SILA CARI DI SINI!

Google

Saturday, November 15, 2008

MEMBANGUN MORAL & ETIKA BANGSA


Sebuah buku yang dapat menasihati kemenangan Pil Gub Jatim yang beda tipis.
Buku ini merupakan seri Pemikiran Susilo Bambang Yudhoyono yang dibuat ketika belum menjabat sebagai presiden. Nampaknya buku ini dibuat untuk kepentingan mengenalkan, sekaligus mendekatkan pola pikir SBY kepada masyarakat. Gagasan pikir SBY ternyata memiliki tingkat durabiltas [keawetan] hingga saat ini, bahkan sangat relevan untuk kondisi saat. Kemungkinan buku ini dikreasi untuk kepentingan jangka panjang atas dasar pengalamanannya, sehingga memiliki daya prediksi yang cukup lumayan.
Buku yang bertajuk "Membangun Moral & Etika Bangsa" ini, ternyata dapat juga difungsikan sebagai nasihat utamanya dikaitkan fenomena Pilkada di negeri ini yang acapkali timbul silang sengketa.
Dikaitkan dengan fenomena Pil Gub Jatim yang perhitungannya berbeda tipis itu, buku ini seakan memberikan energi perdamaian. Karena didalam buku ini sarat dengan upaya-upaya penyikapan, ketika terdapat dua atau lebih kelompok sedang bersaing.
Misalnya dalam pemilihan Gubernur Jawa Timur yang baru saja usai, hasil perhitungannya hanya terpaut 0,3 %. Dengan beda tipis ini memungkinkan timbulnya gesekan yang kurang menguntungkan, apalagi tanpa didukung kesadaran yang meletakkan moral dan etika di atas kepentingan kandidat.
Data Buku
JUDUL: Membangun Moral & Etika Bangsa--sebuah seri pemikiran Susilo Bambang Yudhoyono
PENULIS: Susilo Bambang Yudhoyono [Editing Heru Lelono]
PENERBIT: GIB
CETAKAN: Pertama Mei 2003

BUKU INI MENASEHATI :
Buku ini dapat digunakan untuk menasehati pemenang pemilihan Gubernur Jawa Timur yang terpaut tipis.

Buku ini dengan keras menolak beberapa prinsip hidup yang selama ini mungkin dianggap lumrah oleh sebagian orang namun mungkin juga dipandang tidak adil bagi yang tidak diuntungkan oleh prinsip itu. The Winner takes all, The Survival of the fiiest, Unlevel playing field, Free fight liberalism, The ends justufy the means, fight against, Xenopobhia, Frien or Foe, dan Absolutness.

The Winner takes all berarti pemenang akan menguasai segalanya. Siapa yang berkuasa dalam sebuah negara, ia menyikat habis siapapun kecuali bagi kepentingan kelompok, kroni, golongan ataupun keluarganya. Tidak pandang bulu, lawan politiknya tidak diberi kesempatan untuk hidup. Siapapun yang berbeda, apalagi yang dipandang berlawanan dianggap sebagai musuh karena tidak pernah tumbuh kebutuhan untuk saling berbagi. Sebenarnya, kita tidak punya pilihan lain kecuali harus membuka diri dan berkeinginan saling berbagi dengan sesama.

Demikian juga prinsip The Survival of the Fittest. Pandangan ini merupakan pola kehidupan uang menggunakan pola kehidupan yang menggunakan hukum rimba bahwa yang kuat pasti menang. Prinsip ini tertentu mengandung penindasan dan kezaliman, melemahkan dan memperlemah. Dengan sendirinya, hanya yang kuat yang akan tetap hidup dan berkembang.

Unlevel playing field juga pandangan yang perlu kita jauhkan. Persaingan tanpa ada unsur kesetaraan tidak akan membuahkan keadilan. Yang ada hanyalah penindasan terhadap yang lemah, atau memperlemah yang lemah.
Wilayah permainan yang tidak seimbang, tidak setingkat akan menjadi ajang penindasan. Tidak mungkin kita mempersaingkan antara pengusa besar dan penguasa gurem. Perlu ada lapangan kompetisi yang adil dan sejajar.

Absolutness, suatu pikiran dan sikap yang serba mutlak. Segalanya dinilai hitam putih. Sikap ini akan menampilkan intoleransi, antidialog, antikompromi dan sekaligus ketidakramahan pada orang lain. Hanya kelompoknya yang paling benar, sedangkan lainnya salah. Sikap ini harus dibuang jauh-jauh. Absolutness akan melahirkan pemikiran free fight liberalism yang amat jauh bertentangan dengan keadilan dan nilai kemanusiaan. Dalam prinsip tersebut kebebasan adalah demi kebebasan.

The ends justify the means berarti prinsip yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan sebagai pengaruh dari sikap memutlakan segala sesuatu. Di dalamnya juga terkandung semangat Machiavelli dan ultilitarianisme. Kita sering terjebak dalam prinsip To the greates good for to the greates people, sepanjang untuk kebaikan bagi yang terbesar bangsa ini. Maka segala sesuatu bersikap baik, benar, dan halal. Tentu saja pemikiran semacam ini sebaiknya dihindari.

Friend or Foe perlu kita jauhi. Ia merupakan cara pandang dan pikiran yang hanya melihat kawan atau lawan, kita atau bukan kita. Dengan sikap ini setiap orang telah menjadi pribadi yang terbelah, tidak utuh lagi.

Pandangan dan sikap the might is right mesti diubah. The might is right menunjukkan bahwa yang berkuasa pasti benar. Pandangan ini menjadi bagian dari sikap abasolutisme dan otoritarianisme. Amatlah berbahaya jika pandangan ini dimiliki oleh para pemimpin sehingga akan muncul sikap otoriter, diktator, dan dogmatisme. Sebaliknya lebih berbahaya jika sikap ini dimiliki masyarakat yang dipimpin; karena akan muncul sikap taklid, kultus kekuasaan dan fanatisme. Daya kontrol masyarakat lemah, sementara para pemimpinnya terbiasa berjalan tanpa kendali.

.............mudah-mudah ini semua telah diketahui oleh pasangan Gubernur yang sedang bertempur.

Friday, November 14, 2008

........ANDAI AKU JADI PRESIDEN--menuju format Indonesia baru



Bukan hanya perenungan,refleksi dan pengalaman empirik saja yang ada di buku, namun juga hasil deduksi teori dan hasil “nokrongi bangku kuliah”. Inilah isi buku kreasi seorang-orang bernama Dhurorudin Mashad. Nampak yang mendorong lahirnya buku ini adalah pelangi tragedi yang sedang berkecamuk di kaki langit negeri tercintan Indonesia. Ketika itu orang menyebutnya sebuah lakon kebangsaan yang sedang berada diranah zaman reformasi.

Ketika itu orang sibuk mencermati tragedi ini, dan serta merta menyatakan sebagai tragedi kebangsaan yang ditandai krisis multidimensional. Tragedi ini ternyata memiliki kekuatan mengetuk nurani dan nalar anak negeri ini untuk menorehkan segenap pengalamannya dalam sebuah buku yang bertajuk , “ ….Andai Aku Jadi Presiden.

Buku ini tidak membungkus maksud sang penulis untuk menjadi seorang presiden, apalagi ambisi menjadi politus, atau kedudukan tertentu. Maksud dari Dhuroruddin Mashan, ingin berbagi pengalaman, bahwa seorang presiden di negeri ini harus memahi “Jati diri” bangsa dan negaranya. Tidak hanya sepintas nan sekejap, namun lebih banyak menuntut kemahaman jati diri bangsa dan negara secara utuh dan menyeluruh. Penulis mengurai secara detil plus minus bangsa ini, kekuatan dan kelebihan negara ini, peluang dan ancaman tanah air ini, dan segenap ATHG-Ancaman Tantangan Hambatan dan Gangguan.

Tentu kita maklum jika penulis ini bersaran kepada siapa saja yang ingin menduduki kursi RI-I, karena tanpa pemahaman yang utuh menyeluruh seorang presiden tidak akan memiliki modal untuk membuat keputusan.

Kita juga harus ingat presiden itu adalah manefestasi eksekutor sebuah keputusan. Keputusan seorang presiden memilki nilai keputusan yang “certainty" atau kepastian, namun juga bukan hanya kepastian, lebih dari itu, yakni sebuah keputusan bernilai keadilan yang dipertanggung jawabkan.

Memahami sejak dini Jati diri bangsa, akan menguatkan langkah, sekaligus mencegah pola pikir dan pola tindak yang acapkali salah.

  • Buku ini membagi bahasan ke dalam sembilan bab, antara lain;
  • Nasionalisme indonesia Baru
  • Ruh Kebangsaan dalam Konstruksi Sosial Budaya
  • Harmoni sosial:Memaknai Toleransi
  • Bangun Politik Berjiwa Demokrasi
  • Pusatnya Daerah—Ya Pusat: Memberdayakan daerah
  • Ekonomi Kerakyat Semangat Swadesi Dan Lingkungan Lestari
  • Kultur Bangsa dalam Hukum Nasional
  • Karakter Wilayah & Basis Pertahanan Kemanan
  • Meneggakan Kebijakan Luar Negeri Bebas Aktif melawan hegemoni

Data Buku

JUDUL: Anda Aku Jadi Presiden—Menuju Format Indonesia baru

PENULIS: Dhrurorudin Mashad

PENERBIT: Khalifa-Pustaka Al-Kautsar Group, Jakarta Timur

ISBN: 979-98447-3-8

CETAKAN : Pertama Juni 2004

TEBAL: xvi + 244 hlm: 17,5 cm

Thursday, November 13, 2008

KALAU PRABOWO JADI PRESIDEN


Buku ini benar-benar "blak-blakan" (istilah Surabaya), artinya buku ini ingin membentangkan apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan yang selama ini terbungkus rapi, terbuka, dan yang selama ini tidak diketahui, bahkan tabu untuk diketahui sudah tak terkunci untuk dimengerti.
Secara garis besar buku membelah dalam dua bahasan. Yang pertama membahas kisah hidup Prabowo dari berbagai dimensinya, dan kisah hidup plus minusnya. Sedangkan bagian kedua membentang dan mengurai soal Prabowo subianto sebagai calon presiden dari partai Gerindra.
  • Jika ingin tahu bahwa di dalam tubuh ABRI itu terdapat ABRI Hijau dan ABRI Merah Putih, maka buku ini menguraikannya
  • Jika ingin mengetahui bahwa Prabowo pernah mendapat sumpah serapah oleh Putri Bungsu Pak Harto sebagai "Pengkianat", maka buku ini menceritakannya
  • Jika ingin paham adanya konflik antara Jendral M. Yusuf dan Jendral LB.Moerdani, maka buku ini menginformasikan
  • Jika ingin lebih detil adanya "Perang Dingin" antara KSAD-dan Pangab ketika itu, maka buku ini memberi tahu
  • Jika ingin mengerti jaringan Bisnis Prabowo, maka buku ini membukakannya
  • Jika ingin melihat kekurangan SBY sebagai kelebihan Prabowo, maka buku ini menyajikannya.

Data buku

JUDUL: Kalau Prabowo Jadi Presiden

PENULIS: A. Pambudi

PENERBIT: Narasi. Jl. Irian Jaya D-24, Perum Nogotirto II Yogyakarta 55292. Telp. 0274-7103084.

ISBN: (10) 979-168-139-2

ISBN: (13) 978-979-168-139-1

CETAKAN: Pertama 2009 [seharusnya belum keluar]

TEBAL: 160

Wednesday, November 12, 2008

PILGUB JATIM UNTUK DR. H.SOEKARWO & DRS. H.SAIFULLAH YUSUF

beda tipis itu indah

BEDA TIPIS
Perhitungan Manual KPU Jatim memberikan keunggulan pada pasangan KARSA-Pak De Karwo dan Gus Iful. Sebuah kemenangan yang memberikan "Pil-Pahit" pada Propinsi Jatim. Dinyatakan Pil Pahit karena proses pemilihan ini memberikan pembelajaran yang amat pelik, pertama perolehan suara yang nyaris berdempetan, alias beda tipis. Sisi lain perhitungan Qick Count sebelumnya memberikan data keunggulan pada pasangan Kaji, lebih dari itu "habitus quick count" sudah melekat, dan melanda dalam pikiran manusia Indonesia, apa saja yang telah dinyatakan/dihasilkan quick count dianggap hasil yang sesungguhnya. Hal inipun tidak terlalu salah, karena selama ini quick count-si penghitung cepat itu, selalu menunjukkan keunggulannya, disamping selalu presisi dan seiring dengan perhitungan manual. Seperti yang terjadi di daerah-daerah lain[selain Jawa Timur], hasil prediksi quick count bisa segera disimpulkan, karena dalam perhitungan yang telah digarap memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Dengan perbedaan yang significant itulah tidak ada keraguan ketika perhitungan cepat diterima sebagai keputusan. Namun untuk di Jawa Timur perbedaannya sangat tipis sekali. Jika terlalu terburu-buru dijadikan sebuah keputusan akan sangat mengganggu. Karena penghitungan secara cepat disamping memiliki keunggulan, sisi lain juga mengantongi beberapa keterbatasan. Keterbatasan ini sering disebut dengan "margin error"-dapat pula dinyatakan tingkat keterbatasan, dengan dimensi besaran antara 1% hingga 2 %.
Kemudian juga perlu diperhatikan, bahwa dalam pemilihan gubernur yang telah mengerucut menjadi dua pasangan itu sifatnya adalah "Mutual Exclusive", jika pasangan satu memperoleh X % atau bertambah X%, maka pasangan yang lain berkurang sebesar X%. Oleh karenanya sangat berbahaya, jika hasil quick count yang terpaut tipis dijadikan asumsi pemenangan.

ILMUWAN HARUS TANGGUNG JAWAB:
Para ilmuwan tentunya sangat senang atas peristiwa ini, utamanya ketika quick count di pemilihan Gubernur Jatim ternyata setelah terverifikasi secara empirik dengan data manual terkulai. Ilmuwan harus bertanggung jawab menterjemahkan makna statistik itu, termasuk kewajiban perguruan tinggi memberikan pemahaman-pemahaman. Jangan sampai karena hanya pemilihan gubernur sebuah kaidah keilmuan menjadi pemicu rasa gudah gelisah masyarakat.
Secara metodologis/epistemologis, quick count itu halal, dan prosedurnya juga terlewati dengan baik, namun jika penyajiannya tidak lengkap, akan membuat orang menjadi kalap. Seharusnya dalam penyajian data itu, dituntut dengan rinci dan lengkap. Berapa jumlah populasinya, dan berapa kelayakan sampel yang digunakannya. Dan ketika hasil itu, masih dalam lingkaran margin error, maka hasil itu masih bersifat hipotetik, dan harus melengkapi dengan verifikasi empirik.
Secara axiologis, nilai-nilai dan kegunaan juga harus dipertimbangkan, yang ditakutkan adalah keinginan menggampai percepatan informasi, justru mengail masalah yang lebih rumit. Etika keilmuan harus dijunjung tinggi, bukankah ilmu itu hadir untuk kemaslahatan, kedamaian dan ketentraman.

BEDA TIPIS ITU BAGUS
Dengan beda tipis ini, memberikan berkah bagi kita, karena kepemimpinan yang diraih secara mutlak/absolut, akan lebih mengedepankan otoritas dan Kecenderungan berbuat absolut. Namun beda tipis inilah, seakan-akan memberikan "warning" akan siapa saja yang terpilih selalu mawas diri. Artinya Pa De Karwo harus mawas diri, karena otorita keilmuan memberi signal pada Anda, hanya dikisaran 0,3 %.
Warning ini mengingat kita pada sebuah pesan dari Farncis Bacon, yang mengatakan kita harus menanggalkan idola yang sesat antara lain:
  • Idola seperti katak dalam tempurung [The idols of cave]
  • Idola memenangkan kelompoknya sendiri [The idols of tribe]
  • Idola ABIS-Asal Bapak Ibu Senang [The Idols of theatre]
  • Idola memenuhi pasar [The idols of market place]
Juga harus dingat seperti yang yang dikata SBY, bahwa kita itu harus berani menanggalkan hal-hal sebagai berikut:
  • The winner takes all
  • Un level playing field
  • The survival of the fittest
  • The ends justify the means
  • Fight against
  • Friend or Foe & Absoluteness

JANJI YANG HARUS DI BAYAR PASANGAN KARSA

JANJI DI BIDANG PENDIDIKAN:Meningkatkan aksesibilitas pelayanan pendidikan yang murah dan bermutu untuk semua demi peningkatan kualitas sumber daya manusia

JANJI DI BIDANG KESEHATAN:Meningkatkan aksesibilitas pelayanan kesehatan yang murah dan memadai untuk peningkatan produktivitas masyarakat

JANJI DI BIDANG LAPANGAN KERJAPerluasan lapangan kerja untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan hidup rakyat, dan memberdayakan perekonomian rakyat, terutama yang berbasis pertanian di kawasan pedesaan

JANJI DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP, Memelihara kualitas lingkungan hidup untuk mencegah timbulnya bencana alam akibat perusakan/kerusakan lingkungan

REFORMASI BIROKRASI & PELAYANAN PUBLIKMewujudkan reformasi birukrasi, dan peningkatan pelayanan publik

KESALEHAN SOSIALMeningkatkan kualitas kesalehan sosial melalui peningkatan pemahaman dan pengalaman nilai-nilai agama, dan budi pekerti

KESETARAAN GENDERPeningkatan kualitas kehidupan dan peran perempuan di semua bidang, dan terjaminnya kesetaraan gender.

KEAMANAN & KETERTIBAN SUPREMASI HUKUM & HAMPeningkatan keamanan dan ketertiban, supremasi hukum, dan HAM

Monday, November 10, 2008

PERTEMPURAN 10 NOVEMBER 1945, KARYA ASLI BUNG TOMO-[SUTOMO]


Apa dan Bagaimana pun sejarah adalah guru terbaik bagi semua orang, tidak perduli status sosial atau latar belakang politik, agama, gender, kelamin, bangsa atau ras, semuanya membayar kesungguhan pada sejarah. Seorang-orang filsuf Yunani Kuno, Cicero, memparkan hasil perenungannya tentang sejarah, "Historia Viate Magistra" [Sejarah adalah guru kehidupan]. Buku ini mengungkapakna bahwa, sejarah masa lalu merupakan pelajaran berharga bagi kita semua untuk menapaki hidup pada hari ini dan hari-hari mendatang. Demikian pula dengan pertempuran 10 Nopember 1945. Di sinilah kita bisa mengambil hikmah setelah membaca sejarah lewat buku yang diterbitkan oleh Visimedia. Di sinilah kearifan kita diuji. Apalagi saat ini adalah saat yang tepat, karena setelah menunggu selama 27 tahun akhirnya Bung Tomo-SUTOMO, ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Bukan terlambat, namun justru saat yang tepat, karena dengan pengakuan ini akan lebih menguatkan bangsa kita, sebagai bangsa yang menghargai sejarah dengan penuh kecermatan. Yang berati pula bahwa verifikasi kepahlawan Bung Tomo adalah verifikasi yang paling valid.
Akhirnya sebagai penghargaan kepada Bung Tomo, Warung melakukan posting terkait dengan rasa kegembiraan ini.
Data Buku:
JUDUL: Pertempuran 10 Nopember 1945 -Kesaksin dan Pengalaman Seorang Aktor Sejarah]
PENERBIT: Visimedia. Jl.H. Montong. Ciganjur-Jagakarsa, Jakarta Selatan 12630. Telp. 021-78883030-Ex 213,214,216.
E-mail: visimediaciganjur@gmail.com. redaksi@visimediapustaka.com
Web; http://www.visimediapustaka.com/
ISBN: 979-104-413-4
CETAKAN: Pertama , Usaha Penerbitan Balapan Djakarta 1951
Kedua, Nopember 2008
TEBAL: xiv + 164 hlm; 140x120 mm
SARING-SADAPAN RINGKAS
Bung Tomo berkisah apa sebenarnya, bahkan dalam pikirannya ingin menjadikan sejarah sebagai alat pembelajaran yang paling jujur. Ketika 10 Nopember 1945 Bung Tomo sempat juga menorehkan pusi juangnya:


Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih menjadi merah dan putih, maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapa pun juga!



