Katolik acapkali dikatakan sebagai minoritas, orang pun cenderung ikut-ikutan. Warung ini melihat berbeda, ternyata “Katolik” memiliki kontribusi yang yang luar biasa terhadap negara ini. Sebuah buku mencitrakan “Katolik Merah Putih”.
Buku ini membongkar sejarah, menunjukkan bukti, bahwa Katolik selalu berkontribusi di negeri ini. Seirama dengan dinamika bangsa, ternyat Soekarno sangat menghargai dan kagum terhadap organisasi Katolik.
….Soekarno boleh dikatakan kagum pada manajemen organisasi Katolik. Sehingga Soekarno banyak memanfaatkan jaringan Katolik dalam berbagai kesempatan. Momentum itu adalah awal pertemuan dengan kader-kader Katolik didikan Romo Van Litj, Sj. Sebut saja Mgr.Albertus Soegijapranata [Uskup dan pahlawan nasiona;], IJ Kasimo [Ketua Partai Katolik]. Ataupun didikan Pater Beck, SJ, sebut Cosmas Batubara [Ketua Pusat PMKRI, Ketua Periodik KAMI), Harry Tjan Silalahi [Sekjen KAP Gestapu/Fron Pancasila, Pendiri CSIS) PK Ojong [Pendiri Harian KOMPAS]
Inilah sebuh sekelumit kontribusi Katolik, masih banyak sumbangganya di dimensi yang lain di kupas buku ini.
Data Buku
JUDUL : Katolik Merah Putih
PENULIS : Kanisius Karyadi
PENERBIT : Karolmedia Candramas AD 20 Sedati, Sidoarjo. Telp. 031-71628697
CETAKAN: I- 2007
TEBAL: v + 75
Soekarno dan Katolik, dalam Dinamika:
Persentuhan Soekarno dengan kader Katolik, mennujukkan gerakan pada masa saling membutuhkan ataupun kadang saling bersinggungan. Soekarno seorang nasionalis berkewajiban memanfaatkan potensi bangsa. Kader katolikpun turut menyumbangkan darma bhakti terhadap pertiwi.
Diskusi-diskusi Soekarno SJ atau Mgr Albertus Soegijapranata, SJ yang waktu itu anggota legislative cukup mendebarkan. Keterlibatan Partai Katolik melalui Ignatius Joseph [IJ]Kasimo yang menyatakan walk Out dan menolak diberlakukannya Nasakom, pun pula Seokarno berhadapan dengan kader Katolik di penghujung kepemimpinan 1966.
[Hlm: 8]
Katolik dan Pancasila.
…Hal ini tidak salah, berkat Pancasila eksistensi kalangan Katolik bisa hidup di Indonesia hingga kini. Memang sejak awal, mayoritas kalangan Katolik memiliki sejarah panjang dengan Pancasila.
Pancasila yang dicetuskan 1 Juni 1945 oleh Soekarno, memilki sejarah dengan para intelektual Katolik sebelum mencetuskan gagasan itu.
Tidak ayal, ketika ada rongrongan kepada Pancasila tahun 1965, maka banyak kalangan Katolik yang terlibat dalam perlawanan sengit. Di antaranya di tingkat nasuional, pada waktu berdiri Front Pancasila, di bawah komando Subchan ZE, maestro muda Nadlatul Ulama, dan Sekjen Harry Tjan Silalahi, sang legenda umat Katolik. Di Surabaya muncul Laskar Pembela Pancasila.
Kekonsistenan mantan lascar-laskar pembela Pancasila sedikitnya masih terbina hingga sekarang, terbukti, dalam forum di Unika Widya Mandala Surabaya 2005, Harry Tjan Silalahi dan Anton Priyatno menganggap Pancasila tetap bisa dijadikan basis ideology bangsa yang tetap menaungi masyarakat Indonesia, di mana kalangan Katolik ada di dalamnya, tanpa kehilangan identitas dan jati diri, [Hlm; 30]
Buku ini membongkar sejarah, menunjukkan bukti, bahwa Katolik selalu berkontribusi di negeri ini. Seirama dengan dinamika bangsa, ternyat Soekarno sangat menghargai dan kagum terhadap organisasi Katolik.
….Soekarno boleh dikatakan kagum pada manajemen organisasi Katolik. Sehingga Soekarno banyak memanfaatkan jaringan Katolik dalam berbagai kesempatan. Momentum itu adalah awal pertemuan dengan kader-kader Katolik didikan Romo Van Litj, Sj. Sebut saja Mgr.Albertus Soegijapranata [Uskup dan pahlawan nasiona;], IJ Kasimo [Ketua Partai Katolik]. Ataupun didikan Pater Beck, SJ, sebut Cosmas Batubara [Ketua Pusat PMKRI, Ketua Periodik KAMI), Harry Tjan Silalahi [Sekjen KAP Gestapu/Fron Pancasila, Pendiri CSIS) PK Ojong [Pendiri Harian KOMPAS]
Inilah sebuh sekelumit kontribusi Katolik, masih banyak sumbangganya di dimensi yang lain di kupas buku ini.
Data Buku
JUDUL : Katolik Merah Putih
PENULIS : Kanisius Karyadi
PENERBIT : Karolmedia Candramas AD 20 Sedati, Sidoarjo. Telp. 031-71628697
CETAKAN: I- 2007
TEBAL: v + 75
Soekarno dan Katolik, dalam Dinamika:
Persentuhan Soekarno dengan kader Katolik, mennujukkan gerakan pada masa saling membutuhkan ataupun kadang saling bersinggungan. Soekarno seorang nasionalis berkewajiban memanfaatkan potensi bangsa. Kader katolikpun turut menyumbangkan darma bhakti terhadap pertiwi.
Diskusi-diskusi Soekarno SJ atau Mgr Albertus Soegijapranata, SJ yang waktu itu anggota legislative cukup mendebarkan. Keterlibatan Partai Katolik melalui Ignatius Joseph [IJ]Kasimo yang menyatakan walk Out dan menolak diberlakukannya Nasakom, pun pula Seokarno berhadapan dengan kader Katolik di penghujung kepemimpinan 1966.
[Hlm: 8]
Katolik dan Pancasila.
…Hal ini tidak salah, berkat Pancasila eksistensi kalangan Katolik bisa hidup di Indonesia hingga kini. Memang sejak awal, mayoritas kalangan Katolik memiliki sejarah panjang dengan Pancasila.
Pancasila yang dicetuskan 1 Juni 1945 oleh Soekarno, memilki sejarah dengan para intelektual Katolik sebelum mencetuskan gagasan itu.
Tidak ayal, ketika ada rongrongan kepada Pancasila tahun 1965, maka banyak kalangan Katolik yang terlibat dalam perlawanan sengit. Di antaranya di tingkat nasuional, pada waktu berdiri Front Pancasila, di bawah komando Subchan ZE, maestro muda Nadlatul Ulama, dan Sekjen Harry Tjan Silalahi, sang legenda umat Katolik. Di Surabaya muncul Laskar Pembela Pancasila.
Kekonsistenan mantan lascar-laskar pembela Pancasila sedikitnya masih terbina hingga sekarang, terbukti, dalam forum di Unika Widya Mandala Surabaya 2005, Harry Tjan Silalahi dan Anton Priyatno menganggap Pancasila tetap bisa dijadikan basis ideology bangsa yang tetap menaungi masyarakat Indonesia, di mana kalangan Katolik ada di dalamnya, tanpa kehilangan identitas dan jati diri, [Hlm; 30]
No comments:
Post a Comment