SILA CARI DI SINI!

Google

Monday, November 26, 2007

AKTIVITAS PRAMUKA SEBAGAI WAHANA KOMUNIKASI ANTAR PERGURUAN TINGGI DAN ANTAR DISIPLIN ILMU




[Tulisan ini terilhami pikiran almarhum Kanda Hudan Dardiri]
PENDAHULUAN :
Banyak orang terkesima ketika Jhon Naisbit melansir karyanya yang berjudul “Mega Trand 2000”, energi buku ini sangat luar biasa, bagai virus kanker ganas yang mengakibatkan setiap manusia dibelahan dunia tertegun oleh isu globalisasi. Sebenarnya untuk kalangan Pramuka /kepanduan merupakan hal yang basi karena sejak lahirnya pramuka telah mecatatkan jatidirinya sebagai organisasi yang menglobal. Tahun 1905 cetusan Lord Robert Baden Powel Of Gilwell mengkreasi komunikasi yang mendunia lewat percobaan perkemahan di Brown Sea Island. Ide gila ini, dikenal orang sebagai cikal bakal JAMBOREE, sebuah wahana komunikasi anak-anak bangsa di dunia. Selanjutnya jika dicermati lebih seksama, segenap aktivitas Pramuka merupakan gambaran icon-icon jaringan komunikasi dunia yang tidak tertandingi. Organisasi yang berasal dari Inggris ini, setelah di impor Belanda ke Indonesia, oleh KH. Agus Salim diberi nama Pandu tumbuh dan berkembang di tanah air, selanjutnya dikenal dengan pramuka.
Bagaimana di Indonesia?, Pramuka adalah salah satu diantara organisasi yang konsisten dengan kepentingan nasionalnya, tanpa mengabaikan persahabatan dunia (brotherhood). Pramuka adalah organisasi yang memilki “kontrak sosial” dalam wujud persatuan generasi muda di wilayah Nusantara tercinta, dari Sabang sampai Merauke merah-putih tetap menggantung di lehernya. Makna terdalamnya adalah sebuah klaim positif bahwa pramuka harus menjamin negara kesatuan Republik Indonesia
Sisi lain juga tergambarkan bahwa Pramuka merupakan organisasi yang utuh, anggotanya tidak terbatas, jauh dari sara, mulai anak muda belia hingga orang tua, tanpa dipisahkan oleh tirai yang rapat, yang ada hanyalah istilah adik dan kakak.
Jaringan komunikasi dalam pramuka dibangun dengan rapi dari satuan terkecil sampai unit kegiatan terkecil terurai dengan sempurna. Teristimewa untuk gugus depan yang berpangkalan di Kampus, adalah unit kegiatan yang dapat membangun “inner cycle”
keilmuan, karena melalui berbagai aktivitas akan
terbentuk secara tidak langsung “share of value” dengan efek positif terjadinya, “transfer of knowledge”, “transfer of technology” dan “transfer of skill”. Kini tinggal menunggu tangan-tangan dingin untuk mampu memanfaatkan keunggulan ini.


PRAMUKA BERKIAT “KOPLEMENTER”
[melengkapi pendidikan di sekolah dan pendidikan di rumah]

Dalam dunia pendidikan terminologi “Tri Pusat Pendidikan“, adalah sebuah ranah pencermatan yang terbagi dalam tiga kegiatan, meliputi :
- Pendidikan di rumah
- Pendidikan di sekolah
- Pendidikan di masyarakat
Saat ini kita mulai melakukan kalkulasi manfaat, berapa jam anak didik memperoleh perhatian ayah bunda ?. Berapa jam di sekolah?, dan berapa jam di Masyarakat. Tentunya bukanlah jawaban yang diperlukan tetapi “nafas panjang” yang penuh dengan keprihatinan yang kita dapatkan.
Praktik pendidikan di rumah telah mengalami deviasi, karena dewasa ini telah muncul berbagai fenomena baru, bahwa seorang Ibu secara revolutif mendapatkan role baru, tidak hanya di rumah namun menempati posisi terhormat menjadi wanita karier. Konsekuensinya orang tua lebih banyak berada di luar rumah, akibat yang harus dibayar adalah lemahnya pengawasan dan perhatian kepada anak-anak. Lebih celaka ketika posisi pembentukan watak diambil alih oleh oleh pembantu rumah tangga, yang kemungkinan besar tidak memiliki kompetensi pembentukan anak Akibat lebih fatal terbentuklah mentalitas baru yang memicu perilaku yang tidak semestinya (disfunctional behavior).
Bagaimana pula di sekolah?, kita harus paham bahwa sekolah memiliki waktu yang sangat terbatas untuk memberikan perhatian pada anak didiknya. Tuntutan curriculum yang rigit sehingga cenderung mengutamakan target profesionalnya, sehingga perhatian pada anak tertuju pada masalah kognitif saja (IQ). Pengembangan kecerdasan emosi(EQ) menjadi tumpul, apalagi kecerdasan speritualnya (SQ).

Bagaimana dengan pendidikan di masyarakat ?
Di masyarakat amatlah ideal, bila anak-anak berkumpul dengan sesamanya berkelompok secara suka rela di bawah pembina anak-anak muda, di sinilah pramuka mengambil peran sebagai komplementer dari kedua ranah pendidikan di sekolah maupun pendidikan di rumah.
Gerakan pramuka mengambil langkah menjadikan anak sebagai dirinya dan belajar menjadi dirinya [learning to be], diajak belajar berkarya sesuai usaianya [learning to do], distimuli belajar bagaimana belajar [learning how to learn] dan diajak hidup bersama dengan penuh kedamaian [learning to life together in peace in harmony ].
Anak-anak dibimbing, dipahamkan dengan lingkungannya, didekatkan dengan berbagai masalah tanah airnya, lebih lanjut diajak mempraktikkan semua yang didapat disekolah maupun yang diperoleh dari orang tuanya.
Secara strategis pramuka telah membungkus kurikulumnya dalam bentuk permainan, dengan bermain lingkaran, segitiga, atau angka “re”, anak-anak sedikitnya memperoleh pelajaran matematika. Ketika mereka diajak anjangsana ke pemerahan susu sapi, ke sawah, maka mereka telah mendapatkan pelajaran proses industri peternakan dan pertanian. Proses menanam padi, mengetam, menuai, merontok, menumbuk, cara mengairi sawah bahkan hingga pascapanen, didapatnya secara langsung dan dekat dengan obyeknya.
Hal tersebut akan lebih ideal bila dilakukan tidak hanya melibatkan satu sekolah dan mengajak pelbagai sekolah. Lebih ideal lagi ketika melibatkan anak-anak drop out sehingga memperoleh efek positifnya.


BERKOMUNIKASI ANTAR PERTI ALA PRAMUKA
[menyemaikan pengetahuan melalui kegaitan pramuka]
Terdapat manfaat yang significan ketika pramuka manggalang energinya lewat pembentukan gugus depan pramuka yang berpangkalan di kampus. Dengan munculnya satuan ini, maka jaringan komunikasi ilmiah sedikitnya akan tersemaikan, karena sudah menjadi watak ilmu itu sendiri, bahwa ilmu merupakan hal yang universal.
Suatu fakta menunjukkan bahwa pramuka perguruan tinggi mampu mencairkan kemandekan komunikasi keilmuan, karena dengan pertemuan antar perguruan tinggi terjadi saling asah asuh asih pengetahuan. Ketika seorang anggota pramuka yang secara kebetulan mahasiswa fakultas kedokteran, ternyata katika bertugas dilapangan akan lebih trampil dan bijak dalam mengambil keputusan. Setelah dilakukan pencermatan mendalam, penyebabnya adalah karena komunikasi intensif antara disiplin ilmu telah terjadi bahkan tumbuh dan berkembang didalam kegiatan pramuka perguruan tinggi.
Seorang sarjana kedokteran akan menimba pengetehuan tentang aspek hukum dan manageral kepada mahasiswa fakultas hukum.
Contoh konkrit yang sempat saya rekam:
“Seorang sarjana kedokteran ditunjuk di suatu Puskesmas”
Puskesmas tersebut berada di wilayah kabupaten dengan kekuatan personal 8 para medis dan beberapa tenaga honda-honorer daerah terdiri dari penjaga gudang, pembersih dan penjaga sepeda. Begitu ditempatkan berarti seorang sarjana tadi menempati posisi kepala Puskesmas, selang beberapa bulan bekerja, suatu pertanyaan yang disangka sebelumnya muncul dari seorang bidan. Pertanyaan mulai dari kenaikan berkala sampai cuti diluar tanggungan negara. Tak satupun pertanyaan mampu dijawab secara rasional oleh seorang dokter yang nota bene seorang Kepala Puskesmas. Fenomena ini adalah suatu kewajaran, karena realitas sosial yang kerap muncul di masyarakat belum mampu terakses di dalam curriculum, apalagi yang menyangkut UU Kepegawaian.
Menjawab keterbatasan inilah maka kegiatan pramuka harus mampu menjebatani lewat kreasi-kreasi cerdik dengan membuat wahana sambung rasa keilmuan.

MEMBANGUN JARINGAN SAMBUNG RASA KE ILMUAN
[gagasan untuk ditindak lanjuti gugus depan yang berpangkalan di kampus]
Kegiatan-kegiatan seperti “Raimuna” telah sarat dengan berbagai komunikasi keilmuan secara tidak langsung, namun perlu gagasan baru untuk melakukan pencerahan ke arah kelimuan dengan menkonkritkan gagasan baru. Gagasan ini dimaksudkan sebagai komplemen dari aktivitas ke ilmuan di kampus dengan mensinergikan berbagai disiplin ilmu. Melakukan penelitian bersama, seminar bersama dan melakukan pengabdian bersama. Akan lebih bermanfaat jaringan ini diarahkan kepada penyelamatan lingkungan dengan dengan melibatkan berbagai aspek. Misalnya dengan mencermati satu fenomena kerusakan alam, tragedi pemandian air hangat Pacet-Mojokerto, maka setiap aspek akan ikut serta didalamnya mulai bidang geologi, geografi, hidrologi, hukum, kesehatan, ke hutanan, ekonomi, pariwisata, dan pendidikan akan terlibat didalamnya. Inilah gagasan sinergi.
Disamping gagasan diluncurkan, pramuka yang berpangkalan di kampus harus terus menerus memperbaiki citra dirinya, tanggalkan kesan eksklusif perguruan tinggi, jadikan kampus sebagai wahana memuculkan kader-kader penurus, sehingga menjadi gudang pembina pramuka.
Dengan memperbaiki citra diri, maka keutuhan dan kemandirian seorang anggota pramuka akan akan dipenuhi dengan triple “Q” [ IQ,EQ dan SQ], sehingga pada gilirannya akan membangun kecerdasan kepemimpinan LQ-Leader Quetions.

No comments: