Lebih gelisah ketika itu Sutomo ditunjuk oleh Amir Sjariffudin-Menteri Pertahanan kali itu, untuk menangani rasionalisasi angkatan bersenjata, gundah dan delisah merasuk pada pikirannya, karena latar kedekatannya dengan para pejuang.
Kesatuan-kesatuan [eenheden] angkatan perang Republik Indonesia [TNI], dibentuk menurut jumlah senjata yang dimilikinya, dengan perbandingan sepucuk senapan untuk tiga orang [ perbadingan 1:3]. Orang-orang yang kelebihan akan dikembalikan kedalam masyarakat.
......Rasionalisasi Mr. Amir ternyata telah menyimpang dari rel zakelijk, dan berubah menjadi suatu tindakan yang bersifat politis.
Rasa tidak puas terhadap cara memilih orang-orang yang akan menduduki tempat-tempat yang penting-penting, cara menyusun kesatuan-kesatuan dan sebagainya tersebut, kemudian ditambah lagi oleh cara Kementerian Pembangunan Masyarakat mengangkat pemimpin-pemimpin penampungan di daerah-daerah, dan cara membagi-bagi anggaran belanja bagi perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh bekas lasjkar. Karena didalam Kementerian tersebut banyak bekerja tenaga-tenaga dari Golongan Mr. amir Sjarifuddin [Sejak msdih merupakan kementerian Urusan Pembangunan dan Pemuda di bawah Menteri Wikana]
Menurut buku ini ada dua persoalan yang membuat ruwet, yakni:
- Datangnya tenaga-tenaga baru dalam lingkungan Angakatan Perang, yang terutama terdiri dari mereka yang ikut memanggul senjata atau yang tergabung dalam suatu susunan administrasi militer Republik Indonesia selama agressie ke-II [KMD dan sebagainya]
- Dimasukkannya kesatuan-kesatuan KNIL dalam Angkatan Perang Republik Indonesia.
[Catatan: Buku yang diposting ini ditemukan di Komunitas buku lama Malang, fisik buku masih baik]
No comments:
Post a Comment