YA ALLAH,....... MOHON JANGAN PISAHKAN GUS DUR dan CAK IMIN, KEDUANYA NASIONALIS TULEN ! AMIN
Seperti tersengat lebah dengan kekuatan beribu-ribu volt, atau setara dengan sengatan lebah empat kecamatan, ketika mendengar Cak Imin [Muhaimin Iskandar] sedang diambang talak tiga. Banyak orang yang meradang dan berang, namun banyak pula yang senang karena merasa menang. Tapi bagi warung kami merasa rugi, ini pertanda buruk akan punahnya tulisan-tulisan karya populis Muhaimin yang bercerita tentang Gus Dur.
Sulit dibayangkan kecewanya para kolektor buku tulisan Cak Imin, utamanya yang bercerita tentang Gus Dur. Disamping tulisannya dengan gaya bahasa yang mengalir, kemampuan menerjemahkan pikiran Gus Dur, belum ada yang menandinginya. Tidak semua semua orang memiliki kemampuan seperti Muhaimin. Tapi ranah politik saat ini berbicara lain, Cak Imin harus cerai dengan tokoh tulisannya.
Beberapa buku buah karya Cak Imin, selalu dan selalu ada pengantar Gus Dur, memang keduanya pantas sebagai mentor. Muhaimin Iskandar pada sisi ini sebagai penterjemah pemikiran sekaligus benteng akademik, sedangkan Gus Dur adalah seorang-orang pelaku arif yang acapkali pemikirannya dan pola perilakunya sulit dicerna dengan cepat, dan memerlukan penterjemah. Di sinilah peran sentral Cak Imin sebenarnya.
Buku-buku Muhaimin yang berada di warung kami, semuanya berkisah tentang kearifan Abdurrahman Wahid. Kesan dekatnya dengan mantan Presiden RI Ke 4 tidak terbantahkan ketika membaca buku-buku Cak Imin. Bahkan orang mengatakan Gus Dur adalah panutan Muhaimin, lebih jauh dapat dikatakan Muhamin sangat fanatic terhadap Gus Dur.
Buku A. Muhaimin Iskandar yang nongkrong di warung kami:
Sulit dibayangkan kecewanya para kolektor buku tulisan Cak Imin, utamanya yang bercerita tentang Gus Dur. Disamping tulisannya dengan gaya bahasa yang mengalir, kemampuan menerjemahkan pikiran Gus Dur, belum ada yang menandinginya. Tidak semua semua orang memiliki kemampuan seperti Muhaimin. Tapi ranah politik saat ini berbicara lain, Cak Imin harus cerai dengan tokoh tulisannya.
Beberapa buku buah karya Cak Imin, selalu dan selalu ada pengantar Gus Dur, memang keduanya pantas sebagai mentor. Muhaimin Iskandar pada sisi ini sebagai penterjemah pemikiran sekaligus benteng akademik, sedangkan Gus Dur adalah seorang-orang pelaku arif yang acapkali pemikirannya dan pola perilakunya sulit dicerna dengan cepat, dan memerlukan penterjemah. Di sinilah peran sentral Cak Imin sebenarnya.
Buku-buku Muhaimin yang berada di warung kami, semuanya berkisah tentang kearifan Abdurrahman Wahid. Kesan dekatnya dengan mantan Presiden RI Ke 4 tidak terbantahkan ketika membaca buku-buku Cak Imin. Bahkan orang mengatakan Gus Dur adalah panutan Muhaimin, lebih jauh dapat dikatakan Muhamin sangat fanatic terhadap Gus Dur.
Buku A. Muhaimin Iskandar yang nongkrong di warung kami:
- Gus Dur Yang Saya Kenal [Catatan Transisi Demokrasi kita], Pengantar: KH. Abdurrahman Wahid. Penerbit LKIS
- Spiritualitas Sepak Bola [Perspektif Sosial Politik 2006], Pengantar: KH. Abdurrahman Wahid. Penerbit Klik. R. Yogyakarta
- Gus Dur, Islam dan Kebangkitan Indonesia. Pengantar: KH. Abdurrahman Wahid. Penerbit Klik. R. Yogyakarta
Warung kami akan “mencandra” secara sepintas buku-buku Cak Imin, tentunya yang ada citarasa kedekatan seorang A.Muhaimin Iskandar dengan KH. Abdurrahman Wahid.
Pertama untuk buku:
JUDUL: Gus Dur Yang Saya Kenal [Catatan Transisi Demokrasi kita]
PENGARANG : A. Muhaimin Iskandar
PENERBIT: LKIS Yogyakarta. Salakan Baru No. I Sewon Bantul. Jl. Parang Tritis Km 4,4 Yogyakarta. Tlp/ Faks: [0274]429924/0822743992. E-mail; elkis@indosat.net.id.
CETAKAN : I Pebruari 2004
ISBN : 979-3381-54-X
JUMLAH HALAMAN: xviii+242 halaman : 14,5 x 21 cm.
[dalam kata pengantarnya ditulis: Gus Dur adalah sosok yang tak mudah dipahami. Begitulah kira-kira persepsi banyak orang tentang Kiai Ciganjur ini. Tindakan dan Gagasan Gus Dur, baik dalam kapasitasnya sebagai tokoh agama, budayawan, cendekiawan maupun politisi sering melampaui kesanggupan masdyarakat luas untuk memahaminya. Sangat wajar jika kemudian banyak tokoh yang kurang berhasil membaca siapa sebenarnya Gus Dur. Ini beraati bahwa tak ada pihak yang bisa mengklim atau dianggap sebagai yang paling tahu dan karenanya, bisa berpretensi menjadi penafsir tunggal pemikiran dan perilaku politik Gus Dur. Ibaratnya, Gus Dur itu adalah sebuah teks berjalan, sedangkan kita seperti penafsir sebuah teks yang terbuka, dan dengan sendirinya memiliki posisi yang sama. Pergulatan pemikiran antara saya [Muhaimin.Catatan warung] dengan Gus Dur terjalin jauh sebelum Gus Dur menjabat Presiden RI ke 4. Terlebih lagi, ketika saya menceburkan diri pada dunia aktifitas mahasiswa, pergulatan, pemikiran dan ideology dengan Gus Dur semakin itens. Barangkali inilah yang memicu Cak Imin, menulis buku ini.
Nampak tulisan Dalam buku ini, Cak Imin ingin membela tokoh idolanya, dari berbagai kendala. Seperti ketika sejumlah propaganda politik yang dilancarkan untuk merekayasa psikopolitik bahwa Gus Dur tidak mampu memimpin negeri ini. Juga propaganda yang dilancarkan bahkan menjurus pada black propaganda dengan sasaran membunuh karakter Presiden Wahid. Heboh kasus Aryanti perlu dimengerti dalam konteks ini. Moralitas adalah salah satu kekuatan Gus Dur. Dari kekuatan inilah yang ingin diserang dengan kasus Aryanti…..(Tulisan inilah yang dikesankan Cak Imin, sangat perhatian pada Gus Dur, dan seraya membela Gus Dur dalam bukunya) [Hlm 72]
Pembubaran Bokortanas Dan Penghapusan Litsus
Hampir setiap kebijakan Gus Dur yang akhirnya menjadi polemik, Caik Imin selalu menjadi ”Juru Tangkis”. Ketika Bokortanas dan Litsus di bubarkan, banyak orang menjadi kurang senang, namun serta merta Muhaimin Iskandar menagkisnya.
Masih banyak lagi peran juru tangkis yang dilakukan oleh Muhaimin, dalam membela dan mengartikan maksud Gus Dur yang sesungguhnya, antara lain pada peristiwa:
Pencopotan Laksamana Sukardi
Pencopotan Jusuf Kalla
Pencopotan Kapolri
Pembubaran Departemen Penerangan dan Departemen Sosial.
Buku kedua:
JUDUL: Spritualitas Sepak Bola [Perspektif Sosial Politik Piala Dunia 2006]
PENGARANG : A. Muhaimin Iskandar
PENERBIT: KLIK R. Jl. Imogiri Barat Km 6. No. 26 Bangunhardjo Sewon BantulYogyakarta E-mail; klik_r@yahoo.com
CETAKAN : I September 2006
ISBN : 979-946619-8
JUMLAH HALAMAN:164
Kendati buku Muhaimin ini bertemakan sepak bola, namun secara substansial yang dibahas adalah bola-bola politik Gus Dur. Persoalan bola dengan berbagai manifestasinya, digunakan sebagai dimensi contoh, atau simbol-simbol yang selanjutnya di candra secara politis. Misalnya sepakbola dikatakan lebih demokratis, ketimbang manusia yang saat ini sedang berada diranah yang seharusnya demokratis. Fanatik bola lebih realistis dikaitkan dengan upaya-upaya dalam menggugah rasa nasionalisme.
Sampai saat ini, Gus Dur juga terus menerus memainkan bola-bola politik. Sejak terjun di tengah gelanggang politik nasional pada awal 1980-an, politik Gus Dur pada intinya ingin memperjuangkan beberapa hal yang mendasar kokoh bagi eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesi [NKRI] di masa mendatang.
Pertama, agama merupakan faktor penting mendorong perubahan masyarakat. Gus Dur dengan tegas membantah anggapan para ilmuwan/ teknokrat bahwa agama merupakan unsur paling sukar dan paling lambat berubah. Bagi Gus Dur, kelompok yang paling cepat mengikuti perkembangan keadaan adalah pemuka-pemuka agama [religous elites] termasuk para kiai.
Kedua, menurut Gus Dur, dalam sebuah masyarakat yang sangat pluralis, pandangan yang harus dikembangkan dan dijaga terus menerus adalah pandangan nasional [national view], bukan pandangan sempit, termasuk pandangan Islam [Islamic view]. Karena itu, negara Indonesia yang dicita-citakan-seperti ditulis Douglas E. Remage dalam bukunya Politics in Indonesia: Democracy, Islam and Ideology of Tolerance [1965]-adalah negara yang kecil pengaruh militernya dan tidak ada fundamentalisme Islam..[hlm 36]
....Pada halaman lain juga diungkap hal ihwal demokrasi, bela negara, dan semangat kebangsaan yang diusung dari simboliknya sepakbola.
Buku ini lebih pantas sebagai buku pendidikan Kewarganegaraan [civid education], akan lebih bagus kalau buku-buku Muhaimin ini nongkrong di perpustakaan Lemhanas. Sehingga menjadi rujukaan sekaligus menghapus praduga-praduga, dan melalui buku ini akan mendapatkan manfaat yang lebih.
.........Ternyata Gus Dur dan Muhaimin adalah NASIONALIS TULEN!, Ya Allah jangan pisahkan GUS DUR DAN CAK IMIN.
Catatan: Dalam Buku ini Cak Imin memuat foto-foto Gusdur, bahkan banyak foto Gus Dur dan Cak Imin sangat mesra]
Buku ketiga:
JUDUL: Gus Dur, Islam dan Kebangkitan Indonesia
PENGARANG : A. Muhaimin Iskandar
PENERBIT: KLIK R. Jl. Imogiri Barat Km 6. No. 26 Bangunhardjo Sewon BantulYogyakarta E-mail; klik_r@yahoo.com
CETAKAN : I Agustus 2007
ISBN : 979-946622-9
JUMLAH HALAMAN:146
[Buku ini mengajak pembacanya untuk memahami pandangan Gus Dur secara utuh. Citarasa untuk memahamkan pembaca, utamanya terkait dengan pola tindak, pola laku dan pemikiran dikaitkan dengan kebangkitan Indonesia terasa sangat kental. Mahaimin sangat jeli melihat, segmen-persegmen dari keutuhan pikir Gus Dur, bahkan dengan cerdik dikemas dalam tutur bahasa yang mengalir.
Terkait dengan kebangkitan berbangsa, buku menjelaskan secara lugas isi hati Partai Kebangkitan Bangsa, secara nyata diungkapkan bahwa yang ada di dada partai ini adalah komitmen kenegaraan. PKB adalah satu-satunya partai politik yang secara tegas memproklamasikan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia [NKRI] berdasarkan Pancasilan dan UUD 1945 adalah final.
Keputusan PKB tentang status NKRI ternyata merujuk kepada keputusan Nahdlatul Ulama. Yakni pada Mutakmar ke-11 di Banjarmasin tahun 1936. Selajutnya pada pertemuan di Surabaya 21-22 Oktober 1945, NU telah memutuskan bahwa status hukum NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang diproklamirkan Sukarno-Hatta adalah sah secara fiqih atau hukum Islam.
Keputusan ini kemudian dikukuhkan oleh Mutakmar NU Situbondo tahun 1984 yang memutuskan bahwa NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 adalah sudah Final. Tidak diperlukan upaya-upaya politik baru untuk memperjuangkan negara Islam di Indonesia. [hlm:5].
Mensejajarkan Gus Dur dengan Sukarno, Moh Hatta, Tan Malaka, KH. A. Wahid Hasyim dan HOS Tjokroaminoto.
…..Gus Dur juga membangun sebuah pandangan hidup baru di kalangan politisi dan warga negara secara luas yaitu membangun dunia politik dengan pengetahuan yang komprehensif. [hlm:8]
Jika ada pertanyaan mengapa Gus Dur bisa bertahan sedemikian lama dalam percaturan politik Indonesia ?.
Buku ini memberikan jawaban:
Pertama: Gus Dur mengajarkan kepada kita bahwa memasuki dunia politik memerlukan kesabatan dan kesediaan untuk menjadikannya sebagai proses perjuangan jangka panjang. Dalam proses demikian, kekuasaan harus dibangun dengan investasi sosial dan cultural yang cukup.
Kedua: Gus Dur membangun jalur politiknya sebagai cendekiawan, kekuatan politik Gus Dur bukan semata-mata pada kepiawaian manuver politik yag diperagakan, tetapi lebih pada kekuatan struktur pengetahuan yang dibangun untuk menjelaskan yang terjadi dan bagaimana proyeksi masa depannya.
Ketiga: Gus Dur adalah tokoh yang selalu menjaga hubungan baik dengan semua kalangan. Bagi Gus Dur politik adalah silahrurahim.
Keempat: Gus Dur adalah sosok yang memiliki semangat hidup yag luar biasa
Kelima: dalam beberapa kasus Gus Dur menyataka bahwa politik adalah hal yang tidak dikomunikasikan. Ada banyak pemikiran dan sikap politik Gus Dur yang terus menjadi tanda tanya sampai saat ini, dan Gus Dur juga tidak pernah menjelaskan secara utuh apa yang menjadi tujuannya. Dalam kondisi demikian, muncul begitu banyak penafsiran baik yang mendukung maupun menolak. ..[Hlm;28]
Pertama untuk buku:
JUDUL: Gus Dur Yang Saya Kenal [Catatan Transisi Demokrasi kita]
PENGARANG : A. Muhaimin Iskandar
PENERBIT: LKIS Yogyakarta. Salakan Baru No. I Sewon Bantul. Jl. Parang Tritis Km 4,4 Yogyakarta. Tlp/ Faks: [0274]429924/0822743992. E-mail; elkis@indosat.net.id.
CETAKAN : I Pebruari 2004
ISBN : 979-3381-54-X
JUMLAH HALAMAN: xviii+242 halaman : 14,5 x 21 cm.
[dalam kata pengantarnya ditulis: Gus Dur adalah sosok yang tak mudah dipahami. Begitulah kira-kira persepsi banyak orang tentang Kiai Ciganjur ini. Tindakan dan Gagasan Gus Dur, baik dalam kapasitasnya sebagai tokoh agama, budayawan, cendekiawan maupun politisi sering melampaui kesanggupan masdyarakat luas untuk memahaminya. Sangat wajar jika kemudian banyak tokoh yang kurang berhasil membaca siapa sebenarnya Gus Dur. Ini beraati bahwa tak ada pihak yang bisa mengklim atau dianggap sebagai yang paling tahu dan karenanya, bisa berpretensi menjadi penafsir tunggal pemikiran dan perilaku politik Gus Dur. Ibaratnya, Gus Dur itu adalah sebuah teks berjalan, sedangkan kita seperti penafsir sebuah teks yang terbuka, dan dengan sendirinya memiliki posisi yang sama. Pergulatan pemikiran antara saya [Muhaimin.Catatan warung] dengan Gus Dur terjalin jauh sebelum Gus Dur menjabat Presiden RI ke 4. Terlebih lagi, ketika saya menceburkan diri pada dunia aktifitas mahasiswa, pergulatan, pemikiran dan ideology dengan Gus Dur semakin itens. Barangkali inilah yang memicu Cak Imin, menulis buku ini.
Nampak tulisan Dalam buku ini, Cak Imin ingin membela tokoh idolanya, dari berbagai kendala. Seperti ketika sejumlah propaganda politik yang dilancarkan untuk merekayasa psikopolitik bahwa Gus Dur tidak mampu memimpin negeri ini. Juga propaganda yang dilancarkan bahkan menjurus pada black propaganda dengan sasaran membunuh karakter Presiden Wahid. Heboh kasus Aryanti perlu dimengerti dalam konteks ini. Moralitas adalah salah satu kekuatan Gus Dur. Dari kekuatan inilah yang ingin diserang dengan kasus Aryanti…..(Tulisan inilah yang dikesankan Cak Imin, sangat perhatian pada Gus Dur, dan seraya membela Gus Dur dalam bukunya) [Hlm 72]
Pembubaran Bokortanas Dan Penghapusan Litsus
Hampir setiap kebijakan Gus Dur yang akhirnya menjadi polemik, Caik Imin selalu menjadi ”Juru Tangkis”. Ketika Bokortanas dan Litsus di bubarkan, banyak orang menjadi kurang senang, namun serta merta Muhaimin Iskandar menagkisnya.
Masih banyak lagi peran juru tangkis yang dilakukan oleh Muhaimin, dalam membela dan mengartikan maksud Gus Dur yang sesungguhnya, antara lain pada peristiwa:
Pencopotan Laksamana Sukardi
Pencopotan Jusuf Kalla
Pencopotan Kapolri
Pembubaran Departemen Penerangan dan Departemen Sosial.
Buku kedua:
JUDUL: Spritualitas Sepak Bola [Perspektif Sosial Politik Piala Dunia 2006]
PENGARANG : A. Muhaimin Iskandar
PENERBIT: KLIK R. Jl. Imogiri Barat Km 6. No. 26 Bangunhardjo Sewon BantulYogyakarta E-mail; klik_r@yahoo.com
CETAKAN : I September 2006
ISBN : 979-946619-8
JUMLAH HALAMAN:164
Kendati buku Muhaimin ini bertemakan sepak bola, namun secara substansial yang dibahas adalah bola-bola politik Gus Dur. Persoalan bola dengan berbagai manifestasinya, digunakan sebagai dimensi contoh, atau simbol-simbol yang selanjutnya di candra secara politis. Misalnya sepakbola dikatakan lebih demokratis, ketimbang manusia yang saat ini sedang berada diranah yang seharusnya demokratis. Fanatik bola lebih realistis dikaitkan dengan upaya-upaya dalam menggugah rasa nasionalisme.
Sampai saat ini, Gus Dur juga terus menerus memainkan bola-bola politik. Sejak terjun di tengah gelanggang politik nasional pada awal 1980-an, politik Gus Dur pada intinya ingin memperjuangkan beberapa hal yang mendasar kokoh bagi eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesi [NKRI] di masa mendatang.
Pertama, agama merupakan faktor penting mendorong perubahan masyarakat. Gus Dur dengan tegas membantah anggapan para ilmuwan/ teknokrat bahwa agama merupakan unsur paling sukar dan paling lambat berubah. Bagi Gus Dur, kelompok yang paling cepat mengikuti perkembangan keadaan adalah pemuka-pemuka agama [religous elites] termasuk para kiai.
Kedua, menurut Gus Dur, dalam sebuah masyarakat yang sangat pluralis, pandangan yang harus dikembangkan dan dijaga terus menerus adalah pandangan nasional [national view], bukan pandangan sempit, termasuk pandangan Islam [Islamic view]. Karena itu, negara Indonesia yang dicita-citakan-seperti ditulis Douglas E. Remage dalam bukunya Politics in Indonesia: Democracy, Islam and Ideology of Tolerance [1965]-adalah negara yang kecil pengaruh militernya dan tidak ada fundamentalisme Islam..[hlm 36]
....Pada halaman lain juga diungkap hal ihwal demokrasi, bela negara, dan semangat kebangsaan yang diusung dari simboliknya sepakbola.
Buku ini lebih pantas sebagai buku pendidikan Kewarganegaraan [civid education], akan lebih bagus kalau buku-buku Muhaimin ini nongkrong di perpustakaan Lemhanas. Sehingga menjadi rujukaan sekaligus menghapus praduga-praduga, dan melalui buku ini akan mendapatkan manfaat yang lebih.
.........Ternyata Gus Dur dan Muhaimin adalah NASIONALIS TULEN!, Ya Allah jangan pisahkan GUS DUR DAN CAK IMIN.
Catatan: Dalam Buku ini Cak Imin memuat foto-foto Gusdur, bahkan banyak foto Gus Dur dan Cak Imin sangat mesra]
Buku ketiga:
JUDUL: Gus Dur, Islam dan Kebangkitan Indonesia
PENGARANG : A. Muhaimin Iskandar
PENERBIT: KLIK R. Jl. Imogiri Barat Km 6. No. 26 Bangunhardjo Sewon BantulYogyakarta E-mail; klik_r@yahoo.com
CETAKAN : I Agustus 2007
ISBN : 979-946622-9
JUMLAH HALAMAN:146
[Buku ini mengajak pembacanya untuk memahami pandangan Gus Dur secara utuh. Citarasa untuk memahamkan pembaca, utamanya terkait dengan pola tindak, pola laku dan pemikiran dikaitkan dengan kebangkitan Indonesia terasa sangat kental. Mahaimin sangat jeli melihat, segmen-persegmen dari keutuhan pikir Gus Dur, bahkan dengan cerdik dikemas dalam tutur bahasa yang mengalir.
Terkait dengan kebangkitan berbangsa, buku menjelaskan secara lugas isi hati Partai Kebangkitan Bangsa, secara nyata diungkapkan bahwa yang ada di dada partai ini adalah komitmen kenegaraan. PKB adalah satu-satunya partai politik yang secara tegas memproklamasikan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia [NKRI] berdasarkan Pancasilan dan UUD 1945 adalah final.
Keputusan PKB tentang status NKRI ternyata merujuk kepada keputusan Nahdlatul Ulama. Yakni pada Mutakmar ke-11 di Banjarmasin tahun 1936. Selajutnya pada pertemuan di Surabaya 21-22 Oktober 1945, NU telah memutuskan bahwa status hukum NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang diproklamirkan Sukarno-Hatta adalah sah secara fiqih atau hukum Islam.
Keputusan ini kemudian dikukuhkan oleh Mutakmar NU Situbondo tahun 1984 yang memutuskan bahwa NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 adalah sudah Final. Tidak diperlukan upaya-upaya politik baru untuk memperjuangkan negara Islam di Indonesia. [hlm:5].
Mensejajarkan Gus Dur dengan Sukarno, Moh Hatta, Tan Malaka, KH. A. Wahid Hasyim dan HOS Tjokroaminoto.
…..Gus Dur juga membangun sebuah pandangan hidup baru di kalangan politisi dan warga negara secara luas yaitu membangun dunia politik dengan pengetahuan yang komprehensif. [hlm:8]
Jika ada pertanyaan mengapa Gus Dur bisa bertahan sedemikian lama dalam percaturan politik Indonesia ?.
Buku ini memberikan jawaban:
Pertama: Gus Dur mengajarkan kepada kita bahwa memasuki dunia politik memerlukan kesabatan dan kesediaan untuk menjadikannya sebagai proses perjuangan jangka panjang. Dalam proses demikian, kekuasaan harus dibangun dengan investasi sosial dan cultural yang cukup.
Kedua: Gus Dur membangun jalur politiknya sebagai cendekiawan, kekuatan politik Gus Dur bukan semata-mata pada kepiawaian manuver politik yag diperagakan, tetapi lebih pada kekuatan struktur pengetahuan yang dibangun untuk menjelaskan yang terjadi dan bagaimana proyeksi masa depannya.
Ketiga: Gus Dur adalah tokoh yang selalu menjaga hubungan baik dengan semua kalangan. Bagi Gus Dur politik adalah silahrurahim.
Keempat: Gus Dur adalah sosok yang memiliki semangat hidup yag luar biasa
Kelima: dalam beberapa kasus Gus Dur menyataka bahwa politik adalah hal yang tidak dikomunikasikan. Ada banyak pemikiran dan sikap politik Gus Dur yang terus menjadi tanda tanya sampai saat ini, dan Gus Dur juga tidak pernah menjelaskan secara utuh apa yang menjadi tujuannya. Dalam kondisi demikian, muncul begitu banyak penafsiran baik yang mendukung maupun menolak. ..[Hlm;28]
1 comment:
Bagus, tapi akankah kroni Muhaimin membaca blog ini? Sebaiknya janganlah ada pertikaian meskipun alasan politik. Kedalaman bertindak ssebenarnya harus menjadi kunci peradaban.
suayatno
www.garduguru.blogspot.com
Post a Comment