SILA CARI DI SINI!

Google

Friday, February 8, 2008

PENDIDIKAN LIBERAL

Disadur dari buku Education and The Demokratic Idea karya Stevan M.Chan yang diterbitkan Public Affair Press Nelson-Hall Chicago pada tahun 1979. Selanjutnya disadur oleh : Abdul Munir Mulkan dan Umi Yawisah.

Warung ini sangat sengaja untuk mengetengahkan karya Stevan, disamping karyanya sangat bagus untuk dikabarkan, menurut pandangan kami buku ini memiliki aroma cerdas dalam membangkitkan pemberdayaan di belantara pendidikan. Tentunya pendidikan di bumi Nusantara tercinta, kendati lewat kritik-kritik pedas..
Buku berjudul pendidikan liberal ini mencoba menjelaskan problem demokrasi dan bagaimana hubungannya dengan praktik pendidikan di dalam kelas.Berbagai gagasan Stevan M.Chan tentang hubungan cita-cita demokrasi dan praktik pendidikan liberal ini amat penting bagi perjuangan menegakkan masyarakat demokratis. Sebab dalam proses transformasi menuju masyarakat demokratis itu, pada hakikatnya meletakkan praktik pendidikan nasional sebagai bagian internal proyek besar kebudayaan. Suatu proyek budaya tentang tata niali di masa depan bagi sebuah tatanan masyarakat demokratis. Oleh karenanya wacana pendidikan demokratik sangat kental dalam bahasan demi bahasan ini dan diperlihatkan dengn jelas dalam sekapur sirih buku ini.
Menurut buku ini demokrasi bukan hanya wacana yang mengglobal, tapi saat ini cenderung menjadi system tunggal dalam dunia politik social dan ekonomi yang biasanya membuat sejarah peradaban berhenti bergerak. Inilah titik tolak yang mendasari mengapa perlu pendidikan yang demokratik, sehingga kesinambungan akan terwujud. Teristimewa dikaitkan dengan kondisi geopolitik Indonesia, bahwa system nilai yang selama ini diterima sebagai hal dan apa yang seharusnya mulai mengalami demokratisasi, juga berbagai masalah keberagaman.
Dalam hubungan berbagai permasalahan diatas pendidkan liberal menjadi penting dicermati , dipahami dan disadari semua pihak, baik pemerintahan, politik, elite dan ahli keagamaan serta para orang tua.
Masih dalam sekapur sirih dipaparkan: Demokrasi bukanlah sebuah paket dating dari langit, tetapi merupakan sebuah hasil dari proses belajar dan pembelajaran warga dari sebuah bangsa tentang bagaimana menjalani hidup bersama. Kegiatan pembelajaran adalah inti praktik pendidikan yang berlangsung manakala setiap orang di dalam praktik pendidikan itu, dari murid hingga guru, mampu dan bersedia belajar secara sendiri atau kolektif. Suatu satuan kurikulum, proses pembelajaran, fasilitas fisik dan non fisik, hingga system evaluasi, dibuat dan disusun untuk memenuhi kebutuhan dan maksud belajar dengan melibatkan secara aktif unsur murid dan guru itu sendiri.

Kata Pengantar Abdul Munir Mulkan:
Buku ini akhirnya menjadi inspirator bagi penyelenggara pendidikan, terlebih setelah Abdul Munir Mulkan memberikan pencerahan lewat kata pengantarnya. Ketika mengawali kata pengantarnya, mengatakan bahwa fungsi pendidikan adalah pembelajaran tentang kehidupan manusia di dalam beragam fungsi dan kebutuhan. Dalam pembelajaran terkandung upaya pemenuhan fungsi-fungsi social, ekonomi, politik, selain beragam kebutuhan materiel dan spiritual oleh manusia agar ia bisa tumbuh sebagai manusia normal sehat.
Menurut Mulkan, demokrasi bukanlah sekedar suatu pelembagaan politik kedalam suatu bentuk partai politik, tapi meliputi wilayah moral tentang kesediaan setiap pihak untuk bisa saling belajar bersama antar warga bangsa, agama, partai, etnis, hingga kampung tentang hidup bersama dalam sebuah tatanan negara-bangsa yang harus mereka jalani.

