Kalau ingin tahu siapa di belakang Capres kita, baca buku ini. Mulai dari nama tim pengusung, tim yang sangat spesial, hingga barisan jendral pendung, terkupas tuntas. Judulnya memang bombastis, yang menggambarkan seakan-akan SBY sebagai capres sedang digempur di kanan kiri, bahkan buku ini judulnya mengesankan jika SBY sedang dikeroyok ternyata isisnya lebih memberikan informasi tentang siapa dan mengapa capres itu.
Effendi Gazali,PhD, MSP ID, Koordinator Program Master Komunikasi Politik UI, yang juga Alumnus Cornell University & Radbound University ini. diundang memberikan pengantar. Menurut Gazali bahwa saat ini kita berada pada era 'pencitraa', dan ketika berada diwilayah pencitraan itu, orang harus sadar dengan formula "3C". [Consumerism, Celebrity, Cynism]. Jika hal itu ditempuh, maka kemungkinan untuk menang capres akan terwuju. Saat ini para calon presiden digarap bagaikan Celebrity, diiklankan dimana-mana. Tidak hanya Baliho dan radio, namun koran hingga televisi menyiarkan. Katanya C yang ketiga: Cynism-sinisme: di wilayah ini melahirkan begitu banyak "plesetan" dari iklan politik sampai pada ungkapan-ungkapan ketika yakinan terhadap para capres dalam percakapan sehari-hari.
Buku ini sejatinya ingin mencoba menyajikan ketiga C tersebut, sambil di sana sisni mendiskusikan, mempersolakan, embongkar pencitraan yang ada hingga ke dunia nyata politik kita.
Data buku
JUDUL: Bersama Mengerorok SBY, bisa?
PENULIS: Thamrin Sonata
Effendi Gazali,PhD, MSP ID, Koordinator Program Master Komunikasi Politik UI, yang juga Alumnus Cornell University & Radbound University ini. diundang memberikan pengantar. Menurut Gazali bahwa saat ini kita berada pada era 'pencitraa', dan ketika berada diwilayah pencitraan itu, orang harus sadar dengan formula "3C". [Consumerism, Celebrity, Cynism]. Jika hal itu ditempuh, maka kemungkinan untuk menang capres akan terwuju. Saat ini para calon presiden digarap bagaikan Celebrity, diiklankan dimana-mana. Tidak hanya Baliho dan radio, namun koran hingga televisi menyiarkan. Katanya C yang ketiga: Cynism-sinisme: di wilayah ini melahirkan begitu banyak "plesetan" dari iklan politik sampai pada ungkapan-ungkapan ketika yakinan terhadap para capres dalam percakapan sehari-hari.
Buku ini sejatinya ingin mencoba menyajikan ketiga C tersebut, sambil di sana sisni mendiskusikan, mempersolakan, embongkar pencitraan yang ada hingga ke dunia nyata politik kita.
Data buku
JUDUL: Bersama Mengerorok SBY, bisa?
PENULIS: Thamrin Sonata
PENERBIT: Gempita Books. Jl. H.Naman No. 45-E, Pondok Kelapa, Jakarta-13450. Telp: [021] 86 556 86. E-mail: gempitabooks@yahoo.co.id
ISBN: 978-979-19875-0-9
CETAKAN: I Juni 2009
Rupanya buku ini menjadi menarik karena isi buku ini mengangkat dunia perseteruan, persaingan dan atau komunikasi politik, bahkan menampakkan perilaku-perilaku politik yang mengelitik. Warung berupaya menyadap beberapa pernyataan-pernyataan para capres atau beberapa pakar terkait.
Pernyataan-pernyataan itu antara lain:
()
Menjadi incumbent itu ada plus dan minusnya. Biasanya dikeroyok, dijadikan musuh bersama, It is Okay
[Susilo Bambang Yudhoyono]
()
Saya akan mati-matian berjuang memenangkan pilpres
[Boediono]
()
Kalau pemimpin tak berani mengambil risiko, janjadi pemimpingan
[Jususf Kalla]
()
Saya tidak merasa turun derajat sebagai cawapres
[Wiranto]
()
Saya kan calon presiden paling cantik
[Megawati Soekarnoputri]
()
Saya tak pernah berkhianat!!!
[Prabowo Subianto]
()
Setiap Capres dan Cawapres memendan "balas dendam" politik satu sama lain. Yudhoyono dan Kalla yang semua berduet kini justru berduat merebut RI-1. Sementara itu, Capres daur ulang pilpres 2004 putaran kedua, Megawati dan Yudoyono, adalah musuh bebuyutan yang hendak membuktikan popularitas masing-masing
[Prof.Syamsuddin Harir-Professor Riset Ilmu Politik]
()
Kaum miskin makin banyak. Masih ada yang makan nasi aking
[Wiranto]
()
Dulu negara kita makmur. Sekarang rakyat hidup susah
[Prabowo Subianto]
()
BLT hanya membodohi rakyat
[Megawati Soekarnoputri]
()
Indonesia memerlukan pemimpin yang tegas dan berani
[Sutiyoso]
()
Peruntukan utang belum sepenuhnya digunakan untuk rakyat. Pemerintah hingga kini tidak bisa membedakan anatar aset negara, dan pendapatan pemerintah
[Sultan Hamengkubuwono X]
()
Ekonimi kita berjalan di tempat. Bebera menurun
[Rizal Ramli]
()
No comments:
Post a Comment