Puisi ini seakan memberi pelajaran dan bagaikan motivasi abadi untuk siapa saja yang mengaku dirinya seorang patriot.

Dalam buku ini dibentangkan, jika saja sinyo-sinyo Belanda ketika itu tidak memperingati hari ulang tahun Ratu Belanda, Wilhelmina secara besar-besaran, maka peristiwa penyobekan Bendera di Hotel Yamato [Orange Hotel] tidak akan terjadi. kisah itu di awali beberapa hari sebelum tanggal 31 Agustus 1945 [hari lahir Ratu Belanda, Wilhelmina], para pemuka Belanda telah mengajakukan permintaan kepda pembesar Indonesia di Surabaya, agar pada tanggal 31 Agustus tersebut diperkenankan mengibarkan bendera Belanda.

Mengingat rakyat Indoneisa kala itu sedang berada dalam suasana gembira menyambut kemerdekaannya, untuk menjaga hal-hal yang tidak dinginkan, pemerintah kersidenan merasa kurang mbertanggung jawab jika pertmintaan Belanda itu diluluskan.

Tampaknya sika pemerintah daerah yang penuh kasih sayang terhadap golongan minoritas dan berdasarkan pertimbangan psikologis yang matang tersebut tidak dimengerti oleh orangt-orang Belanda yang keras kepala. Meskipun pada tanggal 31 Agustus itu tidak jadi mengibarkan si tiga warna, mereka masih mencari kesempatan yang lebih baik untuk memuaskan nafsu mereka.

Setelah beberapa orang militer dan sipil "utusan sekutu" tiba di Surabaya dan m,engadakan hubungan langsung pembesar pembesar pemerintah balatentara Nipon dan tanpa sepengetahuan Pembesara Republik Indonesia, semakin tampaklah kecongkakan mereka terhadap rakyat Indoensia. Para pemuda Indo Belanda dan kawan-kawanya terlihat semakin giat sekali mempersiapkan diri dengan membentuk gerombolan-geriombolan tertentu.

Namun, rupanya mereka kurang taktis!

Bersiul dan mengejek secara demonstratif dengan bergerombol mengendarai sepde hany menimbulkan sikap curiga dan waspada di kalangan rakyat dan pemuda.

.....Suasana panas tersebut mencapai puncaknya pada tanggal 18 September 1945. Biang keladinya adalah dua orang Belanda, Ploeman dan Spit, Dengan tanpa alasan dikibarkanlah di tiga warna di atas Hotel Orange.....[Maaf tidak diposting lanjut]

KEMANA BEKAS PEJUANG BERSENJATA?[TULISAN BUNG TOMO]

Buku ini hadir terkait dengan kegelisahan yang sudah lama mendiami hatinya. Sutomo yang populer dengan panggilan Bung Tomo ini kegelisahan karena merasa adanya perlakuan yang kurang adil terhadap para pejuang bersenjata tempo dulu. Akhirnya apa yang dilihat dan dirasakannya ditorehkan menjadi buku dengan judul "Kemanakah Bekas Pejuang Bersenjata?. Pada permulaan buku ini tertulis sebuah harapan dalam bentuk puisi.
Kebenaran kadang-kadang harus dibayar mahal
Engkau hendak membunuh aku karena aku memihak pada kebenaran itu ? Silahkan!
Engkau memusuhi aku, karena aku menjunjung tinggi kebenaran itu? hakmu!
Betapapun tinggi harganya, bagaimanapun akibatnya, aku akan menyinarkan cahaya kebenaran itu, untuk melenyapkan kepalsuan yang sembunyi dibelakang gelap dewasa ini.
Malang, akhir Maret 1952.

Lebih gelisah ketika itu Sutomo ditunjuk oleh Amir Sjariffudin-Menteri Pertahanan kali itu, untuk menangani rasionalisasi angkatan bersenjata, gundah dan delisah merasuk pada pikirannya, karena latar kedekatannya dengan para pejuang.

Kesatuan-kesatuan [eenheden] angkatan perang Republik Indonesia [TNI], dibentuk menurut jumlah senjata yang dimilikinya, dengan perbandingan sepucuk senapan untuk tiga orang [ perbadingan 1:3]. Orang-orang yang kelebihan akan dikembalikan kedalam masyarakat.

......Rasionalisasi Mr. Amir ternyata telah menyimpang dari rel zakelijk, dan berubah menjadi suatu tindakan yang bersifat politis.

Rasa tidak puas terhadap cara memilih orang-orang yang akan menduduki tempat-tempat yang penting-penting, cara menyusun kesatuan-kesatuan dan sebagainya tersebut, kemudian ditambah lagi oleh cara Kementerian Pembangunan Masyarakat mengangkat pemimpin-pemimpin penampungan di daerah-daerah, dan cara membagi-bagi anggaran belanja bagi perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh bekas lasjkar. Karena didalam Kementerian tersebut banyak bekerja tenaga-tenaga dari Golongan Mr. amir Sjarifuddin [Sejak msdih merupakan kementerian Urusan Pembangunan dan Pemuda di bawah Menteri Wikana]

Menurut buku ini ada dua persoalan yang membuat ruwet, yakni:

  1. Datangnya tenaga-tenaga baru dalam lingkungan Angakatan Perang, yang terutama terdiri dari mereka yang ikut memanggul senjata atau yang tergabung dalam suatu susunan administrasi militer Republik Indonesia selama agressie ke-II [KMD dan sebagainya]
  2. Dimasukkannya kesatuan-kesatuan KNIL dalam Angkatan Perang Republik Indonesia.

[Catatan: Buku yang diposting ini ditemukan di Komunitas buku lama Malang, fisik buku masih baik]

Friday, November 7, 2008

PAHLAWAN-PAHLAWAN YANG DI GUGAT

Ketika latar berwacana dibuka lebar, arena mengunduh informasi disediakan tanpa batas, tanpa kunci membuat siapa saja menggunakannya dan memanfatkan, tentunya untuk segala kepentingan. Kini informasi itu benar-benar dimanfaatkan untuk kepentingan mencandra para pahlawan. Menurut kebiasaan pencandraan itu berkonotasi positif, artinya pencandraan itu selalu menonjolkan hal-hal yang positif, atau yang dianggap keunggulan-keunggulan, namun buku ini sebaliknya, menerawang sisi gelap para pahlawan. Dari sisi gelap inilah yang dijadikan positioning buku ini, oleh karenanya buku ini menjuluki dirinya sebagai tafsir kontroversi. Tentunya kemarahan akan hadir, telinga meradang bahkan hati menjadi panas riuh dendam, namun jika berpikir dan mengajar naluri untuk dingin, waka semuanya dianggap sebagai kewajaran. Bukankah pahlawan itu juga manusia, sehingga dalam dirinya selalu mengkantongi hal-hal yang bermuatan "plus dan minus", mengapa kita harus latus mupus, dan berubah dri manis menuju bengis. Sebaiknya justru saat yang baikbagi kita semua, untuk mendengar suara yang berbeda.
Data Buku
JUDUL : Pahlawan-Pahlawan yang digugat --tafsir kontoversi sang pahlawan
PENULIS: Eka Nada Shofa Alkhajar
PENERBIT: Penerbit Katta. Jl. Bukit Cemara No. 1 gg. Untoloyo Mojosongo, Solo. Telp. 0271-7016320. E-mail :

bukukatta@yahoo.co.id Blog:bukukatta.blogspot.com

ISBN: 978-979-26-9807-7
CETAKAN: Pertama Juli 2008
TEBAL: 128 hlm: 15 x 20

SADAPAN RINGKAS:

Buku ini mengurai bahwa beberapa pahlawan nasional dipertanyakan kredibilitasnya ? Buku ini juga menguak data-data kontrovesi terkait jati diri dan perilaku sang pahlawan ketika itu.

KARTINI:
[Berjuang dari Kamar]
Segenap pekikirannya yang tertuang dalam buku berjudul Door Duisternis tot licht [habis gelap terbitlah terang] menjadi bukti bagaiman perjuang Kartini mengangkat harkat dan martabat kaumnya. Namun, muncul pandangan bahwa keotentikan dan orisionalitas pemikiran-pemikiran Kartini dalam suratnya diragukan..........

SULTAN AGUNG
[Ambisi Menjadi Raja di Seluruh Jawa]
Di bawah kepemimpinan Sultan Agung Kerajaan Mataran mencapai puncak kejayaan dan kebesarannya. Siapa yang tidak mengenal kegigihan Sultang Agung menggempur VOC di Batavia? Namun beberapa kalangan beranggapan bahwa niat utama Sultan Agung bukanlah mengusir penjajah VOC, tetapi untuk menjadi raja di seluruh wilayah Jawa..........

PANGERAN DIPONEGORO
[Membela Tanah Leluhur]
Pangeran Diponegoro mengobarkan Perang Jawa yang terkenal Dahsyat. Namun, benarkah sang Pangeran Berjuang secara murni melawan penjajah Belanda? Bukankah ia berperang karena membela harga diri dan kehormatan keluarganya.......

IDE ANAK AGUNG GDE AGUNG
[Pintar Membaca Arah Angin]
Ide Anak Agung Gde Agung dianggap berjasa dalam perjuangan politik Indonesia menuju Konferensi Meja Bundar [KMB] di Den Haag, Belanda. Tapi menurut saksi sejarah Bali, gelar itu dinilai tidak layak dan kontroversial karena pejuang Bali mengenalnya justru sebagai seorang pengkhianat.....

SULTAN HASANUDDIN
[Membangun Benteng Dengan Derita]
Dalam masa pemerintahnnya, terutama saat membangun benteng pertahan di Mariso, Sultan Hasanuddin ditegarai menindas serta menganiaya rakyat dan bangsawan Bone

TUANKU IMAM BONJOL
[Tokoh di balik layar Paderi]
Sudah tertanam sejak sekolah dasar bahwa gerakan Paderi adalah gerakan anti kolonial. Salah satu tokohnya adalah Tuanku Imam Bonjol yang gigih berjuang melawan Belanda. Namun, kini muncul gugatan melalui petisi onlinebahwa Imam Bonjol bertanggung jawab atas pembataian lokal. Gerakan bertanggung jawab atas pembantaian lokal. Gerakan Paderi diketahui sebagai gerakan anti Belanda, tetapi memilki tujuan utama, sesuai dengan paham Wahabi, ingin membersihkan Islam di Sumatera Barat dari unsur kultural. Sayangnya, pemurnian memakan korban besar. Keluarga Istana Pagaruyung dijagal dan di Tanah Batak, terjadi pembunuhan masal. Dalam tragedi itu disebutkan, banyak perempuan dirampas dan diperjualbelikan. Petisi tersebut meminta pemerintahan untuk mencabut gelar kepahlawanan Tuanku Imam Bonjol yang telah diberikan pada tahun 1973.

TUANKU TAMBUSAI
[Sosok Utama Tragedi di Padang Lawas"
Tuanku Tambusi juga dikenal berjuang gigih melawan belanda dengan gerakan Paderinya di sekitar daerah Rao dan Mandailing, tak heran gelar Pahlawan Nasional pun disematkan kepadnya. Tapi. ada kalangan berpendapat bahwa Tuanku Tambusai telah melakukan pembantai kejam. Bahkan pasukan Tambusai kemudian memutilasi ratusan penduduk di Padang Lawas. Seorang pustakawan bahkan menemukan data-data dari pihak Belanda, yang membenarkan semua kisah tentang pembantaian yang dilakukan Tuanku Tambusai ini......