di Surabaya muncul Laskar Pembela Pancasila.
Kekonsistenan mantan lascar-laskar pembela Pancasila sedikitnya masih terbina hingga sekarang, terbukti, dalam forum di Unika Widya Mandala Surabaya 2005, Harry Tjan Silalahi dan Anton Priyatno menganggap Pancasila tetap bisa dijadikan basis ideology bangsa yang tetap menaungi masyarakat Indonesia, di mana kalangan Katolik ada di dalamnya, tanpa kehilangan identitas dan jati diri, [Hlm; 30]

Monday, August 4, 2008

PROSES PELAPUKAN—TANTANGAN INDONESIA MERDEKA

Dua tahun yang lalu—tahun 2005, bertepatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke 60, penerbitkan Kompas menghadirkan sebuh buku dengan judul “Proses Pelapukan—Tantangan Indonesia Merdeka”. Dengan di editori oleh Brigita Isworo Laksmi.
Buku ini seperti album yang mendokumentasikan perjalanan republik ini dengan berbagai dimensi permasalahan. Tampaknya buku ini seperti kaleideskop, dirancang dengan cermat, dan didukung dengan foto-foto yang sangat istimewa. Buku ini menggambarkan pudarnya pesona Republik Indonesia, dan dengan tegas dikatakan Indonesia saat ini sedang dalam proses pelapukan. Buku ini boleh dikatakan sebagai edisi lengkap atas refleksi Harian Kompas dalam menyambut 60 tahun Indoensia Merdeka. Harapan warung tentunya, ingin mengundang edisi baru yang melengkapi edisi sebelumnya, entah itu dalam bentuk sisipan [suplemen], atau lainnya. Buku ini pantas diacu oleh siapa saja, terutama di ranah pendidikan, sehingga para siswa akan memperoleh informasi khusus perjalanan Negara Republik ini.
Detil Buku
JUDUL : Proses Pelapukan –Tantangan Indonesia Merdeka
PENULIS: Brigita Isworo Laksmi [editor]
PENERBIT: PT Kompas Media Nusantara. Jl. Palmerah Selatan 26-28. Jakarta 10270 E-mail: buku@kompas.com
CETAKAN : I --Januari 2005
HALAMAN : xliii+188 hlm; 14 cm x 21 cm
ISBN: 979-709-237-2
Cuplikan terbatas:
Buku ini membentangkan, bahwa proses pelapukan tampak mencolok dalam sejumlah bidang. Pada aspek territorial misalnya, wilayah Indonesia menciut setelah Sipadan—Ligitan terlepas dan jatuh ke tangan Malaysia. Pesona alam juga terancam pudar akibat penanganan yang tiadak serius. Proses kehancuran dan penghancuran ekologis tampak berlangsung sangat cepat. Hutan dan pasir laut terus dieksplotasi habis-habisan, tanpa ada upaya drastis menghentikan.
Potret kemunduran terlihat jelas pula dalam bidang ekonomi. Sekedar ilustrasi, Indonesia pernah menjadi eksportir gula nomor dua di dunia, tetapi kini menjadi importir nomor satu. Posisi Indonesia pun semakin tergeser oleh Malaysia dalam produksi sawit.
Kedodoran dalam bidang ekonomi juga kelihatan pada penanganan masalah energi. Indoensia akan terancam mengalami krisis energi hebat jika tidak dilakukan antisipasi. Energi merupakan salah satu kebutuhan vital masayarakat modern. Kelangkaan listrik dan sember energi lain akan menggangu kehidupan secara keseluruhan.
Tentang PILKADA :
Buku ini juga melihat dengan cermat beberapa akibat yang ditimbulkan oleh Pilkada—Pemilihan Kepala Daerah, ternyata menyisakan beberpa problema berupa konflik. Paparan ini memberikan isyarat, betapa sulitnya ketika model pemilihan langsung ini aplikasikan.
Sistem pilkada langsung menurut buku ini, dibebani harapan besar yaitu bisa menjadi pintu masuk perubahan besar menyangkut system politik yang lebih demokratis. Namun, tetap saja harapan perubahan itu dinilai masih belum sejalan dengan kecenderungan dalam system kepartaian Indonesia yang sentralistis. Ternyata dalam pilkada tetap saja penentu masih berada ditangan pengurus pusat partai politik. Akhirnya puilkada tidak akan menjamin penguatan demokrasi local manakala pengutan kelembagaan tidak dilakukan secara serius.[hal : 7-8]

Tentang Pemberantasan Korupsi
Pada tahun 2001, seorang-orang bernama Endin Wahyudin—kuasa hokum Aminah, mengungkapkan bahwa tiga majelis hakim Mahkamah Agung, telah menerima suap darinya, total 196 juta rupiah. Endin melaporkan ketika hakim ke Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi [TGPTPK]
Wajah birokrasi Indonesia masih saja tetap korup, wajah aparat penegak hokum pun masih belum jauh berubah dari perdagangan perkara, dan wajah peradilan juga masih tetap sama; sarat dengan mafia peradilan. Kasus-kasus korupsi terus saja terjadi meski presiden di setiap rezimnya berulang-ulang berbicara soal pemeberatasan korupsi.
Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, ketiak itu. B.Lynn Pascoe seusai menghadiri sebuah acara di Mahkamah Agung menjelaskan, setiap orang yang berusaha di Indonesia harus mengeluarkan 10-15 persen dari investasinya untuk praktik korupsi.
Hasil survey terhadap kantor pemerintahan yang dilakukan tahun 1999-2000 oleh Institute for Policy and Communication menyebutkan, pejabat yang membuat peraturan dan pejabat yang bertanggung jawab dalam pembelian adalah pejabat public yang paling banyak korupsi besar-besaran.

[Wusana kata: Dalam buku ini sarat dengan artikel yang menggambarkan realitas yang sebenarnya dari sebuah perjalanan bangsa, semuanya memiliki maksud yang luhur sebagai upaya penyadaran senyampang dalam suasana Hari Ulang Tahun Kemerdekaan]