Memanusiakan Pendidikan:
[Masih dalam pengantar Abdul Munir Mulkan]
Tidak begitu kita sadari bahwa kekerasan substansial dan pemaksaan kehendak, lebih sering dialami anak-anak di dunia pendidikan dari ruang-ruang kelas. Di ruang-ruang kelas itulah manusia anak didik seringkali diperlakukan tidak secara manusiawi dan aspirasinya kurang didengar, kecuali menuruti kehendak pendidik yang secara sepihak menyatakan diri sebagai seorang yang lebih dewasa.
Sementara itu, pihak pengelola pendidikan [Departemen Pendidikan Nasional] dan para guru menempatkan diri sebagai orang yang lebih bermoral, sumber kebaikan dan kesuksesan hidup.
Pada saat yang sama, telah lama kita memprihatinkan nasib guru yang gajinya pas-pasan dan masih harus menjadi pelayan yang terpaksa setia kepada elite penguasa, khususnya pejabat di Departemen Pendidikan Nasional.
Pendidikan seharusnya menjadi wahana manusia untuk belajar hidup menyelesaikan problema kehidupan yang sedang dan akan dihadapi. Sayangnya pendidikan lebih sebagai sebuah paket peniruan gaya hidup versi penguasa, birokrat pendidikan dan para “orang dewasa”. Karena itulah pendidikan sering terperangkap sebagai praktik ke-kuno-an dari gaya hidup generasi terdahulu yang ketinggalan zaman. Bahkan, pendidikan juga mudah terperangkap sebagai praktik sebuah system penindasan dan ketidakadilan.
Tanpa reformasi pendidikan sebagai sebuah proses induksi dan dialog budaya antar generasi, pendidikan akan mudah menjadi praktik pemasungan dan penindasan kreativitas serta perlakuan kekerasan sistematis yang terlembaga.
Dalam hubungan itulah pendidikan [nasional] perlu disentuh reformasi melalui peletakan pendidikan sebagi proyek besar bangsa ini untuk mereformasi kebudayaan. Pendidikan bukan sekedar hanya membuat orang cerdas dan terampil, tetapi juga memiliki kesadaran makrifat dan ke-waskitha-an
Tanpa meletakkan dasar kebijakan yang lebih arif [marifat] dan ke-waskitha-an, pendidikan nasional akan gagal memberi pelayanan kebutuhan pendidikan bagi masyarakat public.

Gus Dur ketika masih menjabat di rasanani Mulkan lewat pengantarnya.
Reformasi kebudayaan dan pendidikan nasional menjadi semakin strategis ketika bangsa yang sedang dilanda krisis ini seperti mulai kehilangan arah, justru ketika bangsa ini dipimpin seorang presiden yang konon menyandang kualitas spiritual ke-wali-an. Berbagai kebijakan pemerintahan Gus Dur, kemudian menjadi sulit ditebak, kadang membingungkan masyarakat bahkan para pembantu presiden Gus Dur itu sendiri.
Ironisnya, masyarakat seperti menerima hal itu sebagai kewajaran, karena sang preside adalah seorang yang berkualitas wali. Dan, karena itu pikiran dan kebijakannya sulit dimengerti banyak orang. Ketika bangsa ini menghadapi banyak persoalan yang sebenarnya bisa dijelaskan secara rasional, bangsa ini sepertinya dengan sabar menunggu kebijakan dari langit. Jangan-jangan Menteri Pendidikan Nasional sedang menunggu wangsit dari langit.

Konsep Pendidikan
[Masih dalam pengantar Abdul Munir Mulkan]
Konsep manajemen pendidikan berbasis sekolah yang telah muncul sejak beberapa waktu yang lalu, selain belum berhasil dengan baik diwujudkan ketika pendidikan belum benar-benar bebas dari sentralisme birokratis, juga belum benar-benar memberi ruang bagi aktualisasi daya kesadaran kritis dan kreatif guru dan murid.
Pendidikan seharusnya merupakan aksi pembelajaran berbasis murid dan guru sebagai manusia personal yang tidak bisa hanya direduksi ke dalam konsep-konsep pendidikan impersonal. Di sinilah praktik pendidikan penting diletakkan di atas basis guru-murid, bukan hanya sekedar pada sekolah sebagai struktur kelembagaan yang impersonal.

Memasuki Buku:
Pebahasan buku ini lebih menukik ketika dipaparkan sebuah doktrin dari Lor Acton yang menyatakan bahwa ” kekuasaan politik itu cenderung korup, dan kekuasaan politik absolut pasti korup”(power tends to corrupt; absolute power corrupts absolutely). (hlm:15) hal ini menunjukkan pada khalayak pembacanya, betapa pentingnya sebuah demokratisasi agar kekuasaan politik dapat terkontrol. Barangkali hanya pendidikan dengan pembelajaran yang cerdas mampu mengentas masalah ini.

Pentingnya nilai-nilai kemanusiaan.
Dipaparkan pula pada bab yang membahas “pendidikan liberal “ terkait dengan elemen pendidikan yang diperlukan oleh warga bangsa. Dinyatakan, bahwa elemen pendidikan lain yang sangat diperlukan bagi para warga demokrasi adalah pengetahuan tentang nilai-nilai kemanusiaan. Aristoteles menyatakan bahwa kebenaran [virtue] meliputi dua hal, yaitu; pertama apa yang ia sebut dengan kebenaran moral [moral virtue] dan kebenaran intektual [intelectual virtue]. Kebenaran moral yang lebih tepat disebut atau berkaitan dengan karakter, dibentuk melalui kebiasaan. Seorang menjadi baik dengan melakukan hal-hal yang baik. Segala tindakan keadilan dan pengawasan diri [self control] yang konstan akan dihasilkan oleh seorang yang berlaku adil dan dapat mengendalikan diri sendiri, yang tidak hanya melakukan tindakan-tindakan semacam itu hanya bagi tindakan itu sediri, tapi karena hal itu merupakan watak tyang tidak tergoyahkan.
Kebenaran intelektual adalah apa lebih populer dan seringkali disebut dengan kebijaksanaan (wisdom). Dalam pengertian yang sempit, seorang yang bijak atau bijaksana adalah seorang yang pandai menilai yang baik itu sebagi yang baik. Ia mampu membedakan antara nilai [worth] dan harga [cost], dianugrahi suatu ketajaman, kebijaksanaan, dan limpahan kualitas yang sangat berharga, yaitu pikiran sehat.(hlm:23).

Kritik pembelajaran di kelas.
Suatu tantangan dan kritik yang meragukan jika ruang kelas memberi lingkungan yang tepat untuk mencapai (menyediakan) pendidikan yang bermanfaat. Betapa sering seorang mengatakan, bahwa jenis pengetahuan paling berharga berlangsung di luar kelas, bukan d dalam kelas. Dan cara memperoleh pengetahuan signifikan ialah dengan bekerja, berpergian atau berinteraksi dengan orang lain, karena hidup itu sendiri menyediakan pendidikan terbaik. Pandangan seperti ini telah beberapa kali didukung dan diperkuat oleh observasi, bahwa lulusan perguruan tinggi yang paling brilliant sekalipun bisa jadi memperoleh kenaifan atau ketidakpekaan biasa ketika berusaha keras untuk hidup berdikari di dunia. (hlm:30).
Para individu dengan gelar dari perguruan tinggi tidaklah lebih suci dan lebih saleh atau bijaksana dari orang lain, apalagi jika sifat-sifat (pelengkap-pelengkap) kualitas yang menakjubkan dari suatu pendidikan liberal tidak dimilikinya. [hlm:31]

Kegagalan ujian:
Bahwa ujian telah gagal menjadi basis yang masuk akal untuk mengevaluasi prestasi peserta didik, malahan menghalangi kebebasannya dan melumpuhkan kreativitasnya. Juga ditegaskan bahwa nilai yang merupakan pelengkap, sifatnya tidak teliti. Dalam usaha mengukur orang-orang, nilai hanya berhasil dalam membuat trauma dan menghilangkan sifat kemanusiaan mereka.(hlm 82)
Ujian menghalangi kebebasan murid atau mahasiswa, ujian mengecilkan hati mereka dalam mengikuti topik-topik perhatian sekehendaknya, dan justru memaksanya mempelajari topik-topik perhatian dari guru atau dosennya. Jadi dapat dikatakan bahwa, ujian justru menghalangi pross belajar dan bukan mengembangkannya. (hlm:83-84)
Ujian melumpuhkan kreativitas murid atau mahasiswa dan memberikan tekanan pada pengulangan pernyataan yang selalu merujuk fakta-fakta serta teknik-teknik sehingga hal itu mengalihkan murid atau mahasiswa dari dorongan untuk berpikir yang original dan imajinatif tentang isu-isu yang signifiakn. Karena itu, dikatakan bahwa ujian akan menghalangi proses belajar bagi murid atau mahasiswa dan bukan mengembangkannya.
Pertanyaan yang perlu diajukan ialah bagaimana dapat ditentukan, apakah seorang individu memiliki informasi dan kemampuan yang berhubungan dengan bidang penyelidikan. Ujian memungkinkan bagi pengajar maupun yang diajar untuk membuat ketentuan demikian secara efektif. Dengan demikian, daripada melumpuhkan kreativiats lebih baik menyediakan kerangka bagi pemikiran yang imaginatif dan orisinal agar dapat lebih produktif.

Kritik terhadap nilai.
Bahwa nilai-nilai membuat trauma para murid atau mahasiswa. Orang-orang yang setuju dengan kritik ini membantah bahwa nilai menimbulkan kompetisi, membangkitkan kebencian dan permusuhan yang kemudian mengubah suasana akademis yang tenang menjadi situasi yang penuh tekanan, membuat gelisah, dan tidak sesuai bagi pengetahuan sejati [genuine learning].[hlm:88]
Bahwa nilai dikaitkan dengan upaya mengukur orang, nilai hanya berhasil dalam penghilangan sifat kemanusiaan atau dehumanisasi dan penggolongan orang tersebut, menghilangkan keunikan dirinya, dan mengurangi [menurunkan]nya pada sebuah angka atau huruf alphabet, Konon nilai mengalahkan [menggagalkan] salah satu tujuan-tujuan pendidikan yang esensial, yaitu menolong tiap-tiap individu dalam mengembangkan kepribadian [individualitasnya][hlm:90]

Suatu solusi
Melaksanakan ujian yang baik merupakan suatu usaha keras yang kreatif, dan seperti halnya semua usaha yang kreatif, tidak ada resep yang pasti bagi sukses di dalam usaha melakukan ujian tersebut. Satu-satunya resep yang paling dapat diharapkan adalah garis-garis besar pedoman yang dapat dijadikan dasar yang kuat bagi sebagian kecil kesuksesan dalam menilai dan menguji. Pedoman yang harus dilakukan antara lain:
  • Bahwa sebaiknya ujian dilakukan sebagai cermin dari suatu materi perkuliahan yang telah diberikan selama ini. Dibawah ini akan dikemukakan contoh bagaiman menguji berdasar prinsip tersebut [hlm:95]
  • Bahwa melaksanakan ujian yang berhasil adalah mengajukan soal-soal yang memerlukan jawaban terperinci. Barangkali kesalahan yang paling serius pada ujian-ujian di perguruan tinggi adalah bahwa mereka membiarkan mahasiswa mengelilingi pokok permasalahan tanpa pernah memperlihatkan lebih daripada pengetahuan yang dangkal mengenai materi perkuliahan.[hlm:96]

Kewajiban seorang instruktur [pengajar] adalah membimbing [menuntun] proses pembelajaran. Dosen atau guru itu diharapkan mengetahui meteri mana yang harus dipelajari dan dalam kondisi apa materi harus disajikan. Ia diharapkan mengetahui bagaimana tiap individu harus bergerak agar semua usahanya menjadi sangat produktif, Ia juga diharapkan mengetahui apa yang merupakan kemajuan dan sampai mana kemajuan tersebut telah dicapai masing-masing mahasiswa. Mahasiswa sendiri tidak memiliki pengetahuan demikian; itulah sebabnya mengapa mereka menjadi mahasiswa.
[hlm :114]
Simpulan Perbincangan:
Karya ini menyoroti tanggungjawab pendidikan yang tersirat dalam cita-cita demokrasi. Terutama sekali ingin memaparkan bagaimana kebebasan, individualitas, dan persamaan hak berhubungan dengan disiplin, otoritas, serta keunggulan. Di sinilah letak makna pendidikan bagi praktik demokrasi.[hlm:147]

JUDUL : Pendidikan Liberal [Education and The Democratic]
PENGARANG : Stevan. M.Chan [Penyadur: Abdul Munir Mulkan dan Umi Yawisah]
ALAMAT :Kreasi Wacana Jl Kadipaten Kulon KP I/73 Yogyakarta 55132 Telepon [0274] 381682 E-mail: kreasi-wcn@yahoo.com
ISBN : 979-95774-0-2
JUMLAH HALAMAN:149.

1 comment:

Unknown said...

pendidikan simulator membentuk suatu karakter individu yang lebih baik cerdas dan bijaksana bukan hanya sekedar wadah ilmu tersirat dsan tersurat