Ketika mengikuti program pelatihan singkat tahun 2006 di Malaysia, yakni sebuah program pelatihan kepemimpinan Guru untuk wilayah Asia Pacific banyak waktu yang bermanfaat untuk memahami budaya orang lain. Ketika itu pula waktu dimanfaatkan untuk mengenali dari dekat budaya yang berkembang di Negara Malaysia, mulai dari Kuala Lumpur, Selanggor bahkan hingga ke Malaka dimanfaatkan secara cermat. Decak kagum saat melihat meniatur “keris” yang dikemas dalam kotak cantik sebagai souvenir, kekaguman ini karena keterbatasan pengetahuan selama ini, keris dianggap sebagai manopoli budaya Jawa. Ternyata keris juga ada di Malaysia dan Brunei Darussalam.
Tapi yang menjadi pertanyaan mengapa Malaysia sangat menghormati keris sebagai icon budayanya, sedangkan kita ?. Perlu pengkajian mendalam. Tak terhitung banyaknya pedagang souvenier di negeri jiran ini yang menyediakan keris sebagai oleh-oleh, mulai dari Pasar Seni, Cina Town hingga BB-Plaza yang berada di seputaran Jl. Bukit Bintang Kuala Lumpur, menjualnya. Inilah yang mengingatkan saya pada tulisan seorang Bambang Harsrinuksmo. Tepatnya di Buku Ensiklopedi Keris, “Haruskah anak cucu kita kelak belajar mengenai budaya keris dari negeri orang asing?”. Pertanyaan yang menyodok kita,. Karena dapat ditafsirkan sebagai indikasi, bahwa bangsa kita sering lupa tidak merawat secara cermat budaya kita.
Warung ini, mulai terusik, untuk mencari dan mencari berbagai literature yang ditanah air terkait dengan budaya keris, ternyata jumlahnya sangat lumayan. Bahkan ada dua majalah di negeri kita yang terbit secara berkala membingkai budaya keris. Yang satu bernama “Pamor”, yang lainnya bernama “Keris”. Majalah Keris hingga bulan Desember 2007 ini sudah memasuki Edisi 10, yang menarik majalah ini bagi Warung kami adalah memiliki visi yang sama dan sebangun dengan warung kami. Rubric khusus majalah ini sebagai tanda satu visi dengan warung kami adalah, rubric yang membahas buku-buku terkait dengan keris tepatnya pada rubric “Depo Buku”.
Tapi yang menjadi pertanyaan mengapa Malaysia sangat menghormati keris sebagai icon budayanya, sedangkan kita ?. Perlu pengkajian mendalam. Tak terhitung banyaknya pedagang souvenier di negeri jiran ini yang menyediakan keris sebagai oleh-oleh, mulai dari Pasar Seni, Cina Town hingga BB-Plaza yang berada di seputaran Jl. Bukit Bintang Kuala Lumpur, menjualnya. Inilah yang mengingatkan saya pada tulisan seorang Bambang Harsrinuksmo. Tepatnya di Buku Ensiklopedi Keris, “Haruskah anak cucu kita kelak belajar mengenai budaya keris dari negeri orang asing?”. Pertanyaan yang menyodok kita,. Karena dapat ditafsirkan sebagai indikasi, bahwa bangsa kita sering lupa tidak merawat secara cermat budaya kita.
Warung ini, mulai terusik, untuk mencari dan mencari berbagai literature yang ditanah air terkait dengan budaya keris, ternyata jumlahnya sangat lumayan. Bahkan ada dua majalah di negeri kita yang terbit secara berkala membingkai budaya keris. Yang satu bernama “Pamor”, yang lainnya bernama “Keris”. Majalah Keris hingga bulan Desember 2007 ini sudah memasuki Edisi 10, yang menarik majalah ini bagi Warung kami adalah memiliki visi yang sama dan sebangun dengan warung kami. Rubric khusus majalah ini sebagai tanda satu visi dengan warung kami adalah, rubric yang membahas buku-buku terkait dengan keris tepatnya pada rubric “Depo Buku”.
Pada edisi 09 /2007 ini, dikupas dalam rubrik sosok seorang-orang mantan perwira tinggi TNI-AL, Insinyur lulusan ITB, yang juga Ajudan Bung Karno kala itu. Haryono Haryoguritno. Ditampilkan dalam rubric karena keseriusannya dalam menekuni keris. Waktu hidupnya banyak didedikasikan untuk meneliti, mempelajari, sekaligus mencintai warisan budaya leluhur kita. Kini ia bukan saja berperan besar terhadap diakuinya keris sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia, namun semangatnya tak terbendung untuk memperjuangkan krisologi, agar membendung pandangan yang simpang siur terhadap warisan budaya ini. Itulah yang dijadikan modal dasar dalam menorehkan buku karyanya sebagai adikarya bangsa dengan judul Keris Jawa, antara mistik dan Nalar.
Menurut penuturannya, keris memang bermula dari ilmu padawungan, yakni keris difungsikan sebagai sarana memperkokoh kedudukan seorang Raja. Seorang raja hampir dipastikan melengkapi dirinya dengan pusaka yang ampuh, keramat, dan piandel. Dengan keris seorang raja dianggap seperti manusia setengah dewa, mempunyai kemampuan luar biasa dan tak tertandingi, sehingga titahnya akan dipatuhi.
Latar belakang pendidikannya sebagai seorang-orang insinyur mengantarkan kerasionalannya dalam memandang sebuah keris. Mitologi keris, menurut Haryono Haryoguritno berkembang dan dikembangkan oleh pujangga Ronggowarsito menjadi kaweruh paduwungan. Ketika itu keris dipandang dengan penuh ceritera dan legenda, sehingga masuk ke alam lain yang sulit diterima oleh rasio /nalar seorang-orang. Fenomena inilah yang memberikan semangat meneliti keris. Kaweruh padawungan yang sarat dengan berbagai legenda ternyata juga menjadi daya tarik keris itu sendiri.
Harapannya kepada generasi muda Haryono Haryoguritno adalah, meminta generasi muda agar melestarikan sekaligus memiliki kewajiban generasi, memposisikan keris sebagai salah satu identitas asli bangsa Indonesia, dan meramaikan dalam khasanah keilmuan budaya bangsa. Sudah pataslah kalau gelar “krisologi” disandangnya
Menurut penuturannya, keris memang bermula dari ilmu padawungan, yakni keris difungsikan sebagai sarana memperkokoh kedudukan seorang Raja. Seorang raja hampir dipastikan melengkapi dirinya dengan pusaka yang ampuh, keramat, dan piandel. Dengan keris seorang raja dianggap seperti manusia setengah dewa, mempunyai kemampuan luar biasa dan tak tertandingi, sehingga titahnya akan dipatuhi.
Latar belakang pendidikannya sebagai seorang-orang insinyur mengantarkan kerasionalannya dalam memandang sebuah keris. Mitologi keris, menurut Haryono Haryoguritno berkembang dan dikembangkan oleh pujangga Ronggowarsito menjadi kaweruh paduwungan. Ketika itu keris dipandang dengan penuh ceritera dan legenda, sehingga masuk ke alam lain yang sulit diterima oleh rasio /nalar seorang-orang. Fenomena inilah yang memberikan semangat meneliti keris. Kaweruh padawungan yang sarat dengan berbagai legenda ternyata juga menjadi daya tarik keris itu sendiri.
Harapannya kepada generasi muda Haryono Haryoguritno adalah, meminta generasi muda agar melestarikan sekaligus memiliki kewajiban generasi, memposisikan keris sebagai salah satu identitas asli bangsa Indonesia, dan meramaikan dalam khasanah keilmuan budaya bangsa. Sudah pataslah kalau gelar “krisologi” disandangnya
Buku Di Warung kami:
JUDUL : Keris Jawa [Bilah latar sejarah hingga pasar]
PENGARANG : MT. Arifin
PENERBIT : Hajied Pustaka Jakarta
CETAKAN : 2006
ISBN : 979-25-5290-1
JUMLAH HALAMAN:460
[Buku ini penuh dengan berbagai terminology, sebenarnya buku ini layak diangkat sebagai ensiklopedia keris Jawa. Bukti Kelayakaannya disebut ensiklopedia ini nampak dalam bahasan dan tabel-tabel kategoris yang dibuat pengarangnya. Seperti pada halaman 200., buku ini memuat motif pamor yang ditabelkan secara rinci. Adapun yang ditabel lainnya adalah:
-Daftar Keris Bentuk Permukaan Bilah Keris Ukuran Normal [Hal:73]
-Diagram Ricikan Keris [Hal:75]
-Daftar Rekapitulasi Dhapur Keris Bener [Hal:103]
-Daftar Rekapitulasi Dhapur Keris Luk [Hal:122]
-Daftar Keadaan Pamor Kategori Ukuran Normal [Hal:177]
-Daftar Penerapan Motif Gambar Pamor Keris Ukuran Normal [Hal 178]
-Daftar Nama dan Sebutan Pedagang Senjata Tradisonal Di Alun-alun Lor Surakarta [Hal:366]
-Daftar Barang Dagangan dan Jasa Pelayanan Pedagang Senjata Tradisonal di Alun-alun Lor Surakarta [Hal : 379 dan Hal: 408]Buku ini memberikan gambaran rinci nama Empu dan karya-karyanya, serta tangguh dari keris., bahkan Garis Keturunan Para Empu dari Majapahit, hingga Mataran]. Kecermatan MT arifin dalam menorehkan karyanya, sampai meneliti pedagang keris seperti yang ada di Pasar Rawabening [Jati Negara], Pasar Johar Semarang, Pasar Bringharjo Yogyakarta Kompleks Pasar Turi Surabaya, dan Di Alun-alun Lor Surakarta. Menurut MT Arifin dilukiskan bahwa sejak dulu pembahasan keris telah lama di bukukan seperti buku yang berjudul “Kitab Sedjarah Keris] Toko Boekoe Sadoe Boedi, Soerakarta.
PENGARANG : MT. Arifin
PENERBIT : Hajied Pustaka Jakarta
CETAKAN : 2006
ISBN : 979-25-5290-1
JUMLAH HALAMAN:460
[Buku ini penuh dengan berbagai terminology, sebenarnya buku ini layak diangkat sebagai ensiklopedia keris Jawa. Bukti Kelayakaannya disebut ensiklopedia ini nampak dalam bahasan dan tabel-tabel kategoris yang dibuat pengarangnya. Seperti pada halaman 200., buku ini memuat motif pamor yang ditabelkan secara rinci. Adapun yang ditabel lainnya adalah:
-Daftar Keris Bentuk Permukaan Bilah Keris Ukuran Normal [Hal:73]
-Diagram Ricikan Keris [Hal:75]
-Daftar Rekapitulasi Dhapur Keris Bener [Hal:103]
-Daftar Rekapitulasi Dhapur Keris Luk [Hal:122]
-Daftar Keadaan Pamor Kategori Ukuran Normal [Hal:177]
-Daftar Penerapan Motif Gambar Pamor Keris Ukuran Normal [Hal 178]
-Daftar Nama dan Sebutan Pedagang Senjata Tradisonal Di Alun-alun Lor Surakarta [Hal:366]
-Daftar Barang Dagangan dan Jasa Pelayanan Pedagang Senjata Tradisonal di Alun-alun Lor Surakarta [Hal : 379 dan Hal: 408]Buku ini memberikan gambaran rinci nama Empu dan karya-karyanya, serta tangguh dari keris., bahkan Garis Keturunan Para Empu dari Majapahit, hingga Mataran]. Kecermatan MT arifin dalam menorehkan karyanya, sampai meneliti pedagang keris seperti yang ada di Pasar Rawabening [Jati Negara], Pasar Johar Semarang, Pasar Bringharjo Yogyakarta Kompleks Pasar Turi Surabaya, dan Di Alun-alun Lor Surakarta. Menurut MT Arifin dilukiskan bahwa sejak dulu pembahasan keris telah lama di bukukan seperti buku yang berjudul “Kitab Sedjarah Keris] Toko Boekoe Sadoe Boedi, Soerakarta.
JUDUL : Mengenal Keris [Senjata Magis Masyarakat Jawa]
PENGARANG : Ragil Pamungkas
PENERBIT : Narasi. Jl. H. Montong No. 57. RT.006/06 Ciganjur, Jagarasa-Jakarta 12630. Telepon [021] 78883030
CETAKAN : 2007
ISBN : 979-168-007-8
JUMLAH HALAMAN:143
[Pengertian keris merupakan bab awal dari buku karya Ragil Pamungkas, seputar perdebataan apa keris itu, dari berbagai pendapat juga diutarakan secara gamblang pada buku ini. Persoalan penipuan acapkali terjadi ketika keris sedang memasukki dunia transaksi, bumbu-bumbu magis kental menjadi sasaran empuk dalam memperdayaai pembeli. Modus operandi semacam ini sebenarnya sudah lama terjadi. Namun buku ini kembali mengingatkan pada khlayak pembacanya. Petunjuk praktis kecocokan orang dengan keris yang akan dimiliki, dicontohkan dalam bahasan Uji Kecocokan keris].
PENGARANG : Ragil Pamungkas
PENERBIT : Narasi. Jl. H. Montong No. 57. RT.006/06 Ciganjur, Jagarasa-Jakarta 12630. Telepon [021] 78883030
CETAKAN : 2007
ISBN : 979-168-007-8
JUMLAH HALAMAN:143
[Pengertian keris merupakan bab awal dari buku karya Ragil Pamungkas, seputar perdebataan apa keris itu, dari berbagai pendapat juga diutarakan secara gamblang pada buku ini. Persoalan penipuan acapkali terjadi ketika keris sedang memasukki dunia transaksi, bumbu-bumbu magis kental menjadi sasaran empuk dalam memperdayaai pembeli. Modus operandi semacam ini sebenarnya sudah lama terjadi. Namun buku ini kembali mengingatkan pada khlayak pembacanya. Petunjuk praktis kecocokan orang dengan keris yang akan dimiliki, dicontohkan dalam bahasan Uji Kecocokan keris].
JUDUL : Esiklopedia Keris
PENGARANG : Bambang Harsrinukismo
PENERBIT : Gramedia Pustaka Utama Jl. Palmerah Barat 33-37, Jakarta 10270
CETAKAN : 2004
ISBN : 979-22-0649-3
JUMLAH HALAMAN:640
[Dengan ketebalannya mencapai 640, halaman, berkonsekuensi pada lengkapnya pembahasan. Buku ini telah mengingatkan pembacanya secara khusus, pada seluruh warga bangsa pada umumnya. “Haruskah anak cucu kita kelak belajar mengenai budaya keris dari negeri orang asing?”.Buku yang bertajuk ensiklopedia ini, menyadarkan kita bahwa persoalan keris bukan manopoli budaya Jawa, namun seluruh Nusantara ini memiliki hak atas keris menjadi bagian dari budayanya. Istilah perkerisan di Brunei Darussalam seperti : Aliamat; Anak Ayam; Atikasana, Aring Keris, Sampir Keris, dan Sikunyir secara jelas pada halaman 111. Keris Malaysia juga di kupas tuntas oleh ensiklopedia ini, dan diungkapkan pula bahwa perbukuan yang menuliskan keris di Malaysia juga marak, namun sayangnya banyak ditulis oleh orang asing. Hanya satu buku yang ditulis oleh penduduk asli Malaysia, ditulis Shahrum Yub
PENGARANG : Bambang Harsrinukismo
PENERBIT : Gramedia Pustaka Utama Jl. Palmerah Barat 33-37, Jakarta 10270
CETAKAN : 2004
ISBN : 979-22-0649-3
JUMLAH HALAMAN:640
[Dengan ketebalannya mencapai 640, halaman, berkonsekuensi pada lengkapnya pembahasan. Buku ini telah mengingatkan pembacanya secara khusus, pada seluruh warga bangsa pada umumnya. “Haruskah anak cucu kita kelak belajar mengenai budaya keris dari negeri orang asing?”.Buku yang bertajuk ensiklopedia ini, menyadarkan kita bahwa persoalan keris bukan manopoli budaya Jawa, namun seluruh Nusantara ini memiliki hak atas keris menjadi bagian dari budayanya. Istilah perkerisan di Brunei Darussalam seperti : Aliamat; Anak Ayam; Atikasana, Aring Keris, Sampir Keris, dan Sikunyir secara jelas pada halaman 111. Keris Malaysia juga di kupas tuntas oleh ensiklopedia ini, dan diungkapkan pula bahwa perbukuan yang menuliskan keris di Malaysia juga marak, namun sayangnya banyak ditulis oleh orang asing. Hanya satu buku yang ditulis oleh penduduk asli Malaysia, ditulis Shahrum Yub
Sedang di telusuri koleksi penulisan “keris”
-Keris: Daya Magis, Manfaat, Tuah, dan Mesteri.[Ki Hudoyo Doyodipuro] Semarang : Dahara Prize (1997)
-Dapur Keris dan Tombak [Bambang Harsrinuksmo]. Jakarta: Yayasan Budi Mandiri (1983)
-Keris [Hamzuri] Jakarta: PT. Jambatan (1984)
-Keris Pusaka Nilai Historis Metafisis, Jilid 1, 2 CV Aneka Surakarta [Buanadjaya,B.S]. (1999)
-Pakem Pengetahuan tentang Keris, Penerbit Aneka Ilmu semarang [Koesni](1979)
-Keris Senjata Pusaka, Yayasan Sapta Karya, Jakarta [Moebirman](1980).
-Keris Jawa. Jakarta [Haryono Haryoguritno]
Keterangan : Photo Haryono Haryoguritno diambil dari majalah Keris Edisi 09/2007
ANAK-ANAK & KERIS
Melakukan proses internalisasi pada anak-anak mengenai pengetahuan Pusaka Nusantara, adalah bagian dari tanggung jawab pendahulu. Melalui buku yang berjudul Seri Pusaka Nusantara 6, anak sejak dini telah dikenalkan dengan Keris. Melalui tangan piawai Aylawati Sarwono upaya itulah diwujudkan. Yang menarik dari buku ini adalah kesengajaan konsumsi anak, sehingga bentuknya Cergam alias ceritera bergambar. Rujukan pustaka membuat heran khlayak penghoby keris karena kebanyakaan diambil dari internet, dan pustaka asing seperti berikut:
1 Duuren, David Van. 1998. The Kris; An Earthly Approach to a cosmic symbol. Pitures publishers. Netherlands.
1 Wikipedia.com
1 Bantubiz.com
1 keris.fotopic.net
1 kerisbudi.fotopic.net.
1 http://www.pikiranrakyat.co.id/
1 http://www.trulyjogja.com/
1 topmdi.com.
1 Wikipedia.com
1 Bantubiz.com
1 keris.fotopic.net
1 kerisbudi.fotopic.net.
1 http://www.pikiranrakyat.co.id/
1 http://www.trulyjogja.com/
1 topmdi.com.
Data buku:
JUDUL : Seri Pusaka Nusantara 6
PENGARANG : Aylawati Sarwono-Blindspot studio
PENERBIT : PT Elex Media Kompotindo, Jakarta
CETAKAN : I 2007
ISBN : 978-979-27-1629-0
JUMLAH HALAMAN:28
No comments:
Post a Comment