SILA CARI DI SINI!

Google

Tuesday, February 19, 2008

OBAMA [BARACK HUSSIEN OBAMA] BALON PRESIDEN AMERIKA SERIKAT BERKULIT HITAM.

Perebutan pencalonan Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat makin ketat, rupanya saat ini negeri Paman Sam sedang mencari dataran politik baru, barang kali tepatnya adalah cakrawala politik baru, horizon politik baru atau “Blue Ocean”, entah apa namanya, buktinya ada seorang calon presiden dari Partai Demokrat yang berkulit hitam. Bahkan karier politiknya sangat lumayan bagus, ditambah lagi rekam jejak kehidupannya bernilai plus, dan sempat menggetarkan pesaingnya. Cermin realitas menambah bobotnya ketika secara berturut-turut hingga empat kali mengalahkan Hillary. Kalkulasi politik pernah menjadi buran, karena semula Hillary dijagokan partai Demokrat merebut ticket, kenyataan menjadi beda. Menurut situs pemantau pemilihan awal Pilpres AS, Real Clear Politics, Obama telah mengumpulkan 1.259 delegasi. Sedangkan Hillary mendapat 1.210 delegasi. Rupanya Amerika Serikat saat ini dalam soal kepresidenan sudah „out of box“ alias tidak lagi berkutat dalam kotak.
Warung kami memiliki ketertarikan khusus dengan figur ini, disamping ingin melihat sebuah „keajaiban “ apa yang dimilikinya, dan fenomena apa yang membuat rakyat Amerika Serikat tersima oleh Obama. Warung kami melihat karena Obama ketika kecil pernah hidup di Jakarta., dan bagaimana khasanah perbukuan Indonesia mencermatinya.
Tekad untuk mengetengahkan figure Obama tidaklah begitu sulit, karena berbagai penerbit juga menampilkannya, serta merta penerbit mengambil kesempatyan emas itu. Warung kami memiliki tiga buku yang terkait dengan Obama yakni :
Ø Barack Obama menerjang harapan, dari Jakarta menuju Gedung Putih.
Ø Barak Hussein Obama Kandidat Presiden Amerika yang punya „Muslim Conection“
Ø Calon Presiden AS Kulit Hitam Pertama

JUDUL : Barack Obama Menerjang Harapan [ Judul Asli: “The Audacity of Hope; Thoughts on Reclaiming The American Dream]
PENGARANG : Barack Obama
PENERBIT : Ufuk Press PT. Cahaya Insan Suci. Jl. Warga 23A, Penjaten Barat, Pasar Minggu Jakarta Selatan 12510, Indonesia. Phone : 62-21 [7976587, 79192866. Web: http://www.ufukpress.com/ blog: http://ufukpress.blogspot.com/ E-mail: info@ufukpress.com
CETAKAN : II Mei 2007
ISBN : 979-1238-34-0
JUMLAH HALAMAN: 526
Buku “The Audacity of Hope; Thoughts on Reclaiming The American Dream [Edisi Indonesia : Menerjang Harapan: Dari Jakarta Menuju Gedung Putih], merupakan karya Senator Barack Hussien Obama Junior yang terbit tahun 2006. Buku ini merupakan kelanjutan daru buku pertamanya, yang terbit 11 tahun yang lalu, dengan judul Dream from My Father: A Story of Race and Inherintance. Kedua buku ini selama berpekan-pekan menduduki peringkat nomor satu pada daftar buklu terlaris versi harian The New York Times. Inilah sebagai indicator Obama seorang penulis andal yang karya-karyanya terjual laris. Buku The Audacity of Hope menjadi penolong bagi Obama dalam upaya ememperkuat serta memperkaya dirinya sebagai calon presiden. Sejumlah kritikus mengumpamakan bahwa buku ini ibarat skripsi yang berpredikat summa cum laude yang meluluskan obama sebagai pemimpin masa depan
Dalam kata pengantar dinyatakan bahwa Obama tinggal di Jakarta selama 3,5 tahun sejak berusia enam tahun, yaitu pada tahun 1967 dan sempat merasakan pendidikan di SD Fransiscus Assisi dan SD 01 Menteng di Jalan Besuki.
Dia termasuk keluarga multiras, sehingga merupakan keluarga dengan paduan komunitas internasional. Ibunda Obama, Ann Dunham setelah bercerai menikah dengan pria Indonesia, Lolo Soetoro dan dari pasangan itulah dikaruniai seorang putri, Maya Soetoro-Ng yang kini berusia 39 tahun besuamikan adalah pria China dan menetai di Honolulu.
Sedangkan Ayahanda Obama senior di Kenya menikah berulangkali, termasuk dengan seorang perempuan kulit putih laqin dan juga beberapa perempuan local yang semuanya melahirkan saudara-saudara tiri Obama Junior.
Obama Tidak setia pada satu ras saja :
Kenyataan inilah memberikan nuansa pada pemikiran Obama, bahwa dia tidak setia pada satu ras saja, alias multirasialisme.
“Saya tak mempunyai pilihan lain kecuali meyakini visi Amerika. Sebagai anak lelaki kulit hitam dan perempuan putih, sebagi orang yang lahir di Hawaii yang multirasial bersama adik tiri yang separuh Indonesia tetapi kerap dikira orang Meksiko atau Puerto Riko, mempunyai ipar dan keponakan keturunan Cina, memiliki saudara-saudara yang wajahnya mirip Margaret Teacher….saya tak mungkin setia hanya kepada satu ras saja,’ tulis Obama.
Waktu di Jakarta rumahnya sekitar Tebet tak berkakus duduk, di halaman belakang banyak ayam peliharaan, dan di dekat jendela banyak jemuran bergelantungan.
“Jenderal-jenderal Indonesia membungkam hak asasi dan birokrasinya penuh korupsi….Kami tak punya uang untuk sekolah internasional, saya masuk sekolah biasa dan bermain dengan anak-anak pembantu, penjahit atau pegawai rendahan,” [hlm:11]
Kharismanya yang luar biasa:
Ketika dilantik menjadi senator awal tahun 2005 Obama mulai menjadi gunjingan di Ibukota Washington DC. Banyak kalangan yang mulai menyebut karisma dia mirip dengan yang pernah dimiliki John Fitzgerald Kennedy yang menjadi presiden pada usia belia. Bahkan seorang Bill Clinton pun sebelum menjadi presiden tidak mendapat pujian setinggi itu.
Menurut pandangannya, dalam era globalisasi dan perubahan teknologi yang memusingkan, politik yang membunuh dan perang-perang budaya yang tak kunjung usai, bahkan tampaknya kita tidak memiliki bahasa bersama yang dapat digunakan untuk mendiskusikan cita-cita kita, tidak memiliki alat mencapai kesepakatan sederhana tentang bagaimana, sebagai sebuah bangsa, kita mungkin bekerja-sama mewujudkan cita-cita itu.[hlm; 27]
Obama menawarkan sesuatu yang lebih bersahaja: refleksi-refleksi personal nilai dan cita-cita yang telah membimbingnya menuju kehidupan public. Selain itu juga menawarkan beberapa pemikiran tentang cara agar wacana politik saat ini tidak seharusnya memecah belah. Berdasarkan pengalamannya sebagai seorang senator dan pengacara, suami dan Ayah, Kristen dan skeptic mengenai cara-cara yang dapat kita gunakan untuk politik kita pada gagasan tentang kemaslahatan bersama. [hlm:29]
Sepak terjang CIA di Indonesia :
Dalam halaman 35 ditulis bahwa CIA terlibat ketika tahun 1965.
….CIA diam-diam mulai memberikan dukungan kepada berbagai pemberontakan di dalam Indonesia, dan menumbuhkan hubungan yang dekat dengan para pejabat militer Indonesia, yang banyak dari mereka telah dilatih di Amerika Serikat .
Pada 1965, di bawah pimpinan Jendral Soeharto, militer mulai menentang Sukarno, dan dengan kekuatan darurat memulai sebuah pembersihan besar-besaran terhadap orang-orang komunis dan para simpatisan mereka. Menurut perkiraan antara 500.000 dan satu juta tewas terbunuh dalam pembersihan tersebut, dengan 750.000 lainnya dipenjara atau diasingkan. [hlm:35]
Pandangannya dalam masalah internasional:
…Kadang-kadang, kebijakan luar negeri Amerika telah berpandangan jauh, sekaligus bermanfaat bagi kepentingan nasional kita, cita-cita kita, dan kepentingan bangsa-bangsa lain. Di saat lain, kebijakan-kebijakan kita telah salah jalan, didasarkan pada asumsi-asumsi yang keliru sehingga mengabaikan aspirasi sah orang lain, melemahkan kredibilitas kita sendiri, dan menciptakan sebuah dunia yang lebih berbahaya.
Ambiguitas yang demikian seharusnya tidak mengejutkan, karena kebijakan luar negeri Amerika selalu merupakan sebuah kumpulan impuls-impuls yang saling beradu. [hlm: 45].
Kebijakan Amerika mengenai pengekangan juga melibatkan suatu peningkatan jumlah militer yang sangat besar, yang menyamai dan kemudian melebihi persenjataan Soviet dan Cina. Pada akhirnya, “segitiga besi” yang terdiri dari Pentagon, para kontraktor pertahanan, dan anggota kongres dengan belanja pertahanan yang besar di wilayah-wilayah mereka, menghimpun kekuatan besar dalam membentuk kebijakan luar negeri AS. [hlm:53]
Pandangan Religinya:
Bagi ibu saya agama formal [organized religion] terlalu sering menutupi ketertutupan pemikiran dengan jubah kesalehan, menutupi kekejaman dan penindasan dengna jubah kebenaran. Ini tidak bermaksud mengatakan bahwa beliau tidak memberi saya instruksi keagamaan. Dalam pikiran beliau, pengetahuan bekerja dari agama-agama besar dunia merupakan bagian penting dari setiap pendidikan yang dirancang dengan baik. Dalam keluarga kami Alkitab, Al Quran, dan Bhagawad Gita ditempatkan di atas rak di samping buku-buku-mitologi Yunani, Norwegia, dan Afrika [Hlm :157]
Selama lima tahun kami menjalani hidup bersama ayah tiri saya di Indonesia, pertama-tama saya dikirim di lingkungan sekolah Katolik dan kemudian ke sekolah yang didominasi Muslim. Dalam kedua kasus ini, ibu saya kurang memperhatikan proses pembelajaran saya akan katekisme atau menjelaskan makna panggilan muadzin untuk melakukan shalat malam [mungkin maksudnya sholat Mahgrip dan Isya’] dari pada perhatiannya terhadap kemampuan saya untuk mempelajari tabel-tabel perkalian secara cepat. [hlm:158]
Pencermatan tentang kebebasan beragama dan keaneragaman:
Obama memberikan tanggapannya bahwa Rumusan Jefferson dan Leland untuk kebebasan beragama. Ternyata kekebasan beragama mampu menyelamatkan Amerika Serikat dari sektarianisme.
...Lebih-lebih, mengigat keaneragaman penduduk Amerika yang semakin besar. Apapun kita dulu, sekarang kita tidak lagi sekedar bangsa Kristen; kita juga bangsa Yahudi, bangsa Muslim, bangsa Budha, bangsa Hindu, dan bangsa orang-orang tak beriman.[Hlm:177]. Lebih jauh melihat pikirannya yang pluralis tampak pada pidatonya ketika Konvensi Nasional Partai Demokrat pada tahun 2004, yang menimbulkan rasa simpati:
”Tidak ada orang Amerika hitam atau Amerika putih, Amerika Latino atau Amerika Asia, yang ada hanyalah Amerika Serikat” [hlm 196]
Lagi pula, saya percaya bahwa sebagian dari kejeniusan Amerika selalu merupakan kemampuannya menyerap pendatang baru, membentuk suatu identitas nasional berdasarkan kumpulan berbagai macam orang yang tiba di pantai-pantai kita. [Hlm;197].
Melihat Layanan kesehatan dan pendidikan.
Layanan kesehatan dikritisi Obama:
Kita tahu, sistem perawatan kesehatan telah hancur: sangat mahal, sangat tidak efisien, dan dengan buruk diadaptasikan dengan ekonomi yang tidak lagi dibangun atas pekerjaan seumur hidup. Yaitu sebuah sistem yang mengekpos orang Amerika yang bekerja keras pada kronisnya ketidakamanan dan keniscayaan kemiskinanan [hlm:266].
Terkait dengan pendidikan dikatakan Obama:
Di mana orang-orang Amerika sungguh membutuhkan bantuan secara langsung, artinya kita harus mengelola biaya perguruan tinggi yang semakin meningkat. Selama sepuluh tahun pertma pernikahan kami, gaji bulanan kami habis untuk membayar kuliah prasarjana dan hutang di sekolah hukum melebihi jaminan tunjangan kesehatan kami [hlm 464]
....Tetapi tidak masalah betapapun baiknya kita mengendalikan perputaran biaya pendidikan, kita akan tetap harus memberikan lebih banyak bantuan langsung kepada siswa dan orang tuanya dalam memenuhi biaya di perguruan tinggi. Apakah melalui beasiswa, pinjaman berbunga rendah, tabungan simpanan pendidikan bebas pajak, ataupun pengurangan penuh pajak atas biaya uang kuliah.
Ada dua aspek lain dari sistem pendidikan kita yang patut mendapat perhatian- satu aspek yang berbicara kepada jantung daya saing Amerika. Sejak Lincoln mengesahkan Undang-undang Moril [Morrill Act] dan menciptakan sistem perguruan tinggi yang diberi hadiah tanah, institusi-institusi pembelajaran tinggi telah digunakan sebagai riset utama negara dan laboratorium pengembangan .

JUDUL : Calon Presiden AS KULIT HITAM PERTAMA
PENYUNTING: Budhi Wuryanto, Wanda Jatmiko
PENERBIT : de lokomotif Jl.Kemitbumen No. 5A Keraton, Yogyakarta 55131 Telp. [0274] 7005618, 3272191. E-mail: deloko@delokomotif.com web: http://www.delokomotif/.com
CETAKAN : II Juli 2007 [cetak ulang]
ISBN : 978- 979-16187-0-0
JUMLAH HALAMAN: 106.
”Perubahan bukan slogan kosong yang datang dari atas tetapi dari pengalaman berpolitik di akar rumput” [Barack Obama]
Karena saat ini sedang gencar-gencarnya perebutan ticket dari Partai Demokrat Amerika Serikat, maka kata pengatar buku ini dengan santun mengatakan: ”Penerbitan buku ini tidak ada kaitan sama sekali dengan aktivitas Obama dalam proses Pilpres AS. Tidak ada sepeserpun pun duit dari Obama, dan segala elemen pendukungnya, untuk membiayai penulisan dan penerbitan buku ini. Tidak juga inisiatif. [catatan warung: ini tulus dan bukan apologia].
Mengapa menulis Obama?
Ditulis karena Obama adalah senator dengan latarbelakang kompleks- Ayah kulit hitam, ibu kulit putih, satu-satunya Afro-Amerika di senat AS, sekaligus bakal calon presiden AS pertama keturunan Af rika, dan waktu kecil Obama pernah tinggal di Indonesia- Inlah yang menjadi tema manarik.
Pada pengantar tampaknya ada kata-kata ”sengak’ yang ditujukan kepada anggota legislatif kita.(pengantar penerbit)
Obama dapat menjadi contoh yang baik bagi para anggota Dewan yang terhormat [DPR maupun DPRD]
Berbeda dengan sebagian besar anggota Dewan di Tanah Air yang menjadi politisi untuk memperoleh gaji besar, Obama justru meninggalkan gaji besar di pasar saham Wall Street, New York. Sebagai community organizer muda, gaji Obama pas-pasan. Karena gaji mepet, untuk mendapatkan dana guna membiayai kegiatan politiknya, Obama menggalinya dari orang-orang kaya, pemertintah kota, pengusaha atau donatur dari luar negeri. [hlm :viii-pengantar].
Kalau sebagian besar politisi di Tanah Air sibuk mencari proyek, dan menjadikan tugas-tugasnya sebagi proyek, Obama justru mencari lowongan kerja bagi para penganggur. Ketika itu di Altgeld Garden, Chicago Selatan, beberapa usaha kecil dan menengah [UKM]- disana disebut small and medium entreprices [SME], tutup karena bangkrut, dan pabrik-pabrik tidak beroperasi lagi karena produknya kalah bersaing dengan produk berkualitas dari luar negeri. [hlm:ix]
Memasuki Buku:
Calon presiden keturunan dari kawasan berstigma serba inferior di negara serba super:
Jika nasib baik memang berpihak padanya, lelaki berusia 45 tahun yang murah senyum dan energik ini akan menorehkan sejarah penting di bumi AS. Obama bakal tercatat sebagai keturunan Afrika pertama yang menjadi presiden di negara dengan mayoritas penduduk berkulit putih. Ini pencapaian prestasi teratas manusia keturuan dari kawasan berstigma serba inferior di negara serba super [hlm:4]
Obama menjadi orang kulit hitam ketiga yang menjadi senator AS dalam kurun waktu 150 tahun terakhir. Dan ia menjadi orang kelima keturunan Afrika dari semua negara bagian di AS yang terpilih menjadi senator AS dari Illionis dalam 100 tahun terakhir [hlm:7]
Kekuatan Obama yang memukau:
...Sebut saja misalnya ketika Obama berkampanye di Texas, 21 Pebruari lalu. Lebih dari 10 ribu orang mendaftarkan diri. Sewaktu ia berkampanye di Iowa State University yang berkapasitas 1.500 kursi, lokasi terpaksa dipindahkan karena lebih dari 5.000 orang yang hadir. Bahkan, 3.000 tiket untuk pidato di New Hampshire habis hanya dalam waktu 6 jam. Sampai-sampai seorang-orang warga Kanada yang hadir dalam kampanye Obama di Los Angeles berniat mengubah kewarganegaraannya agar bisa memberikan suara bagi Obama. [hlm: 8]
Menakar kekuatan lawan:
Bagi Obama, isteri mantan presiden AS, Bill Clinton itu bukanlah lawan yang enteng. Apalagi Hillary sendiri telah menyatakan tekadnya, ”Saya mencalonkan diri dan saya mencalonkan untuk menang”. Kekuatan Hillary, salah satunya, memang pada dana kampanye yang besar. Pada election 2006, misalnya, Hillary merupakan kandidat yang paling banyak mengeluarkan dana kampanye, sekitar 29,5 juta dolar AS. Untuk Iklan di Media massa, ia menghabiskan 2 juta dolar AS, untuk menyumbang sesama calon-calon separtai 2,6 juta dolar AS, dan 1,58 juta dolar AS untuk konsultan. [hlm:11]
Kabarnya, Hiilary dan Bill Clinton sempat mendiskusikan sebuah strategi bagaimana membuat kesepakatan dengan Obama, dan apakah Obama mau dibujuk untuk bergabung dengan Hillary, sehingga bisa menjadi tiket kemenangan bagi Hillary [hlm:12]
Lekaki Uberseksual.
Lebih dari semua riwayat memukau tentangnya, pada 2005 Obama tercantum sebagai satu dari 10 pria uberseksual top dunia.- Obama berada di urutan ke-6, dan ia satu-satunya pria kulit hitam. Ia digandengkan dengan sejumlah nama lelaki beken dunia. Sembilan lelaki uberseksual lainnya juga bukan orang sembarangan, Mereka punya nama beken: Bono (voalis U2, band asal Firlandia), George Clooney (aktor), Bill Clinton (mantan presiden AS, yang flamboyan), Donald Trump (milyuner), Arnold Schwarzenegger (mantan aktor kini gubernur California), Ewan McGregor (aktor), Pierce Brosnan (aktor tiga jkali memerankan James Bond), Guy Ritchie (sutradara film) dan Jon Stewart (komedian) .[hlm:38]
[Catatan warung: Uberseksual adalah istilah bagi lelaki dengan kepribadian unggul. Karenannya merupakan perpaduan antara sifat gentle, rasa percaya diri yang tinggi, ketegasan, dan rasa belas kasih (compasionate). Sebuah kombinasi yang sebenarnya aneh namun merupakan sifat-sifat esensial yang diburu wanita]
Obama Flu Burung di Indonesia dan serangan karena pernah tinggal di Indonesia:
Dalam karier politiknya, Obama adalah seorang-orang yang ikut mengegolkan program bantuan dana pemberantasan flu burung dari AS untuk Indonesia.[hlm:6]
Obama mendapat ”seranagn dari lawan-lawan politiknya. Melalui internet, televisi, dan media cetak, Obama dituding pernah mendapat pendidikan Islam radikal di Indonesia.
Buku ini juga mengupas dua buku Obama, buku Hillary, juga hal-hal yang terkait dengan negara Irak.

JUDUL : Barack Hussein Obama –Kandidat Presiden Amerika yang punya “Muslim Connection
PENYUNTING: Anwar Holid
PENERBIT : Mizania PT Mizan Pustaka Jl.Canambo No.135, Cisaranten Wetan Ujung Berung, Bandung 40294 Telp. [022] 7834310,. E-mail: mizania@mizan.com web: http://www.mizan.com/
CETAKAN : I Oktober 2007
ISBN : 979-8394-84-4
JUMLAH HALAMAN: 193
Obama justru muncul sebagai kandidat dengan”Muslim Connection” yang sangat kuat. Bagaimana tidak? Ayah kandungnya, Barack Hussein Sr., berasal dari keluarga Muslim Kenya. Meskipun di kemudian hari sang ayah dikatakan menjadi ateis, dan Obama sendiri kini seorang Kristiani, namun sanak karabat Obama di Kenya hingga kini adalah muslim yang taat. [hlm:13]
Obama, Cover boy.
Media-media lokal, misalnya terbitan Washington, pernah ada yang menerbitkan headline berjudul sedikit bombastik: ”The Legend of Barack Obama”-Legenda Barak Obama. Dia juga mendapat perhatian cukup dalam dari majalah budaya seperti Rolling Stone dan The New Yorker. Bahkan pada edisi 2004, Rolling Stone memilih dia sebagai salah satu People of the Year. Belum lagi majalah gaya hidup pun rampai-ramai memuat profilnya di berbagai edisi. Mens’s Vogue memasang wajahnya sebagai cover boy. [hlm 21] .
Orang Indonesia di belakang Obama: [dukungan dari sang adik]
Maya Kassandra Soetoro, adik tiri Barack Obama, juga sudah ikut bergabung membantu kampanye kakaknya di Hawaii bersama suami, Konrad Ng. Mereka sekeluarga tinggal di Honolulu, Hawaii, bersama seorang putri, Suhaila. Kata Maya, Barack pernah membantu dirinya ketika bersedih karena kematian ayah kandungnya Lolo Soetoro pada 1993. ”Dialah yang menolong saya agar membuat keputusan tepat dan memperlihatkan kekuatan diri, serta membantu mempercayai insting sendiri”.
Obama dan sekolah:
Di sekolah hukum paling terkemuka di Amerika, dan hingga kini mayoritas dihuni kulit putih, Obama melanjutkan kebrilianannya. Pada tahun 1991, dia meraih gelar J.D.(Juris Doctor;Doktor Hukum) dengan predikat magna cum laude. Setahun sebelumnya, sejumlah media-yang paling bersemangat ialah The New York Times-menyoroti Obama karena terpilih sebagai orang kulit berwarna pertama, Afro-American, yang terpilih sebagai Presiden Harvard Law Review, Jurnal barometer keunggulan bagi mahasiswa hukum. Sejarah baru setelah 104 tahun jurnal tersebut berdiri. [hlm:78]
Demi Suami (di balik setiap lelaki besar selalu ditemukan perempuan yang tegar):
Diberitakan pada Mei 2007 lalu Michelle [Michelle Robinson, isteri Obama] melepaskan posisi di University of Chicago Hospitals, yang menghasilkan uang banyak,demi lebih bisa menyertai Obama yang sibuk kampanye, meyakinkan calon pemilih, dan menggalang dukungan sebesar-besarnya. ”Ini memang sedikit mengelisahkan saya”, akunya. ”Tapi tentu bukan karena saya kelihatan bosan.” Di sisi lain, pilihan Michelle kembali mengingatkan orang pada sebuah adigium kuno, yaitu di balik setiap lelaki besar selalu diketemukan perempuan yang tegar.[hlm:84]
Obama, :Muslim Connection” dan Indonesia.
Salah satu kontroversi pada diri Obama ialah pengalaman masa kecilnya dengan agama Islam dan latar belakang Indonesia yang dia miliki. Kadang-kadang pihak yang ingin meruntuhkan Obamamenggunkan titik itu untuk membunuh karakter dan memojokkan Obama sampai seolah-olah dia terlibat sebagai pesakitan yang tak pantas ditengok siapapun. [hlm:141]
Obama tinggal di Indonesia kira-kira empat tahun, yaitu pada tahun 1967 hingga 1971, ketika berumur 6-10 tahun. Di Indonesia dia melewatkan masa kecil yang banyak menyisakan perdebatan, jika bukan prasangka-prasangka menggelikan. Di sini di sempat sekolah di dua SD, pertama ketika pertama kali masuk hingga pertengahan kelas 3 di SD Katolik Franciscus Assisi (1968-1970), kemudian meneruskan sekolah di SDN 1 Menteng sampai pertengahan kelas 5. Di sekolah, dia terdaftar sebagi Barry Soetoro.[hlm;143]
Masa kecil Obama terlihat sering memakai sarung kala ke masjid. Dalam Dreams from My Father rupanya jelas Obama juga kurang terkesan oleh mata pelajaran agama, sering memainkan wajah selama belajar Al-Quran [hlm: 154]

No comments: