SILA CARI DI SINI!

Google

Monday, January 28, 2008

BUKU LIBERALISASI PENDIDIKAN: KRIKTIK HABIS MENDIKNAS.

Mimpi apa Menteri Pendidikan Nasional, Bapak Prof.Dr.Bambang Sudibyo ? dan
Mimpi apa Penulis Buku “Liberalisasi Pendidikan”,Bung Mu’arif.
Inilah sekitar pertanyaan dari warung kami, setelah membaca cermat tulisan bung Mu’arif dalam bukunya yang berjudul “Liberalisasi Pendidikan” [Menggadaikan Kecerdasan dan Kehidupan Bangsa].
Barangkali penulis terkatarsis oleh fenomena yang berkembang di belantara pendidikan Indonesia, serta realitas yang tak perpungkiri karena menggambarkan fakta empiri praktik dunia pendidikan.
Menurutnya, pendidikan nasional saat ini sarat dengan pergumulan ideology dan politik, sehingga praktik-praktik pendidikan di Indonesia terlempar jauh dari fungsi dan tugas pendidikan sebenarnya. Tampaknya pendidikan dari pengamatan penulis buku, tidak lagi tulus ingin menuntaskan masalah kebodohan dan kemiskinan. Jika pendidikan tidak berpihak pada rakyat, bahkan melakukan praktik-praktik liberalisasi, maka justru menjadi musibah.
Buku ini, terkesan memberikan kritik pedas pada dunia pendidikan kita., seakan-akan merupakan wahana mengkritisi pendidikan, sekaligus juga mengkritisi nahkodanya, yakni, Bambang Sudibyo.
Profesionalisme Mendiknas disoal secara lugas. Sorotan diawali dari beberapa jabatan menteri yang dinilai bernuasa kompromi, sehingga berakibat mengabaikan aspek profesionalisme. Sebut saja posisi Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) yang ditempati Bambang Sudibyo. Beliau lebih dikenal sebagai pakar ekonomi ketimbang sebagai pakar pendidikan. [Hlm: 125:126]
Berapa pakar dan praktisi pendidikan sempat meragukan kompetensi Menteri Pendidikan Nasional ini. Jika ditelisik perjalanan karier Bambang Sudibyo, tentu setiap orang akan menyimpulkan bahwa Mendiknas jelas bukan pandidik. Bambang Sudibyo pernah mengelola Magister Management Universitas Gajah Mada dan Menteri Keuangan di era rezim Abdurrahman Wahid, itu jelas tidak menunjukkan kompetensinya untuk posisi ini. Ada kekhawatiran jika managemen pendidikan nasional akan diterapkan seperti manajemen bisnis berorientasi profit. Jika demikian jelas pendidikan nasional akan berhadapan dengan gejala komersialisasi pendidikan.
Beberapa pandangan yang sempat mencuat kepermukaan ialah pertama karena kapabilitas sosok Mendiknas tidak sesuai dengan jabatannya. Ibarat one man in the wrong place, muncullah kekhawatiran jika manajemen pendidikan nasional akan carut-marut.
Bambang Sudibyo ditengarai menghendaki manajemen pasar bebas dengan menyematkan pendidikan sebagai salah satu produknya. Akibatnya tidak bisa dibayangkan lagi, betapa pendidikan sangat mahal.
Dalam kasus yang lebih nyata adalah keberadaan lembaga-lembaga pendidikan yang banyak dikelola oleh Muhammadiyah. Beberapa institusi pendidikan unggulan yang dikelola oleh Muhammadiyah, disamping harganya mahal, tetapi banyak diakui keberhasilannya oleh pakar dan praktisi pendidikan di Indonesia. Dari sudut institusi-institusi pendidikan unggulan yang dikelola Muhammadiyah telah banyak melahirkan kaum cendiawan [intelektual], professional. Namun, sekali lagi, masyarakat harus menanggung resiko beban biaya pendidikan yang sangat mahal. [hal: 45]
Pendidikan nasional untuk saat ini seperti semakin jauh dari visi kerakyatan. Bahkan dengan gerakan otonomi sekolah-sekolah tinggi semakin jelas menunjukkan gejala kapitalisme pendidikan. Saat ini pendidikan dikelola dengan menggunakan manajemen bisnis yang kemudian menghasilakn biaya yang melangit. Biaya pendidikan makin mahal, bahkan terkesan telah menjadi komoditas bisnis bagi kaum pemilik modal [kapitalis]. Dengan menggunakan label sekolah unggulan, Sekolah Favorit, Sekolah Percontohan, Sekolah Model, dan sebagainya, biaya pendidikan kita semakin menindas terhadap kaum marginal. Di manakah letak keadilan pendidikan kita jika sekolah yang bermutu itu hanya untuk mereka yang berduit saja? [hal: 106]
Dalam konteks nasional, paradigma liberal mulai amat kentara dipraktikkan oleh sang menteri. Terutama ketika kebijakan otonomi pendidikan menjelma privatisasi pendidikan, Wajar 12 tahun, kontroversi ujian nasional dan baru-baru ini tentang badan hukum pendidikan [BHP] yang menghendaki konsep dua jalur pendidikan. Kesemuanya itu dalam pandangan penulis secara pribadi merupakan indikasi dari liberalisasi pendidikan nasional. [hlm:86]
Gagasan BHP justru akan semakin menjauhkan tanggung jawab pemerintah untuk menangani pendidikan nasional. Indikasinya, dengan penerapan BHP itu setiap lembaga pendidikan akan menerapkan manajemen profit yang kemudian mengabaikan nilai-nilai yang berorientasi sosial. Dengan system manajemen seperti itu, pemerintah kemudian melepaskan sepenuhnya beban penyelenggaran pendidikan di daerah-daerah. Dan, akibat paling fatal, manajemen korporasi itu akan menjerat rakyat miskin untuk membayar biaya pendidikan mereka yang diselenggarakan dengan manajemen ala kapitalis itu.
Dampak yang palingnyata ke depan, pendidikan di Indonesia akan menjadi ajang pasar para kapitalis.
Atas dasar pertimbangan di atas penulis kemudian merasa pesimis jika masalah pendidikan nasional dengan munculnya dua isu besar berskala nasional akan mengalami perbaikan-perbaikan. Dan, bukanya perbaikan-perbaikan yang akan kita capai pada masa yang akan datang., malainkan kehancuran total system pendidikan yang dijalankan dengan manajemen kapitalis itu. Rakyat kecil yang miskin akan menjadi tumbalnya. [hlm: 170]
Dalam rancangan strategis Depdiknas Tahun 2005-2009 diatur dua model jalur pendidikan, yaitu jalur Mandiri dan Standar Formal. Kebijakan ini jelas akan memupuk jurang pemisah antara “si-kaya” dan “si-miskin” di daerah-daerah. Sebab jalur pendidikan Mandiri lebih diorientasikan pada siswa-siswa dari kalangan mampu dengan fasilitas-fasilitas serba kecukupan dan kualitas yang bagus. Sementara jalur pendidikan Standar Formal lebih diorientasikan pada siswa-siswa dari kalangan keluarga tak mampu. Dan, tentunya standar kualitas pendidikannya sudah bisa ditebak karena sangat minimnya kemampuan dana penyelenggarannya. [hlm: 172]
Dalam pandangan penulis, pendidikan jalur mandiri yang sebenarnya merupakan representasi dari kaum elite kaya hanya akan mempertajam perbedaan dan pertentangan strata. Bahkan, lebih lanjut akan menyebabkan kecemburuan sosial dikarenakan posisis marginalnya kaum miskin dengan jalur pendidikan formal-standar. Sudah barang tentu mereka yang mengenyam pendidikan jalur mandiri akan merasa superior, sementara kaum miskin yang menempati jalur formal-standar akan merasa inferior. [hlm: 178]

Buku ini memberi koreksi pada pemerintah, dan pelaku politik.
qDengan pertanyaan yang menohok, diungkap. Apakah pendidikan sudah tidak lagi menanamkan rasa empati sehingga perilaku para elit politk kita makin kekanak-kanakan dan amat memalukan [atas fenomena sering terjadinya korupsi di negeri ini]
q Inskonsistensi pemerintah dalam menerapkan anggaran minimal 20 % [pasal 31 ayat 4 UUD 1945], kasus pelarangan buku sejarah berdasarkan keputusan Jaksa Agung tanggal 5 Maret 2007.Dan penerapan Badan Hukum Pendidikan [BHP]. Kasus-kasus ini menjadi sebuah indikasi nyata, bahwa pendidikan nasional tanpa visi sehingga mudah ditumpangi oleh kepentingan-kepentingan di luar pendidikan. [hlm:123]

Bahan Perenungan:
Akhirnya, kita patut merenungkan pesan Maroeli Simbolon [2004], “ Pendidikan itu benih yang ditabur. Tanpa pendidikan, jangan pernah berharap untuk memetik hasil yang baik.”


DETAIL BUKU :
JUDUL : Liberalisasi Pendidikan [ Menggadaikan Kecerdasan Khidupan Bangsa]
PENGARANG : Mu’arif
PENERBIT : Pinus Book Publisher. Jl. Tegal Melati No. 118 C Jongkang [Belakang Monjali] Sleman, Yogyakarta 55581.E-mail : rumahpinus@yahoo.com
CETAKAN : I Januari 2008
ISBN : 979-99015-0-2
JUMLAH HALAMAN:212

Wednesday, January 23, 2008

MANIFESTO PENDIDIKAN NASIONAL. MANIFESTO PENDIDIKAN INDONESIA

Apakah yang disebut manifesto?. Dalam pengertian popular manifesto [manifest] adalah suatu yang dimiliki dan merupakan potensi yang ingin dinyatakan kepada orang lain atau masyarakat. Misalnya jika kita melakukan perjalanan ke luar negeri, maka kita wajib mengisi daftar isian yang menyebutkan apa saja yang kita bawa, inilah yang disebut dengan manifest perjalanan.
Manifest atau manifesto merupakan sesuatu yang potensial dimiliki seorang-orang. Bisa berupa buah pikir, gagasan, konsep atau lainnya, yang sengaja akan di share-kan kepada orang lain. Apabila seorang-orang merasa yakin akan kebenarannya, maka manifesto dapat dijadikan program perjuangan diri, apakah itu perjuangan kelompok atau perjuangan lembaga. Dikaitkan dengan dunia politik, kita pernah mendengar istilah manifesto politik. Salah satu manifesto politik yang terkenal adalah Manifesto Komunis, yang dikreasi pada tahun 1848. Ketika Karl Mark bersama Fiedrich Engels yang mencetuskan, manifesto kemunis itu merupakan daktrin yang menentang kelas borjuis di dalam masyarakat kapitalis.
Tentunya kita juga pernah mendengar Manifesto Cyborg, yakni sebuah gagasan menuntut kesamaan harkat antara perempuan dan laki-laki. Kemudian di tanah air pernah juga muncul manifesto budayaan, saat ini kita mendengar „MANIFESTO PENDIDIKAN“.
Warung kami menemukan buku yang bertajuk manifesto, dan manifesto ini dikaitkan dengan dunia pendidikan. Pertama Manifesto Pendidikan Di Indonesia oleh Benni Setiawan. Kedua Manifesto pendidikan Nasional di tinjau dari perspektif postmodernisme dan studi kultural, buah karya H.A.R. Tilaar.

JUDUL : Manifesto Pendidikan Di Indonesia
PENGARANG : Beni Setiawan
ALAMAT PENERBIT: Aruzz Jl. Anggrek 97A Sambilegi Lor RT.04 RW.57 Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta Telp. [0274] 4332044. 0816.4272.234 E-mail : arruzzwacana@yahoo.com.
CETAKAN: I, Januari 2006
ISBN : 979-3417-116-3
JUMLAH HALAMAN: 134
[Buku ini merupakan pledoi penulis terhadap dunia pendidikan bagi kaum tertindas, meneropong berbagai ketidakadilan dan penindasan yang melanda pendidikan di negeri ini. Berbagai fakta dan fenomena yang dicermati, menjadi alur emosional dan sungguh-sungguh menggugah alias „provokatif“. Misalnya kata-kata, „kembalikan hak-hak pendidikan kepada rakyat!“, „wujudkan sekolah murah“, „wujudkan subsidi pendidikan 20%“ dan „Entaslah kebodohan dan kemelaratan pada Rakyat Kecil!“.
Kesejahteraan Guru juga dicermati, menurut buku ini kesejahteraan guru yang minim juga mengakibatkan perilaku guru dalam mengajar. Apalagi guru-guru tersebut tidak mempunyai kelapangan hati untuk mendermakan ilmunya.
Hakikat pendidikan juga disinggung, digambarkan bahwa hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia [humanizing human being].
Pendapat Prof Dwiyarkarya dirujuknya, selengkapanya sbb:
Pendidikan sebagai proses memanusiakan manusia muda, yakni suatu pengangkatan manusia muda ke taraf insani sehingga ia dapat menjalankan hidupnya sebagai manusia utuh, bermoral, berasosial, berwatak, berpribadi, berpengetahuan, dan beruhani. Pendidikan bearti memasukkan anak ke dalam alam nilai-nilai, dan juga memasukkan dunia nilai ke dalam jiwa anak. Pendidikan di sini sebagai suatu bentuk hidup bersama, yakni pemasukan manusia muda ke dalam nilai-nilai dan kesatuan antar pribadi yang mempribadikan. Dalam pengertian mendidik itu, hubungan antara pendidik dan yang dididik adalah dialogis, saling mengembangkan dan membantu. Dalam proses pendidikan, anak didik turut berpartisipasi, aktif dan tidak diposisikan sebagai obyek.
Korupsi diteropong:
Persoalan yang mencakup Korupsi di sajikan dengan memperlihatkan fenomena yang menyedihkan. Artinya justru orang-orang yang bertitel/bergelar professor, doctor, dan gelar tertinggi kependidikan pun tidak lepas dari jeratan korupsi. Korupsi yang melibatkan pejabat KPU, bahkan Mantan Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. Said Agil Husein Al Munawar jadi tersangka. Pendidikan belum mampu mencegah atau setidak-tidaknya memberi gambaran awal bahwa, korupsi merugikan banyak kalangan dan menyengsarakan diri sendiri. Seharusnya pendidikan menjelmakan diri dalam relung kehidupan manusia, sehingga korupsi mampu dicegah kehadirannya. Ditambahkan bahwa pendidikan sebagai pilar bangsa dalam menciptakan kehidupan yang mencerdaskan dan membangun kepekaan terhadap realitas sosial ternyata „jauh panggang dari pada api“ Pendidikan selama ini hanya jadi ajang penindasan dan pembodohan gaya baru yang dibungkus rapi dengan nama sekolah. Penduidikannternyata tidak mampu meminimalisasi kesenjangan sosial dan mengobati penyakit moral yang terjadi sekarang ini.
Profesor [Guru Besar] disemprot:
Banyak guru besar [prefesor] di Indonesia, ternyata belum mampu memberikan andil lebih terhadap kemajuan bangsa. Hal ini diperparah oleh suatu kejadian yang diamatinya. Contohnya disebuah Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta, seorang prefesor hanya mampu menulis opini di media nasional, itupun ditulis enam tahun yang lalu. Ada juga seorang profesor yang tidak pernah menulis di media masa harian sama sekali. Bagaimana mungkin masyarakat dapat mengenal sosok pemikiran sang profesor. Jika para profesor di Perguruan Tinggi terakreditasi sudah seperti itu keadaannya, bagaimana edengan profesor-profesor lainnya?.
Badan Hukum Pendidikan [BHP]dikritik:
Salah satui contoh penindasan gaya baru adalah diusulkannya Rancangan Undang-Undang [RUU] Badan Hukum Pendidikan [BHP]. BHP berencana menjadikan perguruan tinggi sebagai institusi otonom. BHP sebenarnya adalah kelangsungan dari keinginan pemerintah untuk cuci tangan dari masalah pendidikan.
BHP juga menginginkan adanya korporasi dalam dunia pendidikan. Hal ini tak ubahnya seperti swatanisasi pendidikan nasional. Pendek kata, perguruan tinggi akan dijadikan pabrik pencetak tenaga kerja baru seperti halnya BHMN.
Buku Benni Setiawan ini sangat menggelitik, karena sempat membuat proklamasi pendidikan murah. Isi selengkapnya sebagai berikut:

PROKLAMASI PENDIDIKAN MURAH
Kami Bansa Indonesia dengan ini menyatakan pendidikan murah untuk semua. Hal-hal yang berkenaan dengan pembiayaan pendidikan murah dan lain sebagainya dilakukan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Bangsa Indonesia.



JUDUL : Manifesto Pendidikan Nasional [Tinjauan dari prespektif Postmodernisme dan Studi Kultural]
PENGARANG : H.A.R Tilaar
ALAMAT PENERBIT :PT Kompas Media Nusantara Jl Palmerah Selatan 26-28. Jakarta 10270 E-mail: buku@kompas.com.
CETAKAN: I, November 2005
ISBN : 979-709-227-5
JUMLAH HALAMAN: xvi + 340 hlm; 14x 21 cm
[Buku ini menjelaskan secara jernih terminologi manifesto, barangkali untuk menjernihkan pikir, karena selama ini menifesto di indentikkan dengan stigma buruk. Menurut penulisnya adalah:
Manifesto dalam kosa kata bahasa Indonesia mempunyai konotasi yang negatif karena mempunyai muatan politik. Manifesto biasanya selalau dihubungkan dengan paham komunisme dalam pengertian manifesto komunis yang dideklarasikan pada tahun 1848 oleh Karl Marx dan Friederich Engels.
Namun, kata manifesto mempunyai arti yang netral. Secara harfiah manifesto adalah suatu deklarasi. Dalam baha Jerman manifesto berarti suatu penjelasan atau erklären. Dari kata inilah dijabarkan kata kerja „erklaren“ yang berarti membuat sesuatu penjelasan atau transparan
Selanjutnya Profesor yang beraliran pedagogik libertarian ini, mengiformasikan bahwa Manifesto Pendidikan Nasional [MPN] bukan suatu doktrin, bukan dogma, juga bukan ideologi. MPN merupakan konsep terbuka untuk diskursus. Dengan kata lain merupakan konsep „berlari-lari„ yang mencoba menemukan kebenaran, yaitu kebenaran sementara atau kebenaran yang tertunda. Sebagai kebenaran yang tertunda maka MPN merupakan konsep yang terus-menerus menjadi.
Perubahan [change] merupakan ciri hakiki dari MPN. Inilah bentuk MPN yang berubah secara terukur dan terarah disesuaikan dengan kebutuhan. Dengan kata lain MPN mengenal tonggak-tonggak sebagai bingkai yang mengarahkan manuver perubahan pendidikan nasional antara lain sebagai berikut:


  1. Kesepakatan masyarakat untuk mewujudkan hidup bersama yang bahagia dan berkeadilan
  2. Kondisi masyarakat Indonesia yang multikultural namun bertekad untuk bersatu dalam wadah negara bangsa Indonesia
  3. Masyarakat Indonesia yang dinamis dipacu oleh dinamika kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya dan struktur penduduk
  4. Masyarakat dan bangsa Indonesia dalam kehidupan global antar bangsa.
Manifesto Pendidikan Nasional dalam buku ini, digambarkan sesuatu yang mencakup keseluruhan proses Pendidikan. Yakni meliputi lima bidang utama:
  • hakikat pendidikan;
  • hak memperoleh pendidikan dan hak untuk mendidik
  • proses pendidikan
  • ruang pendidikan
  • pedagogik lebertarian.
Evaluasi Pendidikan juga diteropong:
Menurut buku ini, evaluator yang paling dekat dengan proses pendidikan adalah Guru. Guru adalah orang pertama yang mendampingi peserta didik di dalam proses pemerdekaannya. Di dalam proses evaluasi tersebut guru dapat saja dibantu oleh-alat-alat evaluasi seperti berjenis-jenis tes. Fungsi tes tidak dapat menggantikan fungsi dan tanggung jawab Guru. Selanjutnya fungsi tes sifatnya sesaat tidak dapat mengukur jalannya proses yang meminta waktu panjang. Tes tidak dapat dipergunakan untuk menetukan nasib peserta didik.
Badan Standarisasi Nasional Pendidikan [BNSP] bukanlah merupakan badan yang mengevaluasi kemajuan peserta didik tetapi sebagai badan pemetaan masalah-masalah pendidikan nasional dalam pengambilan kebijakan pendidikan. Pendidik [guru profesional] harus mempunyai kemampuan untuk mengadakan evaluasi terhadap proses pendidikan peserta didik.

Menanggapi Globalisasi terhadap pendidikan tinggi kita :
Untuk dapat menghadapi bukan harus membendung, tapi mengarahkan kekuatan tersebut untuk pengembangan pendidikan tinggi. Prinsip-prinsip yang harus dilakukan adalah dari dalam pendidikan tinggi itu sendiri. “inside out principle”.
Adapun yang dimaksud dengan “inside out principle”, adalah:
Proses belajar dalam lingkungan pendidikan tinggi harus berubah. Proses belajar bukannya mengungkung atau memenjarakan proses berpikir, tetapi justru merupakan proses pembebasan.
Proses belajar sebagai proses pembebasan mahasiswa hendaknya dilengkapi pula oleh peran dosen pendidikan tinggi sebagai fasilitator pembebasan. Para dosen adalah “libertador”.
Di dalam suasan belajar pembebasan tersebut tentunya penghargaan kepada profesi dosen sebagai profesi “libertador” perlu mendapatkan perhatian yang memadai.
Adanya proses belajar yang dialogis dengan menggunkan prinsip Tut Wuri Handayani, kemudian disentuhkan pada wilayah dunia kehidupan, atau bidang-bidang ilmu pengetahuan:


  • Ilmu-ilmu kehidupan[ life sciences]
  • Ilmu kealaman [natural sciences & technology]
  • Informasi [information sciences]
Proses belajar yang dialogis dan eksploratif dan tranformatif, harus didukung dengan :
Buku teks yang murah, baik buku impor maupun terbitan dalam negeri
Pengadaan laboratorium yang lengkap.
Kemitraan yang setara antara PTN dan PTS. Peran PTS dalam perkembangan pendidikan nasional sangat unik. Secara kuantitas PTS selalu menggungguli PTN dan secara kualitas beberapa bidang studi sudah dapatditandingi PTS. Namun masih terasa terlalu besarnya capur tangan pemerintah dalam pemberian otonomi kepada perguruan tinggi, utamanya pada perguruan tinggi swasta [PTS]. Di dalam pengembangan otonomi seharusnya PTN dan PTS berada di dalam suatu flaying field sehingga terjadi perelombaan setara
Menghadapi perubahan global pendidikan tinggi, pengelolaan pendidikan tinggi haruslah mengikuti trend global yaitu efisiensi dan entrepreneurship.

Catatan : Buku ini juga menyediakan Glosari. Namun untuk lebih memberikan inforamsi, warung kami mencuplikan pengertian Pedagogik Libertarian, ini dimunculkan karena Penulis buku ini, Prof. Dr. Tilaar, mengaku dirinya sebagai penganut Pedagogik Libertarian.

Pedagogik Libertarian:
Orientasi pedagogik libertarian bertolak dari pandangan pendidikan adalah proses penyadaran akan kebebasan individu dalam berefleksi dan bertindak. Di dalam kenyatannya lembaga pendidikan [sekolah] telah menjadi penjara bagi kebebasan individu. Dengan kayta lain lembaga pendidikan telah menjadi alat penguasa untuk melestarikan kekuasaannya . Proponen orientasi pedagogik libertarian seperti Paulo Freire, Alexander S. Niel, Ivan Illich, Wihelm Reich, Tilaar.
Pedagogik libertarian yang menghormati akan kemerdekaan individu serta melihart perkembangan peserta didik di dalam budayanya secar kritis dan terarh, maka pedagogik libertarian mengadopsi secara kritis pandangan-pandangan postmodern dan studi kultural]
Warung kami juga menyimpan buku yang selaras dengan bahasan diatas:
JUDUL : Usulan Paideia [Suatu Manifesto Pendidikan]
PENGARANG : Moertimer J. Adler
PENERBIT : PT. Djambatan Jakarta
CETAKAN : I. 1986
ISBN :

Wednesday, January 16, 2008

SOEHARTO: Dunia Spiritual, Rahasia Supranatural dan Misteri Pusaka.

Soeharto Mantan Presiden RI, kini berbaring sakit di Rumah Sakit Pertamina Pusat Jakarta. Berkuasa selama 32 tahun, tentunya orang jadi berpikir panjang, resep apa yang dimiliki sehingga ketika masih memegang tampuk Keprabon, memiliki kebugaran prima dan luar biasa. Ketika tahun 1999 Soeharto, juga pernah dirawat di RSSP, pers menulis beritanya besar-besar. Pada waktu itu Soeharto diberitakan terserang stroke ringan gara-gara makan nasi kebuli daging kambing dan durian bangkok sebagai menu buka puasa Senin – Kamis yang rutin dilakukannya. Banyak juga orang berspekulasi, namun Soeharto mampu menunjukkan keajaiban hidupnya. Tahun 2001, akabiat jantungnya terganggu, membuat orang juga berspekulasi lagi. Benarkah ini senjakala sang mantan?. Lagi-lagi Soeharto menjukkan kondisinya tetap sehat.
Tahun 2006 ketika Soeharto masuk kembali ke rumah sakit, dan sebagian besar ususnya harus dipotong, karena mengalami pendarahan berulang, agar fungsi organ lainnya tidak terganggu. Banyak pejabat membezuk ke rumah sakit ingin mengetahui kesehatannya.. Selanjutnya diberitakan, biarpun masih dalam kelelahan, toh akhirnya dinyatakan boleh pulang.
Awal tahun 2008 Sang Jendral Besar masuk RSPP kembali, hampir setiap stasiun televisi memberitakannya. Pejabat di era kepemimpinannya hadir membezuk, tak urung SBY dan Pak Kala, juga meluangkan waktunya untuk melihat dari dekat sang Mantan. Menteri Senior, negara sahabat Pak Lie membesuk, Sultan Hasan Bolkiah dari Brunei Darussalam, serta Soekarno kecil alias Dr. Mahatir Muhammad mantan perdana menteri negara Malaysia, melihat rekannya. Diberitakan Pak Harto meneteskan air matanya ketika Dr. Mahatir si kawan dekat, mendekat dan membisikkan sesuatu. Beberapa hari ini Soeharto sudah nampak perubahan. Orang pun menduga “ Pak Harto pasti orang ampuh,”. Dan masyarakat Jawa mempercayai bahwa Soeharto memiliki cekelan atau peganggan yang menyebabkan tidak segara mangkat.
Masalah takdir orang Jawa menyebut dengan istilah “pepasthen, kersaning Allah, atau kodrat”. Dalam konteks lain takdir sering disebut pula dengan ideomatik mistik: garis. Bahkan suatu saat kedua istilah itu juga digunakan bersama-sama sehingga menjadi garising pepesthen atau garising kodrat.
Baik garis maupun pepesthen, sebenarnya merupakan gambaran keputusan istimewa. Karena Tuhan Maha Pencipta, memiliki hak mutlak untuk membuat garis terhadap ciptaannya. Oleh karenanya orang Jawa selalu berasumsi bahwa abang birune urip (warna hidup) tergantung takdir, Peristiwa kehidupan yang menyangkut begja cilaka, lara kepenak, sugih mlarat, dan sebagainya adalah garis atau pepesthen. Atas dasar itulah orang Jawa menyikapi garis dengan pandangan mung saderma nglakoni.
Benarkah Soeharto seorang-orang yang digdaya, dengan berbagai kekuatan supranatural dan rahasia spiritual, yang didukungpula oleh misteri pusaka-pusakanya ?

Warung kami memiliki buku-buku yang terkait kuat dengan dugaan orang-orang tersebut, antara lain :

JUDUL : Dunia Spiritual Soeharto [Menelusuri laku ritual, tempat-tempat dan Guru spiritualnya]
PENGARANG :Arwan Tuti Artha
PENERBIT : Galang Press Jl. Anggrek 3/34 Baciro Baru Yogyakarta 55255 Telp [0274] 554985. E-mail : glgpress@indosat.net.id.. Weeb: http://www.galangpress.com/
CETAKAN : IV 2007
ISBN : 979-24-9982-2
JUMLAH HALAMAN:197
[Dunia spiritual ternyata bukan monopoli bangsa Indonesia khususnya suku Jawa, Amerika, Jerman bahkan di kawasan yang dulu Uni Sovyet, banyak pula yang berada di domain ini. Praktik perdukunan juga berkembang dan Populer di Amerika, ketika Nancy Reagan mempunyai sepasukan dukun sebagai konsultan spritualnya sehubungan dengan pribadi dan tugas suaminya sebagai Presiden. Ronald Reagan juga mendengarkan nasihat spritual terkait apa yang akan dilakukan. Bahkan Hiltler dikabarkan juga menggunakan jasa dukun, dengan salah satu pusaka yang diyakini bertuah adalah tombak. Tombak ini konon yang dipakai oleh pasukan Romawi untuk menombak lambung Jesus.
Tentunya termasuk Soeharto sendiri yang juga menaruh kepercayaan semacam itu, sehingga hampir di seluruh plosok negeri ini, ada saja orang mengaku sebagai dukun spiritual Soeharto.
Soeharto pernah membawa topeng Gajah Mada yang berasal dari Bali ke Istana Merdeka, topeng ini diharapkan agar bisa memberi kekuatan spiritual sehingga Soeharto mampu menjaga keutuhan Nusantara ini. Seoharto dengan kekuasaan dan kehebatannya sering diibaratkan oleh orang Jawa sebagai welut putih yang selalu berhasil, bahkan dhemit ora dhulit setan ora doyan. (Demit tak mampu menyentuh, apalagi setan juga tidak mampu). Dalam mitos Jawa , memang ada perempuan yang bisa mengangkat derajat seorang-orang, sebagaimana pada kitab Pararaton. Perempuan yang memiliki kekuatan semacam itu pada umumnya adalah perempuan keturunan raja yang tidak sembarangan. Ibu Tien Soeharto, misalnya, adalah perempuan Mangkunegaraan. Menurut berbagai babad dan kepercayaan, perempuan keturunan raja ini memiliki pusaka paling keramat, sebab darinya berasal api keramat kerajaan yang dapat mengangkat rakyat biasa menjadi raja. Begitu pula dengan Soeharto, setelah menikahi Siti Hartinah pada 26 Desember 1947 di Solo, akhirnya Soeharto menjadi penguasa tunggal masa pemerintahan Orde Baru yang bertahan 32 tahun. Oleh karenanya keluarga Cendena sangat berduka ketika tanggal 28 April 1996, Ibu Negara meninggal dunia. Disamping tuah yang sirna, ternyata keluarga besar juga kehilangan seseorang yang melimpahkan kasih sayangnya kepada keluarga.
Soeharto adalah orang yang taat dalam laku, bahkan memagari dirinya berlapis-lapis bahkan pantang tidur sore. Tidak hanya memasang pengawal terlatih, atau sekedar puasa Senin Kamis, tetapi juga mendengarkan nasihat para orang tua zaman dulu. Soeharto juga memahami bahkan telah menjadi penghayatannya. Ketika itu, hidup warisan Mangkunegara, yang disebut dengan Panca Mutiara juga dipalajari.
· Mantep
· Temen
· Gelem nglakoni
· Aja gumunan
· Aja kagetan

Ketika Soeharto sudah melampui paugeran [tatalaku yang disyaratkan], maka sisi gelapnya akan hadir serta merta.
Kejatuhan Soeharto dihubungkan dengan sifat-sifat adigang-adigung-adiguna, yang dipakai dalam menerapkan kepemimpinannya. Sifat-sifat semacam itu selayaknya dibuang jauh-jauh, tetapi Soerharto lupa diri, mabuk pada kekuasaan, sehingga yang muncul adalah kesewenangan. Soeharto menjadi lupa karena sanjungan-sanjungan rakyat. Soeharto pun tak menghiraukan nasihat anak-anaknya agar tidak perlu mencalonkan lagi]

Catatan : Untuk mengetahui lebih lanjut terkait dengan dunia spiritual Pak Harto, warung kami telah mengendus satu buku dengan judul Bu Tien Wangsit Kerprabon. Dalam buku inilah diungkapkan bahwa yang menerima wangsit keprabon itu sebenarnya adalah Ibu Tien Soeharto, namun yang menerima kamulyannya adalah Soeharto.
Detil buku
JUDUL : Bu Tien Wangsit Keprabon Soeharto.
PENGARANG :Arwan Tuti Artha
PENERBIT : Galang Press Jl. Anggrek 3/34 Baciro Baru Yogyakarta 55255 Telp [0274] 554985. E-mail : glgpress@indosat.net.id.. Weeb: http://www.galangpress.com/
CETAKAN : I 2007
ISBN : 979-23-9942-9
JUMLAH HALAMAN:168

JUDUL Misteri Pusaka-pusaka Soeharto
PENGARANG :Ki Jurus Bangun Jiwo
PENERBIT : Galang Press Jl. Anggrek 3/34 Baciro Baru Yogyakarta 55255 Telp [0274] 554985. E-mail : glgpress@indosat.net.id.. Weeb: http://www.galangpress.com/
CETAKAN : I 2007
ISBN : 979-23-9910-0
JUMLAH HALAMAN:241
[Soeharto orang paling konsekuen menghargai konvensi atas pusaka-pusaka yang dimilikinya. Tak terbilang banyaknya pusaka yang menjadi koleksinya, mulai dari batu-batuan, kayu-kayuan, Keris, tombak atau lafal atau rajah dalam bentuk lukisan. Dari kelompok batu-batuan, antara lain batu Merah Ruby dari Myanmar yang diikat dengan emas berlian yang sangat menawan. Konon dia juga menyimpan berlian yang berkekuatan 10 skala moch. Juga cincin dengan hiasan batu jamrud. Konon ada pula batu kalimaya atau opal dari daerah Banten juga Australia, Batu Amestis dari Kalimantan, kemudian Topas, dan Krisoberil atau mata kucing dari Brasil. Boleh dikata, bahwa hampir semua jenis batu-batuan berharga atau “Gemstone”-Precious stone atau batu mulia dimilki Soeharto. Soal Keris Soeharto tidak hanya sebagai kolektor tapi juga orang yang sangat paham, kepakarannya dibidang ini harus diacungi jempol. Keris bagi dirinya tidak hanya sekedar Keris yang bermakna koleksi, namun sebagai piandel yang dapat membangkitkan energi untuk membangun kharismanya. Kyai Sengkelat salah satu koleksi Soeharto. Kanjeng Kiai Sengkelat adalah keris berlekuk 13, ciptaan Empu Supa Mandrangi di era Kerajaan Majapahit. Tuntunya kita dingatkan oleh cerita yang dikarang oleh SH Mintardja “Naga Sasra Sabuk Inten” tenyata pusaka ini juga dimiliki oleh Soeharto. Kiai Sabuk Inten, itulah julukan pusakanya. Tentunya masih dalam bilangan ratusan bila keris itu di candra satu persatu. Fungsi pusaka dari kayu-kayuan juga dijadikan perhatian oleh Soeharto, tuntunya yang memiliki daya ghaib. Asal kayu biasanya diambil dari tempat-tempat yang dianggap keramat seperti yang berasal dari makam leluhur, para wali atau karena langka. Memang terdapat kepercayaan yang mengatakan derajat tuah kayu tergantung dari tempat tumbuh, lingkungan dan tata cara pengambilannya. Kepakaran Soeharto dalam pusaka, diterjemahkan pula dengan nilai-nilai yang terkandung didalam pusaka itu sendiri. Kemudian nilai-nilai itu menjadikan sebuah ajaran [piwulang] dalam pola pikir pola laku, pola tindak beliau. Kendati kadang berbentuk misteri-misteri, namun secara eksoteris bisa juga di nalar. Soeharto rupanya berkeinginan untuk melestarikan Aspek Batin Pusaka. Inilah seharusnya yang mampu memicu kecerdasan emotional Soeharto]

JUDUL : Rahasia Supranatural Soeharto
PENGARANG :Ki Ageng Pamungkas
PENERBIT : Narasi Jl. Irian Jaya D-24 Nogotirto Elok II Yogyakarta 5592 Telp [0274] 7103084.
CETAKAN : II. 2007
ISBN : 979-168-035-3
JUMLAH HALAMAN:95
[Penulis memperkirakan ada sekitar 2000 pusaka yang dimiliki Soeharto. Salah satu yang digunakan adalah Keris Keluk Kemukus”, Tulisan Ramadhan KH dan G.Dwipayana dengan judul “Ucapan, Pikiran dan Tindakan “ juga dirujuk oleh penulis, sekedar ingin menunjukkan bahwa sang mantan presiden, adalah orang yang pernah mengaku akrab dengan dunia kebatinan dan kejawen. Hubungannya dengan dukun kalangan paranormal tentunya dilakukan dengan cermat. Menurut beberapa paranormal dikatakan bahwa Soeharto memiliki sekitar 1000 dukun, namun dibantah oleh Ki Gendheng Pamungkas, hanya memiliki sekitar 200 dukun. Kata Ki Gendheng , tidak yakin bila Soeharto sengaja memanfaatkan dukun-dukunnya untuk menyingkirkan lawan-lawan politiknya. Soeharto adalah sosok manusia yang acapkali menjalankan ritual istimewa dengan mengunjungi tempat-tempat keramat leluhurnya . Tempat yang seringkali dikunjungi adalah Jambe Pitu Cilacap dan Gunung Selok di sekitar Gunung Srandil. Selain itu juga disebut-sebut nama Gunung Kemukus, dan Gunung Arjuno. Di tempat itulah ritual tapa brata, nyepi alias semedi. Untuk menjaga kelanggengan kekuasaannya paranormal mengajukan syarat berupa tumbal. Misalnya, soal pohon terbalik yang ada di Taman Mini Indonesia Indah. Pohon itu adalah Syarat yang diajukan oleh seorang paranormal. Serta merta Ibu Tien Soeharto bergegas menugaskan seorang-orang ke Banyuwangi guna memenuhi persyaratan tersebut. Sejak meninggalnya Ibu Tien Soeharto, keseimbangan di Istana mulai goyah, strategi Soeharto pun ikut berubah. Cara yang ditempuh untuk menandingi lawan politiknya dilakukan secara vulgar. Inilah yang memberikan akibat kekuasaannya menjadi pudar. Lengsernya Soeharto menurut buku ini, disamping disebabkan oleh suasana yang tak terkendalikan, juga ada misteri yang melatarbelakangi. Disebut-sebut Sunan Gunung Jati telah memberikan restu, atas lengsernya Presiden Soeharto. Sebagai seorang-orang yang piawai dalam dunia supranatural, Soeharto telah menyadari tanda-tanda kelengserannya, oleh karenanya di beberapa kesempatan beliau mengatakan akan lengser keprabon dan madeg pandhita]

Sunday, January 13, 2008

PENDIDIKAN PLUS GURU: KOMODITAS EMPUK UNTUK PEMILU.

