SILA CARI DI SINI!

Google

Sunday, August 17, 2008

MEMBACA INDONESIA: SAMBIL SENYAM SENYUM:

Dirgahayu Republik Indonesia, usia cukup matang, dan perlu energi untuk menjaga diri. Sadar ata tidak tataran dunia berubah dengan cepat, semua tersaji dalam ranah transparansi, ditambah derasnya informasi. Orang akan sulit berlindung dari kejaran informasi, bersembunyi dari kebohongan bukan patut dijaman ini. Inilah waktu yang sangat tepat, setiap orang, dan insitusi negeri berkaca diri, mematik auto kritik berbalut instrokpeksi.
Istilah menelenjangi diri menjadi sah, jika kita ingin lebih baik di masa datang.
Warung menemukan buku yang dapat dipergunakan sebagai cermin diri, kendati sarat kritik dengan wajah sinis, namun bila cermat melihat akan berasa manis.
Penulisnya mengaku, bahwa buku ini tidak perlu ditanggapi secara serius, namun jika seorang-orang berada dititik renung yang agung, pasti berdecak kagum.
Buku ini memilki kesengajaan, untuk merajam kelakukan kita selamai, memecut kita yang kadang pengecut, menendang kita yang senang menjadi pecundang.
Data buku
JUDUL : Membaca Indoensia Sambil senyam Senyum
PENULIS : Agoes Susilo Jp
PENERBIT : Bumi Cendikia. Alamat. Joyodiningrat Rt 03/V Jl. Dworowati No. 13. Solo [57153]. HP. 08129969035
ISBN: 979-99575-1-6
CETAKAN: I--Agustus 2005
TEBAL : xiii+ 86

Buku ini lebih di latar belakangi oleh kecenderungan kita yang “telah” hidup di jaman global sekarang ini yang secara tidak sadar telah menjadi lebih pandai untuk membandingkan antara segala sesuatu dengan sesuatu yang lainnya. Kita mulai membandingkan lagi antara Indonesia masa lalu yang susah untuk mencari seorang koruptor dengan Indonesia yang sekarang yang dimana-mana gampang sekali menemukan sekumpulan koruptor.
Membandingkan Indonesia dulu yang me-nomor satukan kepentingan bangsa dan Negara dengan Indonesia sekarang yang lebih mementingkan keuntungan golongan, partai dan uang semata. Membandingkan Indonesia kamaren yang rakyatnya hidup penuh kebersamaan dan gotong royong dengan Indonesia sekarang yang rakyatnya egois dan mau menang sendiri-sendiri.

Presiden Juga dilihat dengan senyam-senyum’
Buku ini juga mencandra perilaku presiden, Gus Dur ketika menjadi presiden tak lepas dari pengamatan buku ini. Dikatakan bahwa Gus Dur adalah adalah presiden yang senang bepergian ke luar negeri, dan pantas masuk rekor Muri.
Mbak mega juga “dirasani’ sebagai presiden yang mengacu pada kata bijak “Diam itu emas” sehingga acapkali puasa bicara, dan kadang diam seribu bahasa.

PNS dan “ilmu sabet”
Kalau kita bicara Gaji PNS itu besar atau itu relative. Namun karena merasa kecil PNS sering diserang oleh virus, yakni marasa kurang, atau memang kurang. Ternyata seorang PNS itu mendapat anugerah “ilmu sabet”. Ilmu sabet menurut buku ini, dimiliki secra turun temurun.
Dengan “ilmu sabet itulah maka tidak heran banyak PNS negeri ini khususnya yang jabatannya top dan setengah top bisa punya rumah dimana-mana, tanah di mana-mana, mobil dimana-mana.
Syarat utama agar dapat memiliki ilmu sabet.
Syarat utama adalah harus berani bertmuka badak atau kalau orang jawa menyebutnya dengan “rai gedhek”