Akhirnya lagu Kebangsaan Indonesia Raya berkumandang di Pesta Olah Raga yang sangat bergensi itu, untuk kesekian kalinya Indonesia kembali bergeming tradisi Emas masih bisa dilajutkan. Universitas Gymnasium Beijing menjadi saksi, betapa hebat para pembulutangkis Indonesia, dengan kekuatan penuh dan mermandi peluh. Akhirnya keinginan luhur itu tercapai tepat malam hari menjelang peringatan Hari Kemerdekaan. Sungguh merupakan memontum tepat, seakan bangsa Indoensia memperoleh hadiah yang sdangat berharga dan tiada tara.
Tradisi Emas itu memang harus dipertahakan, secara bererutan dapat kita toreh kembali.
- Beercelona [1992], Medali emas dicetak oleh , Susi Susanti dan Alan Nudikusuma
- Atlanta [1996], kembali mendulang Medali emas, Ricky Subagia dan Rexy Mainaky
- Sidney [2000], gengaman erat Medali emas itu dipertahankan, Candra Wijaya dan Tony Gunawan
- Athena [2004], Emas dikawal ketat, Taufik Hidayat
- Beijing [2008], tardisi tetap diperthankan, medali emas itu tak akan lepas, markis Kido dan Hendra Gunawan
Warung ini, juga mempertahankan tradisi, untuk selalau memberikan rasa hormat dan pujian tulus, kepada siapa saja yang berprestasi. Dikaislah beberapa buku-buku yang berbau bulu tangkis alias Badminton, terdapat dua buku,
1. Thomas Cup Di Boyong Kembali Ke Indoensia [Team Thomas Cup Indonesia]
2. Bulutangkis Bermutu [Ferry Sonnenville]
Data buku:
JUDUL : Thomas Diboyong Kembali Ke Indonesia
PENULIS : Team Thomas Cup Indonesia—Rudy Hatono-Mulyadi-Darmadi-Indriatno-Indra Gunawan-Mintarjo-Sudjono Djaliteng danI.Sumirat
PENERBIT : “GRIP” Surabaya
CETAKAN : --Tahun 1970
TEBAL: 58
Malaya—Malaysia, ternyata duluan:
Ternyata di Asia Tenggara, Malaya- Malaysia adalah Negara pertama yang mampu memboyong Piala Thomas ke negerinya [1949]. Saat itu para pembulutangkis negeri datuk ini, termasuk disegani. Lawan-lawannya yang tangguh, ternyata runtuh. Padahal zone amerika itu terdapat pemain yang luar bisa, seperti Dave Freeman [AS], atau yang di zone lainnya Jhon Skoarup [Denmark]. Bahkan pada perebutan-perebutan berikutnya di tahun 1952, dan 1955, Malaya secara gemilang berhasil mempertahankannya. Membuat Piala Thomas bersemayam selama 9 tahun di Semenanjung Malaya.
Selanjut Indonesia, merajut kemenangan: [1958]
Pada perebutan Thomas Cup ke-4--1958 yang berlangsung di Singapore, Indoensia berhasil masuk final setelah berturut-turut menundukkan Australia dan Selandia Baru masing-masing dengan angka 9-0.
Regu Indonosia yang berjumlah 10 orang, terdiri dari 8 pemain dan 2 orang officials. Kedelapan pemain masing-masing : Fery Souneville [Nyo Kim Bie], ketika itu bertindak selaku playing captain, dan coach Tan Joe Hock, Edy Yususf, Lie Po Djian, Thiam Beng. Officials R. Jusuf[Tim Manager] dan Ramli Rikin nonplaying captain.
Ternyata ketika final melawan Denmark yang diperkuat oleh pemain andalnnya, Finn Kobero dan Erland Kops, dengan mudah “dijinakkan” oleh pasangan Ferry Sonneville dan Erland Korp. Inilah sejarah pembuka perbulutangkisan Indonesia.
INSIDEN SENAYAN 1967--"Bonek kita saat itu"....
Perebutan Thomas Cup Tahun 1967, kebali berlangsung di Jakarta. Empat Negra yang berhasil masuk final, yakni : demark [Zone Eropah], Amerika serikat [Zone Amerika Serikat], Jepang, Malaya—Malaysia, [Zone Australia]. Sedangkan Indonesia sebagai Negara bertahan baru akan bertanding dalam challenge Round.
Event ini ini juga menandai regereasi, karena Ferry Sonneville sudah diangkkap semakin uzur, masuklah generasi baru sebagai darah segar bulutangkis Indonesia, Rudy Hartono, Mulyadi dan Darmadi.
Sayang suatu kejadian yang amat disesalkan terjadi di Istora Senayan. Ketika terjadi pertandingan antara pasangan Indonesia Mulyadi-Agus Susanto melawan pasangan Ng Boon Bee-Tan Je khan-Malaysia, muncul kegaduhan.
“Bonek” bulutangkas Indonesia Gaduh, dan dianggap mengganggu jalannya pertandingan. Diputuskan untuk di stop, dan bertandingan ditunda untuk dialihkan ke di Selandia Baru, Indonesia serta merta menolak. Akhirnya Herbert Scheele sebagai honorary referee memenangkan pihak Malaya—Malaysia dengan stand 6-3. Dan Thomas Cup diboyong ke Malaysia.
Tentunya maklum ketika itu, sentimen penonton memang tidak dapat dikendalikan, apalagi kita baru saja terlibat konfrontasi dengan Malaysia.
Data Buku II
JUDUL: Bulutangkis Bermutu
PENULIS : Ferry Sonneville
PENERBIT: ; Keng Po, Pintu Besar Selatan 86-88 Jakarta
TEBAL : 144
CETAKAN : September 1958
Dalam buku ini akan diperoleh pintalan sejarah bulutangkis, didalamnya memuat tentang cikal bakalnya bulutangkis, dan asal mula nama “Badminton” dijelaskan tuntas.
Buku ini hadir pertama belum berbahasa Indonesia, selanjutnya dialihbahasakan oleh Tan Liang Tie.
Sebagian besar isi buku merupakan penyajian teknik berbulutangkis, dan dukungan kesiapan mental pemain sebagai pemicu kemenangan.
Startegi yang harus dipersiapkan yang diikuti oleh detail bermain, membuat buku ini laris manis di jamannya. Visualisasi dirupakan dalam bentuk foto yang menggambarkan setiap potongan gerak, mulai dari cara memegang raket, hingga permainan net yang “menggelitik dan mengocak” lawan.
Anjuran menjaga “Ausdauer”, serta kiat yang harus dilakukan diurai secara ringkas dan mudah cerna.
No comments:
Post a Comment