Barangkali ini seperti the rule of thumb alias sudah menjadi garis tangan bahwa dunia pendidikan, dapat diperankann sebagai komoditas dalam pemilu.
Ketika zaman ordebaru organisasi yang manaunggi Guru ternyata dengan lugas, dan tidak malu-malu memberikan sikap politiknya kesalah satu kekuatan politik. Ternyata memang resep yang paling mujarab, karena Guru merupakan ujung tombak, sekaligus jejaring hubungan antara masyakat dengan kekuatan politik yang paling murah. Guru adalah sosok yang takut dan mudah ditakut-takuti. Ditinjau dari efektivitasnya telah teruji hampir 71 % ujung tombak kekuatan politik ketika itu diisi oleh Guru. Kualitas dan kuantitasnya, serta kemampuan mempoliferasi keyakinan ada pada Guru.
Ketika zaman berubah Gurupun merubaha sikap, kini independensi yang pegang erat, sehingga nilai tawaran juga berubah signifikan. Sikap rasa takut yang dimiliki kini sirna, kendatipun intimidasi kerapkali muncul.
Guru pernah “mengkamparkan” seorang pejabat di Kampar, yakni Kepala Daerah turun tahta akibat desakan Guru. Di Kota Malang, pejabat Diknas, sempat tertebas lemas.
Tentunya prestasi yang didongkrak keberanian ini terus tegar untuk di jalankan. Berhadapan dengan pemerintah bukan tabu lagi, dua kali memenangkan tuntutan di hadapan Mahkamah Konsitusi dengan amar “pemerintah melanggar UUD1945 yang telah diamandemen tepatnya di pasal 31, mengenai anggaran pendidikan minimal; 20%.
Warung kami punyai bukti, ada dua buku yang diperoleh di Kota Pudak Gresik- Jawa Timur, ketika PILKADA terjadi para kandidat sengaja membuat buku sebagai media untuk meraup suara. Isi buku berisikan masalah–masalah pendidikan yang akan dikedepankan ketika sang kandidat terpilih. Tidak tanggung-tanggung Buku tersebut dipresentasikan di depan para Guru se-kabupaten Gresik. Inilah yang memberikan indikasi pada kita kalau Pendidikan Plus Guru sebagai komoditas.

Buku yang ada di Warung kami:

JUDUL : Nomor 1 Pendidikan [Pembangunan Sektor Pendidikan Sebagai Investasi Untuk Mewujudkan Masyarakat Yang ber Ilmu, Profesional, Dinamis Dan SDM yang Kompetitif]
PENGARANG : Pasangan Kandidat Bupati Gresik: Drs. KH. Robbach Ma’sum, MM + H.M.Sastro Soewito.,M.Hum
PENERBIT : TIM Sukses
CETAKAN : I 2005
ISBN :
JUMLAH HALAMAN:21
[Mengungkap berbagai kondisi dan data kemajuan Gresik Terkait dengan Pendidikan, maklum buku ini dibuat oleh kandidat incumbent. Proses kemajuan mulai pembelajaran dan kerjasama dengan berbagai lembaga diungkap dari buku ini. Terkait dengan Kabupaten Gresik yang Geografisnya didiami banyak dunia usaha dan industri, buku ini juga mengupas tuntas relevansi pendidikan dengan dunia usaha dan industri. Menyelenggaraan Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah [MBS] dan penerapan KBK, bahkan Pendidikan berorientasi pada kecakapan hidup juga disinggungnya.]

JUDUL : Pendidikan Untuk Pembebasan Kemiskinan [Panduan Aksi menyelamatkan Masa Depan Pendidikan Di Kabupaten Gresik]
PENGARANG : Pasangan Kandidat Bupati Gresik: Ir.H.Sambari Halim Radianto, Msi + Drs.H.Muhammad Nasikh
PENERBIT : TIM Sukses
CETAKAN : I 2005
ISBN :
JUMLAH HALAMAN:36
[Buku ini diawali dengan catatan singkat perjalanan hidup sang kandidat, tersirat didalamnya bahwa betapa sulitnya perjuangannya ketika masa sekolahnya. Kemudian komitmennya terhadap Pembinaan PGRI juga diangkat mendalam dengan simpati tinggi, sehingga memberi kesan sekaligus harapan. Rethinking dalam pendidikan disinggung utamanya yang menyangkut dilemma pendidikan di kota ini. Dengan menggunakan analisa SWOT peta pendidikan di Kabupaten Gresik dicermati. Buku pasangan kadidat yang diberi lebel panduan aksi ini juga mengungkap dengan jeli konsepsi keberpihakan, tawaran “Plan Of Action” pengembangan dibahas secara rinci. Antara Pendidikan dan Kemiskinan juga diungkap dalam buku ini]

Friday, January 11, 2008

SEKOLAH MATI, PENDIDIKAN ALMARHUM, PENGAJARAN=SUBVERSIF

Sebenarnya sinisme ini sudah lama timbul, mulai akhir abad XX hingga kini serasa semakin deras. Lahirnya bermacam-macam aliran pendidikan khususnya mempermasalahkan pendidikan dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat dunia di belahan Negara kurang maju. Sinisme terbangun secara signifikan ketika pendekar-pendekar yang arief terhadap pendidikan, muncul secara mengglobal antara lain:
  1. Philip H. Coombs yang menghubungkan pendidikan nonformal dengan peanggulangan kemiskinan di daerah miskin
  2. Ivan Illich yang menggambarkan adanya masyarakat bebas dari ikatan-ikatan pendidikan sekolah
  3. Paulo Freire yang menganggap sekolah sebagai tempat pendidikan rakyat terindas
  4. Everett Reimer yang menganalisis pendidikan sekolah pada kematiannya.
  5. Neil Postman mencermati pendidikan formal yang mulai melenceng dari hakikatnya sehingga perlu redifinisi, bahkan melihat lebih cermat, bahwa aktivitas mengajar adalah tindakan subversif.

Warung kami secara kebetulan memiliki buku-buku yang terkait dengan problema diatas, maka sajian kali ini memaksa warung sinis terhadap pendidikan formal.
Buku yang ada di warung antara lain:

JUDUL : Bebaskan Masyarakat dari Belenggu Sekolah
PENGARANG : Ivan Illich
PENERBIT : Obor Jakarta Jl.Plaju No. 10 Jakarta 10230 Telp:[021] 324488; 326978. E-mail : obor@ub.net.id
CETAKAN : Agustus 2000
ISBN : 979-461-356-8
JUMLAH HALAMAN: 165
[Salah satu bab ini menulis,” Mengapa Sekolah harus dilucuti dari kemapanannya ?
Menurut Ivan Illich, karena banyak murid, khususnya yang miskin, secara intuitif tahu, bila sekolah membuat mereka tidak mampu membedakan proses dari subsatansi. Proses dan substansi dicampuradukkan. Akibatnya murid menyamakan begitusaja pengajaran dan belajar, naik kelas dengan pendidikan, ijazah dengan kemampuan, dan kefasihan berceloteh dengan kemampuan mengungkapkan sesuatu yang baru. Anak dibiasakan menerima pelayanan, bukanya nilai-nilai.
Sekolah dari namanya cenderung menyita seluruh waktu dan tenaga guru maupun murid. Inilah yang mengkondisi guru menjadi pengawas, pengkotbah, dan seakan-akan ahli dalam terapi.
Ritualisasi kemajuan membuahkan lulusan universitas didik untuk menjalani tugas pilihan melayani orang-orang kaya di dunia. Sekolah juga yang menciptakan “mitos Konsumsi Tanpa Henti” [Myth of Unending Consumption]. Mitos modern ini didasarkan pada sebuah keyakinan bahwa proses tersebut akan mereproduksi murid pada pemikiran yang salah.
Misalnya :

  1. Mitos pengukuran nilai, maka akan ditanamkan disekolah bahwa nilai selalu dikuantifikasikan. Sekolah memasukkan orang muda ke suatu dunia di mana segala sesuatu dapat diukur. Termasuk imajinasi mereka, dan juga manusia itu sendiri.
  2. Mitos Paket Nilai, sekolah menjual kurikulum – sebundel materi yang dibuat menurut proses yang sama dan mempunyai struktur yang sama sebagaimana barang dagangan lainnya
  3. Mitos Kamajuan Abadi, anehnya ketika prestasi belajar menurun, biaya pendidikan per kepala justru semakin meningkat. Siswa digenjot, ketingkat konsumsi kurikulum kompetitif, tentunya berkonsekuensi pada penggeluaran yang lebih tinggi. Maka kemajuan abadi hanya pada segmen naiknya pembiayaan
  4. Mitos Ritual, sekolah berfungsi sebagai pencipta dan penunjang yang efektif atas mitos sosial karena strukturnya sebagai sebuah permainan ritual untuk kenaikkan berjenjang. Masuk ke dalam ritus penuh pertaruhan dianggap lebih penting dibanding dengan apa atau bagaimana sesuatu diajarkan.
    Inillah sebagian yang diianggap belenggu oleh Ivan Illich]
JUDUL : Mengajar Sebagai Aktivitas Subversif
PENGARANG : Neil Postman + Charles Weingartner
PENERBIT : Jendela Grafika Yogyakarta Jl Kutu Wates RT.08 RW 10 MT. I/83 Yogyakarta 55284 Telp. [0274]-624145 . E-mail: jendela_press@kompascyber.com.
CETAKAN : September 2001
ISBN : 979-95978-24-X
JUMLAH HALAMAN: 365

[Buku ini memperingatkan bahwa perubahan terus menerus ada, dan semakin cepat serta ada dimana-mana, Hal itu merupakan karakteristik yang paling mencolok pada dunia di mana kita berada. Sayangnya system pendidikan kurang bahkan belum mengakui kenyataan ini. Seharusnya kita mendesain lingkungan-lingkungan sekolah yang bisa membantu kaum muda untuk mampu menguasai konsep-konsep yang penting untuk bisa tetap hidup dalam dunia yang terus berubah cepat.
Sebuah institusi yang kita sebut “sekolah” adalah institusi yang kita maksudkan untuk tujuan seperti di atas dan karena itulah kita menciptakannya. Beberapa pakar membuat pertanyaan menukik terkait apa yang dilakukan oleh sekolah, dan aktivitas ini disebut kurang relevan:
  • Marshal McLuthan; apabila sekolah ini ternyata memberi benteng kepada anak-anak sehingga mereka terpisah pada realitas
  • Norbert Wiener ; apabila sekolah ternyata mengajarkan kekunoan.
  • Jhon Gardener; apabila ternyata sekolah tidak mengembangkan kecerdasan
  • Jerome Burner; apabila ternyata sekolah itu didasarkan pada rasa takut,
  • Jhon Holt; apabila ternyata sekolah menghilangkan peningkatan proses-proses pembelajaran penting
  • Carl Rogers; apabila ternyata sekolah menyebabkan keterasingan
  • Paul Godman; apabila sekolah itu menghukum kreativitas dan independensi
  • Edgar Friedenberg; apabila ternyata sekolah itu tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan.
    Dari berbagai pemikiran ini, sasaranya adalah bagaimana sekolah bisa diubah, bahkan dipaksa harus diubah.

Buku ini memberikan penekanan kepada semua orang agar yakin, bahwa sekolah dapat diubah, karena di dunia ini banyak orang bijak dan cerdas. Apabila hal tersebut dilakukan maka sekolah tetap pada hakikatnya yakni sekolah merupakan bagian dari proses demokrasi.
Buku ini juga membantu para pendidikan dan pemerhati pendidikan agar tidak masuk dalam ranah subversive. Panduan dalam bentuk kalimat interogatif, selengkapanya sebagai berikut:

  1. Apakah pertanyaan-pertanyaan Anda akan meningkatkan kemampuan belajar juga kemampuannya untuk belajar?
  2. Apakah pertanyaan-pertanyaan Anda akan memberi pegertian tentang kegembiraan dalam belajar?
  3. Apakah pertanyaan-pertanyaan Anda akan membantu memberikan kepercayaan diri kepada para siswa atas kemampuan dia untuk belajar?
  4. Apakah setiap pertanyaan itu memberikan peluang adanya jawaban-jawaban alternative (yang secara tidak langsung merupakan bentuk-bentuk penelitian alternative)
  5. Apakah proses dalam menjawab pertanyaan itu akan cenderung menekankan keunikan dari pelajar?
  6. Apakah pertanyaan-pertanyaan itu akan menghasilkan jawaban-jawaban yang berbeda apabila dinyatakan pada tingkatan-tingkatan perkembangan pelajar yang berbeda?
  7. Apakah jawaban-jawaban itu akan membantu pelajar untuk untuk mengerti dan memahami semester dalam kondisi manusia dan mempertinggi kemamp[uannya untuk melihat lebih dekat dan mendekatkan pada orang lain.
    Apabila jawaban –jawab itu adalah “ya”, berat semata dan tidak masuk ke dalam ranah subversive]

JUDUL : Matinya Pendidikan
PENGARANG : Neil Postman
PENERBIT : Jendela Grafika Yogyakarta Jl Kutu Wates RT.08 RW 10 MT. I/83 Yogyakarta 55284 Telp. [0274]-624145 . E-mail: jendela_press@kompascyber.com.
CETAKAN : Agustus 2001
ISBN : 979-95978-17-1
JUMLAH HALAMAN: 365
[Dalam pandangan Postman proyek-proyek edukasi tidak identik dengan praktik-praktik pendidikan di sekolah. Pendidikan di sekolah bisa jadi sangat konservatif, terutama karena sekolah lebih berperan sebagi tembok pembatas daripada ruang yang lapang untuk pergerakan pemikiran. Proses pendidikan di sekolah bagi para siswa tampak sebagai sosok yang tidak mengenal belas kasihan. Harapan Postman menulis buku ini agar dapat menghasilkan perubahan-perubahan pendidfikan. Judul asli buku ini adalah The End of Education, dan kata end (dalam bahasa Inggris) dapat diartikan ganda : ”tujuan: dan ”akhir” atau Mati. Dari judul ini memang dikesankan ambigu agar masa depan sekolah menjadi pilihan, maju atau almarhum.]


JUDUL : Matinya Sekolah
PENGARANG : Everett Reimer
PENERBIT : PT Hanindita Graha Widia Yogyakarta
CETAKAN : Agustus 2000
ISBN : 979-8849-14-0
JUMLAH HALAMAN: 150
[Karya Reimer ini layak kita kaji dengan sungguh-sungguh penuturannya, yang terselip dibalik tulisannya ternyata bukanlah bermaksud membunuh sekolah, akan tetapi niatannya adalah ingin melalukan totalitas pembenahan. Membenahi dari berbagai dimensi, mulai dari keberadaan dan fungsi sekolah yang seharusnya. Pencermatan cerdas dan kritis seorang Riemer sebenarnya diarahkan kepada persekolahan yang berada di Benua Amerika Selatan, kendatipun karateristik Amerika Selatan tidak sama persih dengan Indonesia, karya Riemer layak dapat digunakan patok duga (Benchm). Ide penulisan buku ini banyak dinuansai oleh perjumpaan Riemer dengan Ivan Illich sebagai seorang yang dianggap kritikus pendidikan modern. Pengantar buku ini membuka pemahaman awal bahwa disadari atau tidak, peradaban manusia modern saat iniu terkungkung dalam penjara suatu sistem kelembagaan yang disebut sekolah. Melencengnya hakikat sekolah dikedepankan, pada hakikatnya sekolah harus menguntungkan masyarakat mayoritas, namun jatuhnya hanya memberikan prilege dan elitis tertentu. Selama 15 tahun Riemer berdiskusi dengan Ivan Illich ketika dalam satu aktivitas di Puerto Rico.
Waktu belajar [time studi] adalah salah satu fenomena yang dicermati ketika di Puerto rici, dirujuk dari hasil penelitian Anthony Laurie menujukkan bahwa kurang dari 20% waktu seorang-orang guru tersedia untuk aktivitas-aktivitas pengajaran. Sisa waktunya dihabiskan untuk mengawasi tingkah laku siswa dan tugas administratif.
Kita harus sadar pada hakikatnya sekolah atau bersekolah adalah adat sosial, yang menutup jurang antara teori sosial dan praktik sosial . Dalam pengertian psikologis, adat memungkinkan orang mencapai idealitas di sekolah, kenyataan justru bertolak belakang. Inilah yang mengkondisi Reimer menorehkan gagasanya bahawa School is Dead.

Wednesday, January 9, 2008

ORANG MISKIN, MEMBERI INSPIRASI DAN ENAK DITULIS

Hampir tidak ada di dunia ini yang bercita-cita menjadi miskin, namun juga tidak ada orang yang kuasa menolaknya ketika kemiskinan melanda dirinya. Seorang-orang yang miskin selalu digambarkan dengan masalah yang serba tiada. Mulai kemampuan ekonomi, hingga tiadanya kemampuan berkuasa, apalagi melawan leluasaan. Kendatipun demikian orang miskin mampu memberikan inspirasi kepada orang untuk menulisnya. Warung Kami tergelitik pula oleh pidato Paus Benediktus XVI ketika menyambut Hari Pengentasan Kemiskinan Sedunia, 17 Oktober 2007 yang lalu. Isinya antara lain, “Masyarakat dunia hendaknya melipatgandakan upaya untuk mengatasi sebab-sebab dari kemiskinan maupun mengatasi konsekuensi yang tragis dari kemiskinan”. Warung kami akan menempatkan pada posisi lain namun bersesesuaian yakni menyuarakan hati orang miskin melalui buku-buku yang nongkrong di warung kami. Beberapa tulisan yang yang ada dan terkait dengan kemiskinaan, ternyata juga ada di warung kami seperti Hakikat Kemiskinan Massa (Jhon Kenneth Galbraith), Pemerataan Ketimpangan Kemiskinan (Thee Kian Wie) dan Kemiskinan Di Indoensia ( Dorodjatun Kontjoro Jakti). Namun dengan spesifik membahas :”orang miskin” dengan berbagai fenomenannya hanya memiliki 5 buah buku. Orang tidak menyangka bahwa di negeri yang kaya raya seperti Indonesia ini, ternyata orang miskin masih sulit dihitung, tentunya karena jumlahnya yang begitu berjimbun. Olehkarenanya menjadi permakluman ketika persoalan jumlah orang miskin masih simpang siur. Disamping jumlah yang acapkali fluktuatif, serta tingkat kompleksitas yang semakin sulit diurai.
Terkait dengan orang miskin ada seorang-orang bernama Eko Presetyo yang dikenal produktif dalam hal karang mengarang buku, kali ini menorehkan gagasannya secara serial. Tentunya gagasan tersebut sudah pasti berkutat pada masalah wacana yang terkait dengan beban berat yang harus diangkat seorang-orang yang dikategorikan miskin. Eko Prasetyo melihat dengan cermat bahwa ketika seorang itu miskin, akan melipatgandakan kemiskinan. Orang miskin akan „mati karakter“, miskin adalah sebuah awalan, namun sekaligus akhir. Maknanya orang misikin selalu berakhir dengan kemiskinan, dan ketidakberdayaan, keduanya selalu melekat bagaikan virus HIV. Barangkali inilah yang memacu lahirnya seri buku bertajuk „seri dilarang miskin“.
Ternyata selain Eko Prasetyo, ada penulis lain yang mengungkit orang miskin. Dengan bahasan yang berbeda namun masih dalam ranah yang sama. Buku-buku tersebut bersubtansi dengan agama, misalnya buku yang berjudul „Sedekah Orang Miskin“, „Orang Miskin Naik Haji“ dan „Miskin samadengan Kaya“.

JUDUL : Orang Miskin Dilarang Sakit
PENGARANG : Eko Prasetyo
ALAMAT :Resist Book Jl Magelang Km. 5 Gg. Bima No. 39 Kutu Dukuh Yogyakarta 55284 Telepon [0274] 550439,7422761 E-mail: resistbook@gmail.com. Web. http://www.resistbook@gmail.com/
CETAKAN: I, April 2005
ISBN : 979-3723-02-5
JUMLAH HALAMAN:145.
[Eko Prasetyo sungguh jeli melihat orang sakit, sehingga serta merta melarang orang miskin itu sakit. Apalagi wilayah orang miskin identik dengan wilayah epidemis, disinilah orang miskin menjadi langganan orang sakit. Diungkap oleh buku ini, bahwa ki Kotamadya Kupang, Kabupaten Kupang, dan kabupaten Timor Tengah Utara. Sepanjang bulan Agusutus 2002, terdapat 23 nyawa melayang mernjadi korban amukan bakteri Escheria Coli (E.coli) patogen. Sementar juga diungkap serbanyak 1.292 jiwa lainnya berada dalam perawatan intensif. Sunggah akan menjadi beban bagi orang miskin kala wabah menerornya. Buah pikir Florence Nightingale, di rujuk sebagai gambaran keinginan seorang-orang ketika menderita. “Orang sakit tidak hanya membutuh obat, tetapi juga penghiburan“ Pikiran Florence memberikan kesan cerdas ternyata bukan obat tetapi praktik pelayanan rumah sakit menjadi tumpuan masyarakat. Rumah sakit dan Apotek menjadi tumpuan sosial baru bagi kesehatan. Kartun dalam buku ini menggambarkan bahwa orang miskin nyata-nyata meneriman beban yang berat ketika sedang sakit. Perbedaan orang kaya sedang sakit, dan orang miskin sedang sakit divisualisasikan dengan jelas. Rujukan pendapat dari Foucault ditulis msecara lengkap, „Penyakit orang miskin adalah produk dari keadaan-keadaan mengerikan sebagai tempat mereka hidup dan penyakit orang kaya adalah akibat dari hidup mereka yang boros]

JUDUL : Orang Miskin Tanpa Subsidi
PENGARANG : Eko Prasetyo
ALAMAT :Resist Book Jl Magelang Km. 5 Gg. Bima No. 39 Kutu Dukuh Yogyakarta 55284 Telepon [0274] 550439,7422761 E-mail: resistbook@gmail.com. Web. http://www.resistbook@gmail.com/
CETAKAN: I, April 2005
ISBN : 979-3723-46-7
JUMLAH HALAMAN:163.
[Negeri penyelundup dan pemboros, itulah salah satu bab dari buku Eko Prsetyo.Bab ini diurai secara rinci, dan sangat mengejutkan, kalau BBPN sebagai lembaga penyehatan perbankan, ternyata sangat sehat disamping gajinya juga pesangon pejabatnya sangat sehat, tapi lagi bisa dinalar. Pesangonnya teranggarkan sebesar Rp. 500 miliar alias setengah triliun. Paparan lain juga dimunculkan dalam bentuk tabel yakni daftar kerugian BUMN yang diambil dari Replubika 24 Januari 2005. Isinya mengejutkan siapa saja termasuk orang miskin.
Daftar kerugian BUMN Per 2003:
PLN kerugian Rp. 3,56 triliun
PPI kerugian Rp. 418,22 miliar
Pelni kerugian 382, 45 miliar
PAA Multi Finance kerugian Rp. 152,26 miliar
Indofarma kerugian Rp. 129,57 miliar
Industri sandang kerugian Rp. 144,77 miliar
Kertas Kraf Aceh kerugian Rp. 108,44 miliar
PTPN II kerugiam Rp. 96,17 miliar
Inhutani I kerugian Rp. 90,97 miliar
RS Cipto kerugian Rp. 81,22 miliar.
Ini gambaran nyata bahwa BUMN kita boros, tanpa harus membayangkan terlalu lama, kenyataan ini menunjukkan Negara hanya mensubsidi kerugian. Barangkali ini yang memicu Eko Presetyo untuk judul bukunya, “Orang miskin tanpa subsidi”.
Sisi lain secara sepintas buku ini membicarakan ketidakadilan subsidi BBM, ternyata yang paling menikmati bukan si-miskin

JUDUL : Orang Miskin Dilarang Sekolah
PENGARANG : Eko Prasetyo
ALAMAT :Insist Press Jl. Pogunglor Yogyakarta 55284 Telepon [0274] 519513 E-mail: insistpress@eudoramail.com. Dan insist@yahoo.com
Web: http://www.press.insist.or.id/
CETAKAN: I, Juni 2004
ISBN : 979-3457-17-1
JUMLAH HALAMAN:255
[Seperti seri-seri yang terdahulu, judulnya sangat paradok. Orang miskin dilarang sekolah?, inilah yang menarik orang untuk dibaca. Entah angin apa yang menerpa penulis buku ini, mengambil peribahasa yang berasal dari Afrika, kutipan selengkapnya sebagai berikut. ”Barang siapa ingin membantu sembilan orang miskin, maka ia menghadapi risiko menjadi yang kesepuluh”. Barangkali inilah yang menghantui orang untuk memiliki jiwa filantropi, sehingga orang miskin selamanya jatuh pada kubangan yang semakin dalam. Sekolah hakikatnya adalah wahana mengentaskan kemiskinan, ternyata justru mengkreasi sebuah kemiskinan. Sumber mingguan tempo 1 Juni 2003, isinya menggambarkan bahwa kampus ternama kini menyediakan jalur khusus, Institut Teknologi Bandung membuka peluang bagi mereka yang merelakan sumbangan minimal Rp. 45 Juta. Kabar lain menyebut di Jurusan Teknik Fisika ITB tersedia 10 bangku kuliah bagi calon mahasiswa yang orang tuanya mampu merogok kocek sekitar Rp. 225 juta tanpa harus bayar SPP. Sedang di UGM pasaran berkisar Rp. 10 juta untuk pembayaran sumbangan. Komersialisasi yang muncul karena pemotonongan sunsidi pendidikan yang dilakukan pemerintah.
Lain lagi yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta, ada dana kutipan untuk mahasiswa PTS yang disetorkan dfan digunakan untuk pembangunan gedung. Tiap mahasisdwa baru PTS dikutip nada sebesar Rp. 50.000. Ini karena memang ada Perda No. 14 tahun 1996 tentang sumbangan pikah ketiga dan keputusan bersama yang ditanda-tangani Gubernur DIY dengan Pengurus Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (APTISI). Ini adalah realitas yang harus diterima simiskin, karena kewajiban pemerintah telah didomestikasi pada rakyatnya. Mudah-mudahan ini yang menjadikan Eko Presetyo menulis buku Orang Miskin Dilarang Sekolah]

JUDUL : Sedekah Orang Miskin
PENGARANG : Abu Huidzaifah
ALAMAT :Mumtaza Jl pakis 38 Cemani Baru. 319 Solo Telpon [0271] 7085234. E-mail : muntaza@telkom.net
CETAKAN: I, April 2005
ISBN : 978-979-16635-1-9
JUMLAH HALAMAN:117
[Orang miskin ternyata memborong pahala, walaupun susah tetap sedekah. Sedekah menurut Abu Hudzaifah, tidak selalu berwujud materia, tetapi perilaku yang baik atau amal kebaikan. Simiskin memiliki kesetaraan dalam sedekah, hanya menyingirkan duri, atau mebantukan tenaganya untuk kegaiatan kemanusiaan sudah setara dengan sedekah. Oleh karenanya sedekah bukan monopoli orang kaya. Kaya tak mesti mulai miskin tak pasti hina, bahkan dalam beberapa tulisan menunjukkan pada pembaca, bahwa banyak orang menjadi kekakasih Allah ketika dia sedang miskin. Dengan Amar Makruf Nahi Munkar, ilmu, manihah, membantu orang lain, mendidikan anak dan keluarga, adalah sedekah yang selalau dilakukan oleh orang miskin]


JUDUL : Orang Miskin Naik Haji [Pengalaman spritual]
PENGARANG : Inu Kencana Syafi’ieAbu Huidzaifah
ALAMAT : PT Wahyu Media Pertiwi Jl Ampera Raya No. 17i Cilandak Pasara Minggu Jakarta Selatan. E-mail : penerbitislam@plasa.com
CETAKAN: I, September 2004
ISBN : 979-96951-8-X
JUMLAH HALAMAN:137
[Penulisnya adalah Inu Kencana, sosok yang kali ini jadi perhatian dunia muncul dengan derasnya kasus STPDN mencuat, tulisannya berjimbun alias banyak sekali. Sebagai dosen di kampus yang sering berkecamuk ternyata acapkali mebangkitkan gairahnya untuk menulis. Kali ini pengalaman spiritualnya di bukukan. Judulnya membuat orang untuk tahu lebih dalam, karena orang naik haji syaratnya mampu, tapi yang kali ini orang miskin kok naik haji. Dalam buku ini juga dijelaskan naik haji bukan monopoli sikaya, orang miskinpun boleh, tentunya tidak ada pretensi melawan nas yang ada. Pengalaman spiritualnya membimbingnya, selama ini ia merasakan bahwa modal niat merupakan kekayaan tak ternilai. Pengalaman pribadinya diungkap, ketika Inu sulit dalam tidurnya, mencari sublimasi yang bermanfaat, ketika itu diputarlah kaset pengajian Ali Imran 190 dari Muamar ZA. Tiba-tiba menangis sejadi-jadinya, karena memahami azbabun nuzulnya. Ketika dalam haru dan keadaan kosong bermunajat : Ya Allah jadikan aku salah seorang tamu-tamu Engkau , masukkan aku ke dalam orbit Masjidil Haram bersama orang-orang thawaf”. Ternyata terkabul , kakak kandungnya yang bergerak dibidang perfilman akan membuat film tentang Haji, dan Pak Inu diajak serta, awal kisah orang miskin naik haji. Seorang penulis kemanapun akan menulis, adigium ini berlak pula dengan pak Inu, ketika pergi haji disempatkan pula membawa mesin ketik, tentunya untuk tujuan menulis].

JUDUL : Jangan Jadi Orang Miskin
PENGARANG : Uken Junaedi
PENERBIT : Dimensi Publisher Jl. Dahlia II GBA 3 Blok N6 No.12 Bandung 40287 Telp. : [022] 87520306 E-mail: visi_dimensi@yahoo.co.id
CETAKAN : I September 2007
ISBN : 979-3114-12-6
JUMLAH HALAMAN: 106
[Dari smpulnya saja, buku ini sudah memotivasi pembacanya. Buku ini wajib dimiliki seorang-orang yang mempunyai cita-cita untuk kaya raya. Tertulis di sampul, ”memang menyakitkan jadi orang miskin,..selalu dalam posisi yang sulit, rumit, dan tidak bisa maju, tidak bisa meraih keinginan, serta selalu ”tidak dihargai” alias dipandang sxebelah mata. Dengan buku ini Anda akan tahu bagaiman menggunakan ”Ilmu Tolak Miskin” untuk meraih kekayaan yang benar, kaya dari segi materi ataupun spiritual untuk mencapai tujuan sejahtera dunia akhirat” Uken Junaedi menulis buku ini, karena dimodali pengalamannya menjadi seorang orang yang dapat di kata ”luar biasa”. Sejak lulus langsung bergabung dengan perusahaan multi nasional, PT Simens Indoensia. Kemudian sederetan perusahaan yang berjaya di republik ini seperti PT Grafindo Media Pratama, Global Universah dan pada perusahaan Karya Kita Group, pernah menjadi ruang kreatifnya. Pelatihan internasional menjadikan dirinya lebih mantap dalam menuangkan gagasannya di buku ini. Melalui buku ini khalayak pembaca dimotivasi. Atau di ”gendam ” untuk lebih bersemangat dalam menatap masa depan. Buku ini sangat baik untuk dibaca para pembina kemahaasiswaan karena isinya memicu orang kedalam pusaran etos kerja. Terdapat 17 tulisan, yang bentuknya esai, dengan judul bab yang menarik, misalnya:



  1. Jangan malas sedetikpun

  2. Bergauil dengan orang optimis

  3. Jangan berhutang untuk konsumtif.

Penyajiannya cukup santai, sehingga memungkinkan pembaca segera merubah paradigma.]


JUDUL : Remaja Miskin dilarang Pacaran
PENGARANG : Muhammad Muhyidin
PENERBIT : Binar Press Samaan KG3/678A RT.35 RW38 Kotagede Yogyakarta TelP; [0274] 7808147 E-mail: binar-citramedia@hatmail.com.
CETAKAN : I Mei 2005
ISBN :
JUMLAH HALAMAN: 197
[Orang akan berkata, betapa dikriminatif judul buku ini, ”Remaja Miskin Dilarang Pacaran”, namun setelah membaca lengkap ternyata buku ini seperti kamus tentang pacaran, menceriterkan pacaran mulai dari terminologi, proses dan kemungkinan penyimpangan. Potensi penyimpangan yang begitu besar melanda dalam pancaran, diungkapkan dengan maksud memberikan ”warning” pada remaja. Lalu bagaimana terkait dengan judul?. Buku ini menjawabnya melalui suatu argumentasi yang diangkat dari ranah empirik. Pacaran pada akhirnya membawa kecenderungan kearahan yang kurang menguntungkan. Pacaran dengan segala konsekuensinya, akan menyadarkan pada kita, karena pacaran dapat menimbulkan kemiskinan hati, kemiskinan iman bahkan juga pada kemiskinan materi. Sampul belakang buku ini tertera tulisan sebagai berikut:
”Buku Remaja Miskin Dilarang Pacaran ini hadir bukan untuy menghakimi para remaja yang berpacaran, bukan pula untuk menuduh agama berbuat zalim kepada remaja sebab mengharamkan pacaran. Dengan bahasa lugas, cerdik, cerdas, dan mengena. Muhammad Muhyin menyuguhkan buku ini tentang seluk-beluk berpacaran. Anda akan mendapatkan penalaran, pemahaman, dan bahkan praktik jatuh cinta yang mudah dan mendebarkan, tanpa harus memusingkan diri untuk terjebak pada dosa tidak dosa—halal atau haram. Hanya satu remaja yang haram berpacaran, ialah remaja miskin”]


JUDUL : Orang Kaya di Negeri Miskin
PENGARANG : Eko Presetyo
ALAMAT :Resist Book Jl Magelang Km. 5 Gg. Bima No. 39 Kutu Dukuh Yogyakarta 55284 Telepon [0274] 550439,7422761 E-mail: resistbook@gmail.com. Web. http://www.resistbook@gmail.com/
CETAKAN: I, Juli 2005
ISBN : 979-3723-03-3
JUMLAH HALAMAN:172.



.

Friday, January 4, 2008

HOMESCHOLLING, LEGAL DAN TIDAK NAKAL

Orang pasti menyangka, bahwa sekolah itu harus di kelas dan ruangan tertentu, berseragam dan dijadwal secara ketat. Ternyata tidak harus demikian. Hal tersebut akan di urai lebih lanjut oleh beberapa pemerhati pendidikan.
Kemarin warung kami di undang oleh kawan karib, Dr. Ir.Daniel M. Rosyid, Dewan Pendidikan Propinsi Jawa Timur, untuk ikut serta seminar “Homeschooling, pendidikan formal dan pendidikan Alternatif, prospek dan tantangannya". Rencana pelaksanaan menurut SMSnya tanggal 5 Januari di Auditorium Indosat Jalan Kayun Surabaya. Pembicaranya adalah :
1. Dr. Ir. Daniel M. Rosyid Ketua Dewan Pendidikan Prop. Jatim
2.Izza M. Ahzin, Pengarang Buku “Dunia tanpa sekolah”, masih "imut", ketika menulis buku tersebut masih berusia belasan tahun.
3.Sulistyanto Soejoso, Penasehat ASAH-PENA [Asosisasi Sekolah rumah dan Pendidikan Alternatif) Jatim
Warung kami merasa berkepentingan, karena warung kami lahir untuk kepentingan membangun minat baca termasuk menumbuh kembangkan pendidikan alternative lewat blogger. Setelah kami aduk-aduk tumpukan buku yang ada di Warung kami ternyata, terdapat beberapa buku yang seirama dengan seminar Bung Daniel M. Rosyid. Sebutsaja buku-buku yang terkait dengan pendidikan alternative serta buku-buku yang bernada sinis terhadap pendidikan formal.
Mudah-mudahan seminar ini bukan mempertentangkannya, namun lebih membuat sesuatu semakin cerdas.
JUDUL : Dunia Tanpa Batas
PENGARANG : M.Izza Ahsin
PENERBIT :Read! Publishing House Kelompok Mizan. Jl. Cinambo No. 135. Cisaranten Wetan, Bandung 40294 Telp. [022] 7834310. E-mail: readpublishinghouse@yahoo.com.
CETAKAN : I April 2007
ISBN : 979-3828-41-2
JUMLAH HALAMAN:247
[Buku ini mengendus kisah nyata seorang anak usia 15 tahun yang terpenjara oleh sekolah formal. Maaf warung kami akan membahas lebih lanjut setelah tanggal 7 Januari 2008, untuk menghargai dan tidak menggurui seminar yang akan dilaksanakan tanggal 6 Janurai 2008 ].

JUDUL : Homeschooling Panduan
PENGARANG : Maulia D. Kembara. MPd
PENERBIT : Progressio Yogyakarta Jl. Babakan Sari I No. 71 Kiara Condong, Bandung 40283 Telp. [022] 7208298.
CETAKAN : Agustus 2007
ISBN : 978-979-793-289-3
JUMLAH HALAMAN: 306
[Buku ini ternyata juga merujuk bukunya Everet Reimer seorang pakar pendidikan yang reformis, menyatakan bahwa sistem sekolah formal yang kaku dan saat telah almarhum, atau mati . Karya Reimer ”School is dead” telah di alih bahasakan oleh Prof. Dr. Sudomo. Disamping mengurai terminologi homescooling, serta beberapa manfaatnya buku ini juga menyajikan mitos kekawatiran orang terhadap homeschooling, tentunya disertakan pula solusinya. Panduan yang memuat kurikulum untuk anak ausia 6-12 tahun dipaparkan secara rinci. Untuk memberikan penguaan terhadap homeschooling, buku ini memasang deretan nama tokoh dunia atau nusantara yang sevisi dengan homeschooling. Mulai dari Abrhaman Lincolin sampai dengan Buya Hamka]

JUDUL : Home schooling A Leap for better learning [Lompatan Cara Berlajar]
PENGARANG : Sumardiono
PENERBIT : PT Elex Media Kumpotindo
CETAKAN : II September 2007
ISBN : 978-979-27-0886-8
JUMLAH HALAMAN: 190
[Penulis buku ini adalah pendekar Homeschooling, Ia adalah seorang Insinyur lulusan ITB, Sumardiono, bersama istrinya Ibu Lala sangat aktif dalam aktivitas yang satu ini. Bahkan membangun situs keluarga di dunia maya, dengan alamat http://www.sumardiono.com/. Barangkali tekadnya yang kuat dapat dilihat dari pengembangan jaringan yang di bangun melalui http://www.sekolahrumah.com/
Memposisikan bukunya sebagai lompatan cara belajar [A leap for better learning], kalayak pembaca yang dibidik adalah pecinta anak dan pendidikan. Legalitas komeschooling juga diungkap diantaranya adalah amanat UUD 1945 pasal 31, kemudian adalah amanat konstitusi yakni UU nomor 20/2003 yang mengatur Sistem pendidikan Nasional. Tentang setaraan peserta homeschooling dengan sekolah formal juga diungkap, lebih meyakinan adalah dukungan dalam bantuan kepada homeschooling. Jika dalam sekolah formal disebut BOS – Bantuan Opreasional Sekolah, untuk homeschooling disebut dengan BOP – Bantuan Operasional Pendidikan. Sisi lain yang dapat memberikan ketenangan peserta homeschooling adalah sumber belajar saat ini kian meluas diantaranya adalah situs-situs internet seperti:
Larning Page [ http://www.learningpage.com/.]
Situs yang memberikan materi pengajaran mulai dari rencana pembelajaran, buku, lembar kerja dll yang diproduksi secara profesional yang dapat di download dan dicetak secara gratis.
Crayola Creativity Central [ http://www.crayola.com/.]
Situs untuk aktivitas mewarnai, Art & Crafts, Card Creator, Color Corner, Games, Leasons Plans. Dapat di download gratis.
How Stuff Work [ http://www.howstuffwork.com/. ]
situs yang menyediakan belajar mengenai bagaimana cara kerja segala sesuatu
Billy Bear 4 Kids [ http://www.billybear4kids.com/.]
Situs yang menyediakan pengajaran komputer menyenangkan bagi anak-anak.
How Stuff Work [ http://www.uen.org/.]
Situs yang menyediakan rencana pemebelajaran inti dan kurikulum gratis untuk K-12
Kemudian juga diketengahkan Jurnal /blog keluarga Homeschooling.
http://www,sumardiono.com/, jurnal lkeseharian homeschooling Indonesia
http://www.earlyhomeschooling.com/ Homeschooling biligual oleh keluarga Indira Genowati. Saat ini tinggal di Amerika Serikat
http://www.primary2hiomeschooling.blogspot.com/. Blog yang menyediakan informasi homeschooling keluarga Ines Setiawan.]

JUDUL : Home schooling Untuk Anak
PENGARANG : Loy Kho
PENERBIT : Kanisius Yogyakarta Jl. Cempaka Deresan Yogyakarta 55281 Kotak Pos 1125/YK Yogyakarta.. [0274] 588783. E-Mail : office@kanisiusmedia.com
Web: http://www.kanisiusmedia.com/
CETAKAN : 2007
ISBN : 979-21-1563-3
JUMLAH HALAMAN: 104
[Penulis buku ini ternyata juga seorang-orang praktisi homeschooling, pada saat ini berdomisili di Amerika Serikat mengikuti suaminya. Bersama suaminya mengasuh pendidikan ketiga putranya dengan Homeschooling, bahkan pratik pendidikan yang dilakukan mendapat pengesahan dari pemerintah atau resmi terdaftar di North Carolina Departement of Non Public-Education dengan nama dipilihnya: Cornerstone Liberty Academy. Penuturan buku ini seperti cerita tentang dirinya ketika di negeri Paman Sam, muyulai bagaimana sepak terjang pendidikan dan juga bagaimana orang berpaling dar sekolaf formal ke homeschooling. Ternyata homeschooling telah berkembang dan beranak pinak sejak lama. George Washington, Abraham Licoln, Thomas Alva Edison, Benyamin Franklin adalah contoh seorang-orang yang menjalani pendidikan lewat homeschooling. Menarik dcermati dalam buku ini adalah testimoni Jhon Tylor Gatto, seorang Guru teladan di New York yang memaparkan bobroknya pendidikan di negeri ini. Lebih lanjut terpapar bahwa pada saat penguasa atau pemilik modal merasa perlu melakukan kontrol terhadap masyarakat dan mengindoktrinasi massa untuk memiliki pandangan yang sama dengan pemilik modal, maka pada saat itulah sekolah massal [klasikal] dimulai. Kendati Amerika Serikat negara yang mengklaim dirinya sebagai negara asal demokrasi, ternyata terdapat beberapa negara bagian yang sangat ketat menerapkan aturan, sehingga kehadiran homeschooling juga berhadapan dengan aturan ketat tersebut. Tapi juga ada negara bagian yang sangat welcome. Buku ini juga memberikan informasi perkembangan homeschooling yang begitu luar biasa, pada tahun 2004-2005 di North Carolina saat terdapat 58.750 anak yang mengambil pilihan belajar di Homeschooling. Bersemainya sekolah rumah ini diindikatori adanya tuku buku khusus yang menyediakan buku-buku bertajuk homeschooling. Nama toko buku tersebut adalah Home School Gathering Place, warung buku berkeinginan link dengan toko buku ini.]


JUDUL : Rumahku- Sekolahku Homeschooling
PENGARANG : A.Abe Saputra
PENERBIT : GRHA Pustaka [Kelompok Penerbit Pinus) Jl.Tegal Melati N0. 118 C Jongkang (Belakang Mojali) Sleman Yogyakarta 5581 Telp. Redaksi [0274] 869646 E-mail: rumahpinus@yahoo.com.
CETAKAN : I Juli 2007
ISBN : 978-979-16377-2-5
JUMLAH HALAMAN: 148
[Kendatipun buku ini merupakan buku saku, ternyata sangat sarat dengan penjelasan konkrit homeschooling, buku ini menyajikan tulisan yang seakan-akan mempromosikan pentingnyan homeschooling. Tokoh-tokoh nasional yang lahir dari daratan homeschooling juga diungkap. Buku ini juga memperjelas kedudukan homeschooling, sebagai pendidikan yang legal di negeri ini. Pikiran-pikiran yang memberikan pencerahan juga disajikan dalam buku ini, dan tidak tanggung-tanggung buku mencuplik pendapat tokoh yang mendunia, untuk pemicu.Tokoh-tokoh itu antara lain:
Rabindranath Tagore, yang mengatakan ”sekolah adalah siksaan tak tertahankan”
Kahlil Gibran, ” Apakah akan datang masa ketika Guru manusia adalah alam, kemanusiaan adalah bukunya”
Buku ini secara lugas juga memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang Homeschooling, bahkan juga memberikan resep-resep manjur untuk orangtua yang sudah terpikat dengan kegiatan rumah sekolah. Mitos dan intepretasi yang salah juga diangkat dalam buku ini, sekedar untuk menujukkan pada khlayak pembacanya, agar lebih memahami yang sesungguhnya.Lampiran Buku ini memberikan informasi terkait dengan alamat homeschooling, serta situs yang ada di internet:
Sekolah Jerapah Kecil:
Pimpinannya: Ibu Emmy Soekresno S.Pd
Alamata : Jl. Sadar Ujung RT 08/10 RTM, Kelapa Dua, Cimanggis, Depok. Telp. [021] 70232844. E-mail : jerapahkecil2000@yahoo.com
Komunitas ”Berkemas”
Pimpinan : Ibu Yayah Komariah S.Pd
Alamat : Jl AUP, Gang Haji Mesir 2, Rt 002/010, N0.028 Telp. [021] 78839571.
Sumber online yang dapat dimanfaatkan untuk bahan ajar dalam homeschooling:
http://www.howstuffworks.com/
http://www.homeschoolzone.com/
http://www.homeschoolearning.com/
http://www.homeschoolmath.net/
http://www.homeschooling.gomilpitas.com/
http://www.austega.com/gifted/index.htm
http://www.nationalgeographic.com/kids/
http://www.kidsolr.com/ ]

JUDUL : Homeschooling Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku
PENGARANG : TIM Kompas
PENERBIT : PT Kompas Media Nusantara Jl. Palmerah Selatan 26-28 Jakarta 10270 E-mail: buku@kompas.com.
CETAKAN : II september 2007
ISBN : 978-979-709-316-7
JUMLAH HALAMAN: 162
[Seputar pelaksanaan homeschooling di Indonesia, utamanya yang berada di Ibu kota di kupas dalam buku ini. Putra para tokoh dan pejabat di Indonesia ternyata banyak yang ”kesemsem” alias terpesona pada aktivitas belajar yang bertajuk homeschooling. Kita pasti mengenal seorang yang bernama N.Riantiarno, seorang-orang yang acapkali muncul di kaca TV, merupakan budayawan terkenal dengan gagasan cerdiknya. Saat ini mempercayakan putranya, Gagah Tridarma Prasetya, untuk ikut model pembelajaran ini. Ada pula seorang anggota DPR yang melirik model ini, berliau adalah anggota Komisi X DPR yang membidangi masalah-masalah pendidikan, Masduki Badowi. Putranya sejak SMA kelas satu tidak kerasan pada sekolah formal, saat ini telah merasa cocok untuk berada di ruang belajar homescooling. Model pendidikan alternatif yang terkait dengan kejuruan juga dibahas dalam buku ini, yang memberikan alternatif baru, bahwa sekolah ternyata juga bisa cari duit. SOKG yang dimaksud, SOKG, adalah model pembelajaran pada seorang-orang yang tidak pada posisi di sekolah formal, pembelajaran diberikan dalam bentuk ketrampilan hidup. Pada sekolah ini segmen ketrampilan yang diberikan adalah otomotif. SOKG singkatan dari Sekolah Otomotif Kartini Gratis. Sekolah ini oprasionalnya di Jalan Pulo Asem Utara Raya Np.72, Kelurahan Jati Kecamatan Pulo Gadung. Jakarta Timur.
Yang unik buku ini ternyata juga sempat ngrasani UN-Ujian Nasional dengan lead, Ujian Nasional dan Suara Anak, dalam keterangan teks photo tertulis kata ” Bagi sejumlah anak, ujian nasional yang mematok angka minimal standar kelulusan kini talah menjadi semacam teror dan momok yang menakutkan. Ternyata pembahasan Ujian Negara ini terkait dengan tulisan yang menggambarkan, apakah homeschooling juga dituntut dengan Ujian Nasional?.]

JUDUL : Homeschooling Keluarga Kak Seto
PENGARANG : Seto Mulayadi
PENERBIT : Kaifa PT Mizan Pustaka Jl. Cinambo No. 135. Cisaranten Wetan, Bandung 40294 Telp. [022] 7834310. E-mail: kaifa@mizan.com.
CETAKAN : III september 2007
ISBN : 978-979-1284-05-9
JUMLAH HALAMAN: 208
[Buku ini dikemas secara santai, lay-out maupun sajiannya cekli, dan mudah dipahami, barangkali karena dibelakang buku ini ada sosok manusia yang bernama Hernowo, seorang-orang yang pakar bidang penerbitan. Sampul depan buku ini tertera tulisan, Buku panduan praktis dan siap pakai. Mudah, murah, meriah dan direstui pemerintah. Buku ini mengungkap bahwa home schooling bukan aktivitas pendidikan liar, namun sebuah pendidikan alternatif yang legal alias direstui pemerintah.
Dengan jelas buku ini menunujukkan bahwa pemerintah telah merestui, ini ditandai dengan legalitas yang merujuk UU Sisdiknas No. 20/2003 tepat pasal 27 ayat 2....hasil pendidikan informal [homeschooling] diakui sama dengan pendidiksn formal [sekolah negeri atau swasta], dan nonformal [ kursus-kursus] setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Tokoh-tokoh Nasional yang tumbuh dan berkembang lewat homeschooling juga diungkap, mulai dari KH. Agus Salim Hingga Hamka.
Lewat buku ini akan membuka khalayak pembacanya, untuk lebih mengetahui bahwa hingga saat ini banyak penerbitan lain, misalnya:
Ibuku-guruku : Belajar di rumah dalam balutan kearifan dan kehangatan [kisah sukses homeschooling] oleh Mary Layne, Penerbitan MLC, Bandung, 2005
Belajar Tanpa Sekolah : Bagaimana Memanfaatkan Seluruh Dunia sebagai Ruang Kelas Anak Anda, oleh Penerbit Nuansa Bandung, 2006
The Everything Homeschooling book, oleh sherri Linsenbach, Adams Media Corporation, Avon, 2003
Homeschooling: Answer to Question Parents Most Often Ask, Creative Teaching, oleh Deborah dan Windaham, Robert, Press,Inc., Cypress, 1995.
Homeschooling your child free, oleh Gold, Laura Maery dan Zielinski, Joan M Three Rivers
Homeschooling ”Take a Deep Breath You Can Do This!, oleh Terrie Lynn Bittner, Mapletree Publishing Company, Denver, 2004
The Ultimate Book of Homeschooling Ideas, Three Rivers, oleh Dobson Linda New York, 2002. dll.]

JUDUL : Ibuku Guruku
PENGARANG : Marty Layne [terjemahan]
PENERBIT : MLC Jl.Golf Barat X No. 2, Bandung 40293 Telp. [022] 7103950. E-mail: penerbit@mizanlc.com. Web : http://mizanlc.com/
CETAKAN : I Agustus 2005
ISBN : 979-3611-23-5
JUMLAH HALAMAN: 429
[Pengakuan seorang Ibu dengan empat putra, yang melakukan model pembelajaran dengan wadah homeschooling, melalui pengalamannya ditorehkan dalam buku dengan gaya ceritera atau testemoni hidup, mengantarkan pembaca memahami homeschholing. Terkait dengan para Ibu, maka buku ini memberikan reinforcement bahwa setiap Ibu pasti mampu melaksanakan kegiatan ini. Berkaca dari pengalaman itu ternyata sumber belajar itu, terdapat disekitar rumah kita. Kiat-kiat sederhana terpancar lugas dari pengalaman seorang bernama Marty Layne, dan mudah untuk dipraktikkan. Buku ini tidak menutup diri untuk dibaca siapapun, karena dengan membaca pengalaman, seorang orang akan mudah mencari alternatif dengan cepat. Utamanya bila orang tua sedang menghadapi kendala pembelajaran.]



BERIKUT BUKU BERNADA SINIS TERHADAP SEKOLAH FORMAL:
[Buku buku ini ada di warung kami, dan pada saat yang tepat akan dibahas khusus, masih banyak jenis buku semacam ini, tapi semuanya tidak dapat dianggap sinis, bisa juga dikatakan sedang mengkritisi]. Kami meyimpan banyak buku Ivan Ilich, dan buku dengan judul yang nggak enak di kuping tapi enak dibaca, seperti:
Sekolah belenggu
Matinya Sekolah
Pendidikan yang diperdagangkan
MC Donalisasi pendidikan, dan......masih berjimbun tunggu tanggal mainnya.

JUDUL : Selamat Tinggal Sekolah
PENGARANG : Yusran Pora
PENERBIT : MedPressYogyakarta Jl.Irian Jaya D-24, Perum Nogotirto II Yogyakarta 55292 Telp. [0274] 7103084.
CETAKAN : II 2007 (Edisi Revisi)
ISBN : 979-9222-91-5
JUMLAH HALAMAN:172

JUDUL : Lebih Baik Tidak Sekolah
PENGARANG : Sujono Samba
PENERBIT : LKIS Yogyakarta Salakan Baru No. 1 Sewon Bantul Jl. Parangtritis Km.4,4 Yogyakarta Telp. [0274] 387194.
CETAKAN : I Januari 2007
ISBN : 979-25-5259-6
JUMLAH HALAMAN: 93

JUDUL : Sekolah Itu Candu
PENGARANG : Roem Topatimasang
PENERBIT : Pustaka Pelajar Jl. Celeban Timur UH III/548 Yogyakarta 55167 Telp. [0274] 381542.
CETAKAN : Agustus 2007
ISBN : 979-9075-58-0
JUMLAH HALAMAN: 139

JUDUL : Sekolah Bukan Segalanya [pendidikan Kristis Ala Totto-Chan]
PENGARANG : Aprinalistria, S.Psi, S.Fil
PENERBIT : : Pustaka Pelajar Jl. Celeban Timur UH III/548 Yogyakarta 55167 Telp. [0274] 381542. E-Mail : pustakapelajar@telkom.net.
CETAKAN : Agustus 2007
ISBN : 978-979-1277-68-6
JUMLAH HALAMAN: 91

Tuesday, January 1, 2008

BANJIR, BENGAWAN SOLO

Banjir telah menyedot perhatian Presiden, secara mendadak Karanganyar Jateng dikunjungi. Penyebabnya sudah pasti diketahui, yakni Bengawan Solo, lagunya telah lama memberikan peringatan kepada kita, tapi manusia tetap terlena. Mencari siapa yang salah justru tidak menguntungkan, karena yang saat ini diperlukan adalah mengatasinya dengan segera.
Jawa Pos terbitan tanggal 1 Januari 2008 memberikan ilustrasi elevasi Waduk Gajah Mungkur Wonogiri, yang memberikan batas toleransi aman 135 meter, tapi pada hari Minggu tanggal 30 Desember 2007 telah mencapi 136,38 meter dengan debit buangan sekitar 250 meter kubik/detik. Tak ayal aliran bengawan mengganas Mulai dari Kabupaten Sukoharjo, Solo, Sragen, Ngawi, Bojonegoro, Lamongan Hingga muaranya di Gresik, memberikan hadiah banjir.
Melihat realitas ini Warung Kami kelimpungan mencari buku-buku yang membicarakan Banjir, dengan niat “luru” sampai ketemu. [“luru”= mencari-cari. Jawa]. Akhirnya ketemu juga. Judul buku itu adalah “ Banjir Bandang Di Kota Bengawan”
Buku ini tergolong lumayan umurnya, karena buku ini sudah berumur 41 tahun, tepatnya terbit bulan Mei Tahun 1966. Lahirnya buku ini atas perintah Brigade Invanteri – 4 Perkuper Ex Krisidenan Surakarta, Kodam VII Diponegoro. Isi perintah agar kejadian ini didokumentasikan untuk pembelajaran kelak.
Isinya berkisar kejadian banjir yang melanda wilayah ex Karesidenan Surakarta, karena kejadiannya masih dalam lingkup mencekam yakni 6 bulan setelah G-30S PKI, maka isi buku ini selalu memperingatkan masyarakat waspada, agar situasi ini tidak dimanfaatkan oleh kegiatan kontra revolusi.
Waperdam a.i. bidang Hankam Men/Pangad Let. Jen Soeharto, ketika meninjau daerah banjir mengatakan:
,..Sebab utama banjir terutama adalah karena kesalahan penggundulan hutan-hutan di Wonogiri, sehingga menimbulkan erosi dan mengakibatkankencangnya air yang mengalir ke bawah. Pengundulan itu sudah jelas dulu-dulu dikerjakan oleh PKI dengan ormasnya BTI yang merupakan perbuatan yang tidak dipertanggung jawabkan terhadap keselamatan rakyat. Ini menjadi pelajaran bahwa pengundulan tanah adalah berbahaya sekali dan banyak akibatnya…..!.
Rata-rata berbagai sambutan dalam buku senada dengan yang disampaikan Let Jen Soeharto, bahwa biangkeroknya adalah PKI. Mulai dari Sambutan Komandan Brigade Infanteri 4/Perkupert Ex Karesidenan Surkakarta, hingga Sambutan Komandan Kodim 95 Surakarta. KBP. Drs. Sarwono menyatakan demikian. Kecuali sambutan Pembantu/Penghubung Gubernur Kepala Daerah Jawa Tengah Di Surakarta sama sekali tidak menyebutkan biangkeroknya.
Karanganyar, sejak dulu telah tercatat sebagai pelanggan tetap banjir, ketika itu tanggal 16 Maret 1966, ternyata setelah surut, 10 hari kemudian banjir terulang kembali [26-27 Maret 1966], barangkali ini suatu peringatan kepada kita untuyk tetap hati-hati, kertika air mulai surut, barngaklai banjir akan menghampiri lagi.
Yang menarik dalam buku ini dijadikannya bencana banjir sebagai bencana nasional, tak urung beberapa Negara memberikan bantuan, ternyatat dalam buku ini sebagai berikut:
INDIA dan JEPANG:
Menko Kesejahrteraan H.M. Muljadi Djojomartono selaku ketua Panitia Pusat Bencana Alam menerima sumbangan dari Kedutaan Jepang dan India Masing-masing Rp. 15,4 juta dan Rp. 15 Juta rupiah. Disamping itu pemerintah Jepang menyediakan bantuan 20.000 ton beras sebagai bantuan ekonomi dan pada bulan Mei 1966 beras itu tiba.
PHILIPINA:
Selain ikut merasakan kawatir atas bencana nasional banjir di Indoensia Presiden Philipina Marcos, lewat Dubes Reyes telah menyerahkan uang sebesar Rp. 1.600.- [uang baru]
AUSTRALIA:
Pemerintah Australia memberikan sumbangan beras kepada Indonesia sebesar 200 ribu dollar Australia. Keputusan ini telah disampaikan oleh penjabat Menlu Australia senator Gerton kepada Dubes Indonesia di Australia Mayor Jendral Kosasih
AMERIKA SERIKAT:
Sementara itu Amerika telah memberikan bantuan pangan antala lain bulgur, susu-bubuk, tepung teriguu yang seluruhnya sejumlah 4.5000 ton. Bahan-bahan pangan yang didatangkan dari Amerika Serikat tersebut, melalui Wali Gereja Katolik Indonesia.
Ternyata semua komponen angkatan bersenjata ketika itu bahu membahu meringankan penderitaan rakyat. Kecuali Korp Baret Merah [RPKAD] karena sedang menekuni tugas lainnya yang tidak boleh dianggap tidak penting. Komandan RPKAD, Kolonel Sarwo Edhie Wibowo, akhirnya menulis surat yang ditujukan kepada rakyat yang sedang tertimpa bencana. Isi suratnya antara lain.
..Dalam suasana penugasan RPKAD yang padat dewasa ini, kami terpaksa tidak dapat turut membantu mengatasi penderitaan dari pada saudara saudara kita didaerah yang dilanda banjir itu. Dengan hati yang tulus ikhlas, oleh karena setiap prajurit disegenap tanah air, telah diserahkan 10% dari pendapatan mereka dalam bulan Maret 1966 untuk selanjutnya diteruskan kepada saudara-saudara yang membutuhkan bantuan…
Dalam buku ini menggambarkan suasana yang penuh dengan tingkat kewaspadaan tinggi, dan mencekam, ketika itu. Pangdam VII Brig.Jen Suryosumpeno selaku Peperda Jawa Tengah Di Yogyakarta dalam pengumumannya yang dikeluarkan tanggal 22 Maret 1966 menyatakan bahwa: keluar masuk Solo harus membawa surat keterangan.
Buku ini juga mengetengahkan serba-serbi banjir mulai ditinjau dari sisi rochaniah hingga masalah teknis, dan ditutup dengan pertanggung jawaban keuangan.

JUDUL : Banjir Bandang Di Kota Bengawan
PENGARANG : Penerangan Pekuper Ex Karesidenan Surakarta
PENERBIT : Pekuper Ex Karesidenan Ex Surakarta
CETAKAN : 1966
ISBN :
JUMLAH HALAMAN:136

Jejak rekam: Buku ini pemilik pertamanya adalah W.Pradoso Baturetno Wonogiri, tertanggal 3 Januari 1967. Warung kami mengkais dari komunitas buku lawas /rombengan buku bekas depan Stasiun Kerata Api Kota Baru Malang tanggal 31 Desember 2007,

[Pekuper : Pelaksana Kuasa Perang]