SILA CARI DI SINI!

Google

Wednesday, August 22, 2012

TAN MALAKA [MERAJUT MASYARAKAT DAN PENDIDIKAN INDONESIA YANG SOSIALISTIK


 MELALUI BAB III BUKU INI, ORANG BISA BELAJAR TENTANG EPISTEMOLOGI:
Dari cara orang berpikir itu kita dapat duga filsafatnya dan dari filsafatnya kita dapat tahu dengan cara apa ia sampai ke filsafatnya," inilah perumpamaan yang dibuat Tan Malaka untuk melihat entitas diri manusia. Untuk itu, membahas pemikiran seseorang atau suatu tokoh tentu tidak bisa lepas dari analisis epistemologinya. Pasalnya, dari situlah kita bisa menganalisis sejauh mana subjek menjelaskan posisinya dalam dunia objeknya.
Epistemologi sendiri merupakan cabang filsafat yang secara khusus membahas teori ilmu pengetahuan. Epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana manusia mendapatkan pengetahuannya, apakah sumber-sumber pengetahuannya, hakikat, jangkauan, dan ruang lingkup pengetahuannya, dan sampai tahap mana pengetahuan yang didapatnya dikonseptualisasikan. Selain epistemologi, ada juga ontologi yang membahas mengenai hakikat ilmu pengetahuan dan aksiologi yang membahas mengenai kegunaan ilmu pengetahuan. Ketiga hal ini saling berkaitan. Namun, Ini pulalah yang dikemukakan Bertrand Russel dalam Avrum Stroll,
"Bisakah kita amati apa-apa tentang diri kita sendiri yang kita tidak dapat mengamati tentang orang lain, atau segala sesuatu yang kita dapat mengamati publik, dalam arti yang lain juga bisa mengamati jika sesuai ditempatkan."
Pembahasan mengenai epistemologi penekananpada pembahasan ini lebih ditujukan pada epistemologi. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya mengetahui bagaimana konstruksi pengetahuan Tan Malaka.
Secara etimologi, epistemologi berasal dari bahasa Yunani episteme yang berarti pengetahuan dan  logos yang berarti ilmu. Menurut J. Sudarminta, epistemologi atau filsafat pengetahuan pada dasarnya merupakan suatu upaya rasional untuk menimbang dan menentukan nilai kognitif pengalaman manusia dalam interaksinya dengan lingkungan sosial dan alam sekitarnya. Maka dari itu, epistemologi adalah suatu disiplin ilmu yang bersifat evaluatif, normatif, dan kritis. Evaluatif bersifat menilai, normatif berarti menentukan norma atau tolok ukur kenalaran. Sedangkan kritis, berarti mempertanyakan dan menguji kenalaran cara maupun hasil kegiatan manusia mengetahui tidak lepas dari penjelasan objek, tujuan, dan landasan. Objek epistemologi merupakan sesuatu yang diketahui untuk mencari suatu pengetahuan. Proses pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan. Sebab, sasaran itu merupakan suatu tahap perantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan. Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa terealisasi. Sebaliknya, tanpa suatu tujuan, sasaran menjadi tidak terarah sama sekali. Misalnya, Tan Malaka membuat dan menggunakan Madilog sebagai senjata untuk melawan logika mistika—yang berhubungan dengan hal-hal gaib atau mistik—yang dinilaiTan Malaka membuat bangsa Indonesia tertindas. Logika mistika menjadi objek sasaran Tan Malaka untuk mencari pengetahuan apa yang dapat melawannya.
Pada ranah ini, Tan Malaka melibatkan dirinya dalam proses memperoleh knowledge input pemikirannya. Sedangkan tujuan dari epistemologi, adalah bagaimana atau dengan cara apa memperoleh pengetahuan tersebut. Setelah Tan Malaka mempunyai sasaran analisis, yaitu logika mistika, Tan Malaka menemukan pengetahuan Madilog sebagai antitesis logika mistika. Pertanyaannya, bagaimana dan dengan cara apa Tan Malaka memperoleh pengetahuan Madilog? Sebab, pengetahuan Madilog tentu tidaklah datang begitu saja seperti wahyu. Hal ini tentu berkaitan dengan cara pandang dan analisis Tan Malaka.
Selanjutnya landasan. Landasan atau fondasi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan. Ini merupakan tempat berpijak. Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kuat. Analoginya seperti bangunan rumah, kuatnya konstruksi rumah tergantung pada fondasi bangunannya. Demikian juga dengan epistemologi. Landasan epistemologi yang dimaksud adalah metode ilmiah.
Metode ilmiah memiliki peran yang berarti dalam mentransformasikan pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan. Sebab, pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) berbeda. Pengetahuan merupakan keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya. Sedangkan ilmu pengetahuan merupakan keseluruhan sistem pengetahuan manusia yang telah dibakukan secara sistematis
BISA tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan tergantung pada metode ilmiahnya sebab, metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan.
Tahapan metode ilmiah ini didasarkan pada cara berpikir deduksi dan induksi. Cara berpikir deduksi dikaitkan dengan rasionalisme atau sumber kebenaran adalah pikiran. Deduksi merupakan cara berpikir yang menarik kesimpulan khusus dari pernyataan yang bersifat umum atau dari umum ke khusus. Pernyataan umum tersebut merupakan premis (alasan) yang dijadikan dasar untuk menarik kesimpulan khusus.
Premis ini merupakan suatu ilmu atau teori sebelumnya yang sudah diakui kebenarannya. Dalam langkah metode ilmiah, deduktif digunakan saat penyusunan hipotesis atau dugaan sementara. Dengan kata lain, hipotesis disusun berdasarkan teori sebelumnya sehingga menjadi kerangka pemikiran. Salah satu cara berpikir deduktif yaitu silogisme. Dalam konteks Tan Malaka misalnya,
Premis Mayor : Budaya mistik begitu kuat melekat pada negara-negara di Asia.    (teori sebelumnya yang dijadikan landasan teori)
Premis Minor : Indonesia merupakan salah satu negara di Asia.
(objek)
Kesimpulan   : Indonesia merupakan negara yang memiliki budaya mistik yang kuat. (kesimpulan dibuktikan setelah melihat objek atau observasi)
Sedangkan cara berpikir induksi, dikaitkan dengan empirisme atau sumber kebenaran, yaitu pengalaman. Induksi merupakan kebalikan dari deduksi, yaitu menarik kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat khusus atau dari khusus ke umum. Pada induksi tidak ada keterkaitan erat antara alasan dan kesimpulan yang kuat seperti dalam deduksi.
Dari fakta yang ditemukan, subjek dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum. Maksudnya, suatu pernyataan dinyatakan benar apabila ada fakta empiris yang mendukung pernyataan tersebut. Misalnya, apakah benar bangsa Indonesia termasuk bangsa yang mistik? Untuk memperoleh kebenaran dari pernyataan ini, Tan Malaka harus membuktikan pernyataan ini. Dari pembuktian ini Tan Malakan akan menarik kesimpulan dan melahirkan sebuah pengetahuan ilmiah.
Dengan demikian, fungsi epistemologi bagi manusia sangatlah penting. Sebab, manusia dengan pengetahuannya dapat melakukan evaluasi dan mengkritisi bangunan pemikiran orang lain maupun dirinya sendiri guna memperoleh sintesis pemikiran yang maksimal. Implikasinya, mendorong dinamika berpikir manusia secara evaluatif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan senantiasa berkembang.
Hal ini dapat dilihat dari evaluasi dan kritik Tan Malaka terhadap berhawi nemikiran. khususnva Heeel, Marx, dan Lenin.

Laku,.....
Dalam buku yang menarik ini, pembaca akan bertemu dengan Tan Malaka sebagai filsuf, sosiolog, dan yang terpenting guru yang bekerja keras membangun sekolah untuk anak-anak dari massa miskin, dengan landasan yang seratus persen berlainan dengan sekolah-sekolah lain di Hindia Belanda. Dengan jitu penulis memperlihatkan betapa Tan Malaka mendahului tokoh-tokoh teori pendidikan progresif dan radikal seperti Freire, Bourdieu, dan lain-lain. Dari situ pembaca dapat melihat bahwa ide-ide Tan Malaka masih hidup dan sangat relevan dalam usaha bangsa Indonesia untuk mengubah sistem pendidikan Indonesia kontemporer yang kropos dan diracuni oleh korupsi, kebodohan, penipuan, dogma-dogma fanatik, komersialisme, birokratisme, dan pembeoan dari sistem-sistem di Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa.
Prof. Benedict Anderson, Ph.D
(Guru Besar Emeritus Universitas Cornell Amerika dan Pakar Sejarah – Politik Indonesia)
Kajian Syaifudin terhadap kehidupan dan karya Tan Malaka dengan merujuk pada tulisan-tulisan Tan Malaka serta tulisan berbagai ilmuwan dan penulis mengenai Tan Malaka perlu kita hargai. Dalam buku ini Syaifudin mendeskripsikan dan menganalisis kehidupan dan karya Tan Malaka, khususnya pemikiran dan penerapan ide Tan Malaka di bidang sosiologi dan ilmu pendidikan. Bagi pembaca yang belum mengenal karya Tan Malaka, buku ini merupakan pengantar awal ke pemikiran Tan Malaka mengenai perubahan sosial dan upayanya untuk mewujudkan ide-idenya melalui jalur pendidikan.
Prof. Kamanto Sunarto, Ph.D
(Guru Besar Emeritus Departemen Sosiologi FISIP-UI)
Buku Syaifudin mengungkap dimensi baru dari pemikiran Tan Malaka, yakni Tan Malaka sebagai pendidik. Sejauh ini, pemikiran Tan Malaka lebih dipandang sebagai artefak: dikagumi tapi dianggap sulit untuk diterapkan dalam konteks masa kini. Dengan mengungkap ide-ide pedagogis Tan Malaka, buku Syaifudin ini bisa menjadi gerbang bagi upaya untuk menggali sisi lain dari pemikiran Tan Malaka yang masih bisa kita manfaatkan untuk keperluan Indonesia sekarang.
Dr. Robertus Robet, M.A.
Judul : Tan Malaka; Merajut Masyarakat dan Pendidikan Indonesia yang Sosialistis
Penulis : Syaifudin
Penerbit : Ar-Ruzz Media
Ukuran : 14,8 x 21 cm 
Tebal : 312
ISBN : 978-979-25-4911-9

No comments: