SILA CARI DI SINI!

Google

Wednesday, April 30, 2008

WRITING WITHOUT TEACHERS: MENGATASI GANGGUAN METABOLISME TULISAN

Ketika membuka halaman awal, pembaca sudah mendapat sunguhan berupa catatan penerbit. Catatan itu memberi informasi, bahwa buku dengan title Writing without Teachers itu menghadirkan gagasan yang “mak Nyus”, apa itu. Menulis bebas.
Writing without teachers, dalam catatan penerbit bermakna dua:
Pertama, mengenalkan cara menulis yang jauh lebih mudah dan menggairahkan, karena membebaskan Anda dari segala aturan yang memang sering menjadi pemasung gerak orang. Sangat banyak orang, muali dari murid sekolah dasar hingga mahasiswa program pascasarjana yang tidak pernah mampu menulis justru karena sedari awalnya sudah dibebani belenggu aturan.
Kedua, membentuk kelompok tanpa guru, selanjutnya membaca buku ini, pasti dan pasti mampu membuat orang menulis.
METABOLISME TULISAN TERGANGGU DAN TIDAK LANCAR.
[sebagian pengantar buku yang ditulis Radhar Panca dahana ]
Terkuak adanya “infamiliarisasi dalam menulis”, seorang-orang tidak mampu berekspresi sebagaimana adanya. Bahkan yang paling berbahaya jika infamiliarisasi akan menelen obyektivitas, sehingga seorang-orang tidak akan bebas menuangkan gagasanya.
Seorang professor bahasa Inggris yang juga direktur program menulis di Universitas Massachuset, memuntahkan gagasannya dalam buku terkenal yang lebih familier disebut “menulis tanpa guru”.
Gagasan Peter Elbow tentang “menulis tanpa guru” ini menjadi begitu popular. Bukan hanya karena ia memberi jalan bagi seorang-orang modern mengatasi kesulitannya dalam mengontrol kata, membuat tulisan , tetapi juga lantaran ia dianggap sebagaian kalangan intelektual berhasil menjawab satu persoalan yang selama beberapa milenia menggayut di kalangan para ahli epedagogu, tentang : paradoks dalam pengajaran.
Elbow melihat tradisi pengajaran di Inggris pra 1968 yang ia lihat penyimpangan semacam “misteri”. Dalam bukunya yang lain, Embracing Contraries [1986]. Elbow mendapatkan semacam “kekerasan tersembunyi” dibalik metode pengajaran tyang tampak luarnya “begitu seksual” itu. Seksual karena para pengajar palsu itu tidak dapat membedakan “kebenaran kualitatif” antara materi intelektual dan aspirasi pribadi. Karena itu, yang dialkukannya adalah mengelabui muridnya untuk merangsang [aspirasi] dirinya sendiri, dan ini adalah tindakan yang membinasakan.
Fenomena ini yang mendorong tekadnya untuk mencoba menjelaskan bagaimana terjadi semacam proses “intelectualisasi” dalam kegiatan atau praksis menulis.


MENULIS TANPA KEPATUHAN
[sebagian pengantar buku yang ditulis: Donny Gahral Adian]
Beberapa alasan seorang orang menulis atau tidak,menurut pengatar Donny dinyatakan sebagai berikut:
Mengapa menulis:
  1. Curhat
  2. disuruh guru
  3. nggak ada kerjaan
  4. ingin dikenal
  5. mau mengubah dunia.

Mengapa orang tidak menulis:

  1. malas
  2. tak ada yang mengajar
  3. banyak kerjaan
  4. tidak ingin terkenal
  5. tidak ingin mengubah dunia.
Selanjutnya Donny jauga mengatakan, apa menulis itu ?.
Menulis adalah proklamasi kemerdekaan dari aturan. Kolonialisme rezim aturan bisa melumpuhkan pikiran. Padahal menulis adalah menuangkan pikiran, bukan aturan.
Apa artinya itu semua? Kita harus percaya bahwa gagasan kita adalah tunas yang bisa tumbuh menjadi besar dan menarik. Kita harus menulis di jalan bebas hambatan, melaju kencang tanpa peduli rambu-rambu dan membiarkan pengalaman menjadi soko guru satu-satunya. Oleh karena itu , Peter Elbow memberi anjuran manjur: menulis bebas [freewriting]. Apa artinya itu?Menulis bebas adalah menulis secara nonstop sesering mungkin.
MENULIS ITU TUMBUH DAN DIGODOG.
Elbow menekankan gagasan menulis dalam ranah kebebasan [freewriting], meyakinkan khalayak bacanya bahwa menulis itu semacam pertumbuhan, juga merupakan proses penggodokan.
Pertumbahan, maknanya seorang-orang harus memulai dan tiada henti. Dalam proses ini menulis harus dibebaskan dari mitos-mitos yang mencengkeram, ketika orang telah mematok dirinya tidak mampu, dan anggapan itu telah bersemayam pada dirinya, maka pupuslah kemampuan itu, dan membiarkan kemampuan yang tersembunyi, tetap sembunyi.
PERTUMBUHAN :
Energi awal yang mengantarkan pertumbuhan, dan pertumbahan itu akan bergerak liar dengan berbagai intensitasnya. Ketika tumbuh akan membangun sebuah ketrampilan dan berkembang mallui tahapan percaya [believe], bertindak dan melakukan, akhirnya menjadi kebiasaan [habit], dan akhirnya menjadi budaya [culture]
Dalam buku ini pertumbuhan berarti kata-kata berevolusi melalaui tahapan-tahapan. Pertumbuhan terpenting menurut Elbow adalah tingkat intensitas menulis atau banyak menulis. Dengan banyak menulis, seorang orang mendorong pertubuhan lainnya [menemukan titik tumpu dan kemampuan menyunting, bahkan dapat menemukan banyak kekacauan]
Saran konkret jika mengalami kesulitan disarikan sebagai berikut:
  1. Berhenti dan lakukan latihan menulis 10 menit yang ketat.
  2. Bercakaplah dengan diri sendiri dalam tulasan Anda
  3. Jangan biarkan kalimat pembuka menjadi penghambat
  4. Jika benar-benar buntu, anggaplah anda sedang berbicara dengan seorang dan hanya setengah jam untuk mengutarakan maksud Anda. Setelah itu bangkit, jika perlu carilah suasana yang lain.
  5. Begitu juga jika merasa lebih buntu lagi dan merasa tindakan menulis itu mendatangkan lebih banyak gangguan, Anda bisa melakukan hal serupa.Demngan tegas katakana itu sesuatu yang tidak perlu
  6. Jika, betapapun mencoba, Anda tetap tidak bisa menulis, berhentilah. Bangkit dan lakukan hal lain. Jangan duduk dengan pensil dan kertas sampai Anda siap.
  7. Sebagian diri Anda menolak untuk menukis, dan jika ia dominant, lebih baik Anda mulai mendengarkannya. Cari tahu mengapa Ia menolak. “ia” itu adalah Anda.

MENGGODOK :
Menggodok artinya membuat materi-materi saling berinteraksi, Yang paling penting adalah interaksi antara menulis dan merangkum [bekerja dengan kata-kata dan bekerja dengan makna]. Jika Anda sulit menulis, cobalah tingkatkan interaksi itu. Hindari hanya menulis atau duduk dan berpikir. Yang terpenting jangan sampai terjebak dalam situasi hanya menulis beberapa kalimat, berhenti, berpikir, dan cemas. Tuntaskan setiap siklus : palin tidak 10 menit menukis; kemudian berhenti total untuk melihat apa yang muncul.
Apa yang berinterksi, dalam godog-menggodokk itu?
1. Interaksi antar manusia
2. Interaksi antar ide
3. Interksi antar kata dan ide
4. Interaksi antar keterlibatan dan perspektif
5. Interaksi antar metafora
6. Interaksi antara Anda dan symbol-simbol di atas kertas.

wusana kata: Buku ini ternyata juga menggelitik seorang orang yang memiliki keahlian memproduksi berbagai alasan. Dan alasan-alasan itu dijungkirbalikkan.
Alasan itu adalah:

  • Orang yang tidak berpendidikan berkata , “Kalau saha mendapat pendidikan saya bisa menulis.”
  • Orang terdidik berkata, “Kalau saja memiliki bakat, saya bisa menulis.”
  • Orang terdidik dan berbakat berkata, “ Kalau saja memilki disiplin diri, saya bisa menulis.”
  • Orang yang terdidik, berbakat, dan memilki disiplin diri-dan banyak diantara mereka yang tidak bisa menulis-berkata, “Kalau saja…..” tidak tahu lagi apa yang harus dikatakan.

Tetapi beberapa orang yang tidak terdidik, tidak memilki disiplin diri, tidak pintar, tidak imajinatif, dan tidak pandai berkata-kata justru kualits iyu: saat ingin mengatakan atau memmahami sesuatu, mereka bisa menuyangkannya ke atas kertas dalam bentuk yang enak dibaca]
Detil Buku
JUDUL : Writing Without teachers. Merdeka dalam menulis! JUDUL ASLI : Writing Without Teachers.
PENGARANG : Peter Elbow
ALIH BAHASA : Yeny Fretty dan Ajeng AP
PENERBIT : PT Indonesia Publishing. E-mail: indonesiapress@yahoo.com
bookcorner@hotmail.com
ISBN: 978-979-15586-1-7
CETAKAN : 2007
HALAMAN: xxvii + 220 hlm.

No comments: