SILA CARI DI SINI!

Google

Monday, August 25, 2008

MOH.MAHFUD MD: SELAMAT MENAHKODAI—MK

Profesor dari UII Yogkarta ini, kembali membuat sejarah, nasibnya selalu berdekatan dengan dewi fortuna, kendati penampilannya nampak biasa-biasa saja, namun nasibnya ditakaran yang lebih dan beruntung. Buktinya dengan usia yang tergolong masih muda, professor kelahiran pulau garam ini, langganan jadi penjabat.
Kepada siapapun dekat, tidak memiliki konsep lawan, semua manusia adalah temannya. keluguan dalam berteman adalah hidup yang dipertahankan.
Sangat menghindari kotak-kotak alias kelas, bahkan menurutnya, bahwa orang itu memiliki derajat sama. Tanpa harus membeda-bedakan, antara atasan dan bawahan. Mengaku canggung ketika harus berada di pusaran protokoler, apalagi jabatan yang disandangnya sebagai Menhankam, yang penuh dengann renik-renik protokoler.
Warung ini, memiliki kisah hidup Moh Mahfud.MD, yang ditulisnya sebagai otobiogarfi dengan segmen melihat dirinya ketika menjadi seorang pejabat di masa sulit.
Buku itu berjudul—“Setahun Bersama Gus Dur—Kenangan setahun menjadi Kenangan menjadi Menteri Saat Sulit
Data buku:
JUDUL: Setahun Bersama Gus Dur-Kenangan Menjadi Menteri di Saat Sulit
PENULIS: Moh.Mahfud MD
PENERBIT: LP3ES. Jl. S. Parman No. 81, Jakarta 11420 Telp. 567 4211-13. E-mail : puslp3es@indo.net.id
ISBN: 979-330-04-x
TEBAL: xx + 322 hlm; 15,5 x 23 cm
CETAKAN I--April 2003
Nasionalisme boleh diacungi jempol dua:
Ketika menjabat menjadi Menhankam, sangat risih melihat sepak terjang pemerintahan kita yang sering diobok-obok oleh Amerika, intervensi dan kegiatan mata-mata Amerika sangat merisaukan dirinnya. Dengan tegas lugas diungkapkannya, bahkan langsung masuk kuping para pejabat kedutaan Amerika Serikat yang ada di Jakarta. Inilah sepintas kilas tentang jati diri seorang M. Mahfud, MD, bahwa Negara yang berdaulat seperti Indonesia itu memiliki hak hidup yang nir terhadap campur tangan pihak asing

TERTANGKAPNYA WISATAWAN YANG MATA-MATA:
Moh. Mahfud MD bertbicara keras tentang tertangkapnya seorang wisatawan dari Amerika yang ternyata diduga keras melakukan kegiatan mata-mata. Aaron, wisatawan yang tertangkap itu, dipergoki sedang menyiarkan gambar-gambar kerusuihan di Timika dari sebuah hotel di Jayapura yang ternyata sangat menyudutkan pemerintah Indonesia. Ketika ditanyakan kepada Pandam Cebdrawasih, ternyata benar bahwa orang itu menyiarkan berita ke luar negeri dengan sebuah pemancar sendiri, padahal visanya adalah visa wisata.
Akibat peritiwa ini Mahfud MD sangat marah atas kejadian ini dan mengkrtik keras Duta Besar Gelbart yang mengambil Aaron yang semestinya harus dideportasi.

KOBOI TEXAS MELAWAN KOBOI MADURA
Majalah Gatra menulis bahwa karena kejengkelannya, sang duta besar Amerika itu melapor kepada Wapres Megawati. Namun, megawati mengatakan bahwa sebagai Negara yang merdeka, berdaulat, dan punya harga diri, maka Indonesia tidak bisa diperlakukan seenaknya oleh Negara manapun. Mega mencela bahwa Gelbart terlau bersikap seperti koboi dari Texas di Indonesia sehingga dia selaku Wapres tidak dapat menyalahkan Menteri Pertahanan-nya. “Kalau dia mau berlaku seperti koboi Texas maka biar dilawan oleh koboi dari Madura
[hlm; 51]
MAHFUD MD, MENTERI YANG KADANGKALA KAMPUNGAN DAN “KATROK”
Ketika menjamu Menteri Pertahanan Korea Selatan, dalam menyantap hidangan lazimnya memakai sumpit, Mahfud justru menggunakan sendok dan garpu, karena makankan yang dikais dengan sumpit licin dan cenderung berontak. Dikesempatan itu Mahfud MD diajari menggunakan sumpit oleh Menteri Pertahanan Korea Selatan.Apalagi jika mendapatkan kesempatan menjamu tamu dengan bermain Golf, dapat dipastikan pak Mahfud jadi bahan tertawaan.
Dikesempatan lain, Mahfud mengaku tidak begitu tahu, bahwa, secara protokoler, ada aturan tersendiri untuk warna baju yang harus dipakai. Misalnya jas warna gelap harus dipakai dengan kemeja warna terang. Ketika pada suatu hari harus menerima Menteri Pertahanan Malaysia, dia melakukan kekeliruan mengenai hal itu. Dia berangkat dari rumah dengan memakai setelah jas hitam tetapi baju lorek-lorek berwarna coklat dan dasi bermotif coklat pula. Dengan sigap staf ahli Mahfud—Mayjen Albert Paruntu menyodorkan kemeja berwarna putih yang masih baru. Rupanya staf ahli pak menteri sangat paham kalau, bos itu memang “katrok.” [ hlm :280 ]


No comments: