Banjir telah menyedot perhatian Presiden, secara mendadak Karanganyar Jateng dikunjungi. Penyebabnya sudah pasti diketahui, yakni Bengawan Solo, lagunya telah lama memberikan peringatan kepada kita, tapi manusia tetap terlena. Mencari siapa yang salah justru tidak menguntungkan, karena yang saat ini diperlukan adalah mengatasinya dengan segera.
Jawa Pos terbitan tanggal 1 Januari 2008 memberikan ilustrasi elevasi Waduk Gajah Mungkur Wonogiri, yang memberikan batas toleransi aman 135 meter, tapi pada hari Minggu tanggal 30 Desember 2007 telah mencapi 136,38 meter dengan debit buangan sekitar 250 meter kubik/detik. Tak ayal aliran bengawan mengganas Mulai dari Kabupaten Sukoharjo, Solo, Sragen, Ngawi, Bojonegoro, Lamongan Hingga muaranya di Gresik, memberikan hadiah banjir.
Melihat realitas ini Warung Kami kelimpungan mencari buku-buku yang membicarakan Banjir, dengan niat “luru” sampai ketemu. [“luru”= mencari-cari. Jawa]. Akhirnya ketemu juga. Judul buku itu adalah “ Banjir Bandang Di Kota Bengawan”
Buku ini tergolong lumayan umurnya, karena buku ini sudah berumur 41 tahun, tepatnya terbit bulan Mei Tahun 1966. Lahirnya buku ini atas perintah Brigade Invanteri – 4 Perkuper Ex Krisidenan Surakarta, Kodam VII Diponegoro. Isi perintah agar kejadian ini didokumentasikan untuk pembelajaran kelak.
Isinya berkisar kejadian banjir yang melanda wilayah ex Karesidenan Surakarta, karena kejadiannya masih dalam lingkup mencekam yakni 6 bulan setelah G-30S PKI, maka isi buku ini selalu memperingatkan masyarakat waspada, agar situasi ini tidak dimanfaatkan oleh kegiatan kontra revolusi.
Waperdam a.i. bidang Hankam Men/Pangad Let. Jen Soeharto, ketika meninjau daerah banjir mengatakan:
,..Sebab utama banjir terutama adalah karena kesalahan penggundulan hutan-hutan di Wonogiri, sehingga menimbulkan erosi dan mengakibatkankencangnya air yang mengalir ke bawah. Pengundulan itu sudah jelas dulu-dulu dikerjakan oleh PKI dengan ormasnya BTI yang merupakan perbuatan yang tidak dipertanggung jawabkan terhadap keselamatan rakyat. Ini menjadi pelajaran bahwa pengundulan tanah adalah berbahaya sekali dan banyak akibatnya…..!.
Rata-rata berbagai sambutan dalam buku senada dengan yang disampaikan Let Jen Soeharto, bahwa biangkeroknya adalah PKI. Mulai dari Sambutan Komandan Brigade Infanteri 4/Perkupert Ex Karesidenan Surkakarta, hingga Sambutan Komandan Kodim 95 Surakarta. KBP. Drs. Sarwono menyatakan demikian. Kecuali sambutan Pembantu/Penghubung Gubernur Kepala Daerah Jawa Tengah Di Surakarta sama sekali tidak menyebutkan biangkeroknya.
Karanganyar, sejak dulu telah tercatat sebagai pelanggan tetap banjir, ketika itu tanggal 16 Maret 1966, ternyata setelah surut, 10 hari kemudian banjir terulang kembali [26-27 Maret 1966], barangkali ini suatu peringatan kepada kita untuyk tetap hati-hati, kertika air mulai surut, barngaklai banjir akan menghampiri lagi.
Yang menarik dalam buku ini dijadikannya bencana banjir sebagai bencana nasional, tak urung beberapa Negara memberikan bantuan, ternyatat dalam buku ini sebagai berikut:
INDIA dan JEPANG:
Jawa Pos terbitan tanggal 1 Januari 2008 memberikan ilustrasi elevasi Waduk Gajah Mungkur Wonogiri, yang memberikan batas toleransi aman 135 meter, tapi pada hari Minggu tanggal 30 Desember 2007 telah mencapi 136,38 meter dengan debit buangan sekitar 250 meter kubik/detik. Tak ayal aliran bengawan mengganas Mulai dari Kabupaten Sukoharjo, Solo, Sragen, Ngawi, Bojonegoro, Lamongan Hingga muaranya di Gresik, memberikan hadiah banjir.
Melihat realitas ini Warung Kami kelimpungan mencari buku-buku yang membicarakan Banjir, dengan niat “luru” sampai ketemu. [“luru”= mencari-cari. Jawa]. Akhirnya ketemu juga. Judul buku itu adalah “ Banjir Bandang Di Kota Bengawan”
Buku ini tergolong lumayan umurnya, karena buku ini sudah berumur 41 tahun, tepatnya terbit bulan Mei Tahun 1966. Lahirnya buku ini atas perintah Brigade Invanteri – 4 Perkuper Ex Krisidenan Surakarta, Kodam VII Diponegoro. Isi perintah agar kejadian ini didokumentasikan untuk pembelajaran kelak.
Isinya berkisar kejadian banjir yang melanda wilayah ex Karesidenan Surakarta, karena kejadiannya masih dalam lingkup mencekam yakni 6 bulan setelah G-30S PKI, maka isi buku ini selalu memperingatkan masyarakat waspada, agar situasi ini tidak dimanfaatkan oleh kegiatan kontra revolusi.
Waperdam a.i. bidang Hankam Men/Pangad Let. Jen Soeharto, ketika meninjau daerah banjir mengatakan:
,..Sebab utama banjir terutama adalah karena kesalahan penggundulan hutan-hutan di Wonogiri, sehingga menimbulkan erosi dan mengakibatkankencangnya air yang mengalir ke bawah. Pengundulan itu sudah jelas dulu-dulu dikerjakan oleh PKI dengan ormasnya BTI yang merupakan perbuatan yang tidak dipertanggung jawabkan terhadap keselamatan rakyat. Ini menjadi pelajaran bahwa pengundulan tanah adalah berbahaya sekali dan banyak akibatnya…..!.
Rata-rata berbagai sambutan dalam buku senada dengan yang disampaikan Let Jen Soeharto, bahwa biangkeroknya adalah PKI. Mulai dari Sambutan Komandan Brigade Infanteri 4/Perkupert Ex Karesidenan Surkakarta, hingga Sambutan Komandan Kodim 95 Surakarta. KBP. Drs. Sarwono menyatakan demikian. Kecuali sambutan Pembantu/Penghubung Gubernur Kepala Daerah Jawa Tengah Di Surakarta sama sekali tidak menyebutkan biangkeroknya.
Karanganyar, sejak dulu telah tercatat sebagai pelanggan tetap banjir, ketika itu tanggal 16 Maret 1966, ternyata setelah surut, 10 hari kemudian banjir terulang kembali [26-27 Maret 1966], barangkali ini suatu peringatan kepada kita untuyk tetap hati-hati, kertika air mulai surut, barngaklai banjir akan menghampiri lagi.
Yang menarik dalam buku ini dijadikannya bencana banjir sebagai bencana nasional, tak urung beberapa Negara memberikan bantuan, ternyatat dalam buku ini sebagai berikut:
INDIA dan JEPANG:
Menko Kesejahrteraan H.M. Muljadi Djojomartono selaku ketua Panitia Pusat Bencana Alam menerima sumbangan dari Kedutaan Jepang dan India Masing-masing Rp. 15,4 juta dan Rp. 15 Juta rupiah. Disamping itu pemerintah Jepang menyediakan bantuan 20.000 ton beras sebagai bantuan ekonomi dan pada bulan Mei 1966 beras itu tiba.
PHILIPINA:
Selain ikut merasakan kawatir atas bencana nasional banjir di Indoensia Presiden Philipina Marcos, lewat Dubes Reyes telah menyerahkan uang sebesar Rp. 1.600.- [uang baru]
AUSTRALIA:
Pemerintah Australia memberikan sumbangan beras kepada Indonesia sebesar 200 ribu dollar Australia. Keputusan ini telah disampaikan oleh penjabat Menlu Australia senator Gerton kepada Dubes Indonesia di Australia Mayor Jendral Kosasih
AMERIKA SERIKAT:
Sementara itu Amerika telah memberikan bantuan pangan antala lain bulgur, susu-bubuk, tepung teriguu yang seluruhnya sejumlah 4.5000 ton. Bahan-bahan pangan yang didatangkan dari Amerika Serikat tersebut, melalui Wali Gereja Katolik Indonesia.
Ternyata semua komponen angkatan bersenjata ketika itu bahu membahu meringankan penderitaan rakyat. Kecuali Korp Baret Merah [RPKAD] karena sedang menekuni tugas lainnya yang tidak boleh dianggap tidak penting. Komandan RPKAD, Kolonel Sarwo Edhie Wibowo, akhirnya menulis surat yang ditujukan kepada rakyat yang sedang tertimpa bencana. Isi suratnya antara lain.
..Dalam suasana penugasan RPKAD yang padat dewasa ini, kami terpaksa tidak dapat turut membantu mengatasi penderitaan dari pada saudara saudara kita didaerah yang dilanda banjir itu. Dengan hati yang tulus ikhlas, oleh karena setiap prajurit disegenap tanah air, telah diserahkan 10% dari pendapatan mereka dalam bulan Maret 1966 untuk selanjutnya diteruskan kepada saudara-saudara yang membutuhkan bantuan…
Dalam buku ini menggambarkan suasana yang penuh dengan tingkat kewaspadaan tinggi, dan mencekam, ketika itu. Pangdam VII Brig.Jen Suryosumpeno selaku Peperda Jawa Tengah Di Yogyakarta dalam pengumumannya yang dikeluarkan tanggal 22 Maret 1966 menyatakan bahwa: keluar masuk Solo harus membawa surat keterangan.
Buku ini juga mengetengahkan serba-serbi banjir mulai ditinjau dari sisi rochaniah hingga masalah teknis, dan ditutup dengan pertanggung jawaban keuangan.
PHILIPINA:
Selain ikut merasakan kawatir atas bencana nasional banjir di Indoensia Presiden Philipina Marcos, lewat Dubes Reyes telah menyerahkan uang sebesar Rp. 1.600.- [uang baru]
AUSTRALIA:
Pemerintah Australia memberikan sumbangan beras kepada Indonesia sebesar 200 ribu dollar Australia. Keputusan ini telah disampaikan oleh penjabat Menlu Australia senator Gerton kepada Dubes Indonesia di Australia Mayor Jendral Kosasih
AMERIKA SERIKAT:
Sementara itu Amerika telah memberikan bantuan pangan antala lain bulgur, susu-bubuk, tepung teriguu yang seluruhnya sejumlah 4.5000 ton. Bahan-bahan pangan yang didatangkan dari Amerika Serikat tersebut, melalui Wali Gereja Katolik Indonesia.
Ternyata semua komponen angkatan bersenjata ketika itu bahu membahu meringankan penderitaan rakyat. Kecuali Korp Baret Merah [RPKAD] karena sedang menekuni tugas lainnya yang tidak boleh dianggap tidak penting. Komandan RPKAD, Kolonel Sarwo Edhie Wibowo, akhirnya menulis surat yang ditujukan kepada rakyat yang sedang tertimpa bencana. Isi suratnya antara lain.
..Dalam suasana penugasan RPKAD yang padat dewasa ini, kami terpaksa tidak dapat turut membantu mengatasi penderitaan dari pada saudara saudara kita didaerah yang dilanda banjir itu. Dengan hati yang tulus ikhlas, oleh karena setiap prajurit disegenap tanah air, telah diserahkan 10% dari pendapatan mereka dalam bulan Maret 1966 untuk selanjutnya diteruskan kepada saudara-saudara yang membutuhkan bantuan…
Dalam buku ini menggambarkan suasana yang penuh dengan tingkat kewaspadaan tinggi, dan mencekam, ketika itu. Pangdam VII Brig.Jen Suryosumpeno selaku Peperda Jawa Tengah Di Yogyakarta dalam pengumumannya yang dikeluarkan tanggal 22 Maret 1966 menyatakan bahwa: keluar masuk Solo harus membawa surat keterangan.
Buku ini juga mengetengahkan serba-serbi banjir mulai ditinjau dari sisi rochaniah hingga masalah teknis, dan ditutup dengan pertanggung jawaban keuangan.
JUDUL : Banjir Bandang Di Kota Bengawan
PENGARANG : Penerangan Pekuper Ex Karesidenan Surakarta
PENERBIT : Pekuper Ex Karesidenan Ex Surakarta
CETAKAN : 1966
ISBN :
JUMLAH HALAMAN:136
PENGARANG : Penerangan Pekuper Ex Karesidenan Surakarta
PENERBIT : Pekuper Ex Karesidenan Ex Surakarta
CETAKAN : 1966
ISBN :
JUMLAH HALAMAN:136
Jejak rekam: Buku ini pemilik pertamanya adalah W.Pradoso Baturetno Wonogiri, tertanggal 3 Januari 1967. Warung kami mengkais dari komunitas buku lawas /rombengan buku bekas depan Stasiun Kerata Api Kota Baru Malang tanggal 31 Desember 2007,
[Pekuper : Pelaksana Kuasa Perang]
4 comments:
Wah terima kasih sekali atas informasi buku Banjir Solo tahun 1966. Meskipun saat itu saya belum lahir, sebagai orang Baturetno, Wonogiri baru sekarang saya dapat informasi banyak tentang peristiwa banjir '66 ini.
Saya sangat berminat untuk membaca buku tersebut, tolong Pak Joko saya dibantu untuk mendapatkan bukunya atau copy saja.
Matur nuwun,
Ahmad Suryadi
caksur@lge.com
Jl. Nusa Indah I / 184
Perumnas 1 Bekasi
BEKASI-17145
Cak Sur Insyaallah segera kami kirim dalam copy, Trims
maaf,,,saya mahasiswa ilmu sejarah UGM semester6 yang mencoba mengadakan penelitian mengenai banjir solo tahun 1966,,,
sudilah kiranya jika saya diperkenankan membaca buku tersebut dan juga mendapatkan copyan untuk menjadi sumber sekunder skripsi saya,,,
terimakasih,,,
isti komaria
takky_isti@yahoo.com
Met malam Mas, apakah sy bisa mendapatkan buku BAnjir Solo thn 66 tersebut? klo ada kira2 brp harganya dan dimana saya bisa dptkan suwun.
Tolong hubungi email saya ipungsoc@yahoo.com or sms no 087838126111
Suwun
Post a Comment