
Surabaya
Dari jauh buku ini seperti buku tetralogi Pak Beye, ternyata lain. Sampul entah mengapa dirancang hampir menyerupai?. Apakah sengaja, atau mungkin strategi. Ini mengingatkan kita pada saat pemilu, hanya nomor yang mirip akhirnya berbinar mengubah nasib. Mungkin juga akan terjadi pada buku ini. Kalau nasibnya baik akan mengikuti jejak tetralogi Pak beye. Ternyata buku ini juga tidak boleh dipandang remeh, kendati isinya Guyonan, namun bukan guyonan-sembarang guyonan. Isinya menyerempet kehidupan yang sebenarnya. Utamanya guyonan versi politik, kadang juga menyindir kelakuan pandir para politisi. Dan buku ini jika dibaca benar-benar akan menghasilkan mulut yang menyinyir. Nyinyir karena tingkat humornya, juga nyiyir karena membawa pesan bergaya sindir.
Ada tulisan di sampul depan buku ini MERAJUT NUSANTARA, ya memang buku ini ingin memapar hal-hal yang bertujuan mulai untuk merekat kuat Nusantara dari cara pandang bangsanya. Rindu Pancasila bunyi judul ini menggambarkan sebuah wacana pikir kita untuk bergulir mencermati kembali Pancasila dari berbagai dimensi. Tulisan-tulisan singkat yang ada dibuku ini mengarah pada pikiran tersebut. Semua tulisan yang diekplorasi dari buku ini merupakan realitas empiri, dan bukan teori. Dari kenyataan inilah dapat tergambarkan bahwa buku ini juga menyimpan sebuah keprihatinan atas perjalanan bangsa. Entah karena dinamika atau yang lainnya, bangsa ini berjalan mengalami pasang surut.
Buku ini ditulis oleh seorang Guru SMK Swasta, tepatnya SMK Brawijya Mojokerto Jawa Timur,. Buku ini menyatakan, kesempatan menempuh pendidikan adalah hak semua lapisan masyarakat, tanpa kecuali. Namun kenyataannya orang miskin seakan mengalami proses diskriminasi pendidikan di negerinya sendiri, khususnya untuk bersekolah di sekolah pemerintah, sekolah negeri. Bahkan, program-program pembelajaran yang sebenarnya sudah mendapatkan bantuan pendanaan dari pemerintah, ternyata masih menuntut masyarakat untuk memberikan dana sharing. Alhasil, masyarakat niskin pun tidak dapat menikmatin pendidikan dengan maksimal.. Hal tersebut tentu berpengaruh pada peningkatan kualitas diri dan keluarganya. Bagaimana mungkin masyarakat miskin ini akan terentas dari kemiskinan jika pikiran mereka masih disibukkan dengan biaya pendidikan yang sedemikian tinggi?
Mengais-kais data empiri, ditemui ternyata banyak orang yang berasal dari kalangan yang jauh dari empunya sekarang berhasil. Sekolahnya juga mulus, nilainya tergolong bagus, tak hanya bagus namun lulus dengan mulus. Ternyata kegigihan adalah sumber keberhasilan, dan niatan sebagai nawaitu meronce tujuan hingga sekolah kelar pada waktunya. Getaran niat itu membuat suplai kreativitas, dan merubah rasa minder yang menjadi selimut kemajuan, tuntas tersibak. Itulah sebabnya buku ini membumbui cerita inspiratif menjadi sebuah karya yang MENGGETARKAN-MENGHARUKAN, DAN MENAKJUBKAN. Buku ini tidak hanya berkata-kata, berteori, namun karya empiri yang meneledani. Ada adigium jitu yang mengundang tahu, adigium itu mengatakan "Verba Movent .....EXEMPLA MANENT". (kurang lebih maknanya, kata-kata belaka hanya mampu menggerakkan, namun contoh alias exempla alis teladan sangat permanen). Sampul belakang buku ini bercerita
Ekplorasi realitas empiri, yang menggambarkan kegigihan seorang manusia untuk mengapai cita dan citanya. Bukan lataran seretnya uang suatu tekad bisa dicegat, apalagi tekad itu menjadi bagian idea hidupnya. Buku ini menggambarkan dimensi kegigihan seorang-orang, dan kerenanya berhasil di singgasana tatar kesejahteraan. Hanya karena mampu purnakan studi., mencapai jatidiri. Buku ini dengan sabar menggali berbagai latar seseorang dalam memperjuangkan dirinya, termasuk sekolah atau kuliah.
Buku ini mencoba memberikan pandangan sesuai prespektif keislaman terkait pesona munculnya pemimpin baru Amerika yang secara genetika memang berdarah muslim dan pernah tinggal di negara Indonesia yang konon dulu waktu masih sekolah di SDN Besuki Menetng, kalau sedang ada kegiatan shalat juga ikut shalat. Tapi karena persetuhan dengan sang ayah baik ayah kandung Barack Hussien Obama Sr, dan ayah tiri Lolo Soetoro sangat minim, maka dimaklumi kalau kemudian mengikuti jejak ibunya Ann Dunham dan sebagai anggota United Christ of Church. Dalam pandangan lain ada yang mengatakan bahwa ia sedang bertaqiyyah sebab dia masih menggunakan nama Hussien dan tidak menghapusnya seperti yang nampak dalam sumpah Presiden. Entah hanya Tuhan yang tahu menyangkut keyakinan seseorang. Yang jelas secara politik Internasional dunia Islam berkepentingan dengan perubahajn kebijakan politik Amerika yang dihembuskan oleh Obama., termasuk Indonesia. Lenih-lebih kalau menyimak pidato Obama di Mesir 4 Juni 2009, yang mengangkat "enam isu spesifik" yang menjadi perhatiannya. Di sini para penulis Nahdliyyin mencoba mengurai apa yang bisa diharapkan dari perubahan itu.
Obama kecil yang bernama Barry diceritakan di novel ini, setidaknya orang akan memahami bagaimana seorang anak kecil yang harus hidup di lingkungan yang berbeda. Beda bahasa, beda budaya, dan beda kulitnya. Obama merasakan ini dengan segenap plus minusnya. Dari pengalaman hidup semasa kecil itulah, Obama menjadi pribadi yang komplit. Perlakuan teman-teman di kampung yang didiami (Menteng) membawa suka dan duka. Olok mengolok sering terlepas pada Obama, apalagi kulit Obama yang menjadi daya pembeda itu kadang memicu orang lain untuk mengolok. Sebagai anak kecil tentunya Obama mudah menyesuaikan, dan daya suai itulah yang melatari kepribadian Obama sebagai manusia yang utuh, yakni manusia yang bisa menerima orang lain, toleransi tinggi, dan memahami derita orang lain. Dalam novel ini dipaparkan jalinan persahabatan, antara Obama dengan Slamet dan Juanidi. Kedau teman inilah yang mampu menjadi pelipur laranya.