Wiranto mengatakan, bahwa buku ini bukan merupakan cerita tentang diri, atau buku yang berkisah tentang kehidupan Wiranto, namun merupakan gagasan yang dituang sebagai risalah singkat untuk meluruskan sesuatu yang karut marut dan centang perentang. Risalah ini bukanlah gumanan untuk diri sendiri. Risalah ini merupakan ekspresi keprihatinan sekaligus ajakan memperbaikinya. Risalah ini bukan pula ratapan tentang keadaan, tetapi agenda kerja.
Dicipta dari endusan empiri, sebuah rangkai pengalaman diri, dari perenungannya Wiranto berusaha untuk menegaskan tiga hal, yakni:
Pertama: jalan demokrasi adalah jalan yang tepat dan selayaknya diambil. Dengan demikian menjalankan demokratisasi selama sepuluh tahun lalu, sesungguhnya sudah berada di jalan yang benar
Kedua, setelah berjalan selama lebih dari satu dasa warsa, demokratisasi itu belum berhasil membangun demokrasi yang kuat dan mensejahterakan. Maka, setelah berusaha membeberkan apa saja yang sudah dicapai dan apa saja yang masih terabaikan serta memaparkan persoalan-persoalan mendasar dalam demokrasi kita. Dipaparkan apa saja yang mendesak dilakukan untuk memperkuat demokrasi, sekaligus membuat demokrasi mampu menghasilkan kesejahteraan
Ketiga, ditegaskan oleh Wiranto atas keyakinannya aryi penting "hati nurani" sebagai modal dasar bagi perbaikan praktik demokrasi. menurutnya, akan ditunjukkan bahwa keyakinan itu bukan hanya didasarkan pad keyakinan religius berbasis agama, melainkan juga keyakinan politik yang sesungguhnya sudah teruji dalam praktik demokratisasi di vanyak tempat atau negara lain.
Pembentangkan buku ini terdiri dari sejumlah topik atau persoalan, yang tersaji sebagai berikut:
Bab 1 [Pendahluan], Berbicara masalah latar belakang sejarah, hingga perjalanan demokrasi selama ini, persolan-persoalan demokrasi kita. Dari realitas tersebut dapat diinisiasi beberapa agenda yang digarap terkait serta solusi alternatifnya.
Bab 2 [ Apa yang Sudah Dicapai, dan Yang Belum], dijabarkan apa yang sudah tercapai dan apa yang terabaikan dalam pembentukan dan pengembangan demokrasi kita.
Dengan bentangan ini diharapkan dapat memperjelas apa saja yang menjadi agenda kerja untuk mematangkan atau mengkonsulidasikan demokrasi kita
Bab 3 [Melihat ke belakang Melangkah ke depan], Berusaha memposisikan masa lalu dan masa depan kerangka kerja pelurusan kembali jalan demokrasi kita. Olehkarenanya bab ini berisi ajakan untuk menjadikan sejarah perkembangan demokrasi kita sebagai modal untuk memperjuangakn kehidupan yang lebih baik di masa depan. Untuk itulah paparan tentang wujud masa depan perlu dipaparkan
Bab 4 [Tawaran Model Demokrasi Untuk Indonesia], berisi tawaran alternatif model demokrasi. Di dalamnya ditunjukkan aspek-aspek, dan bagaimana menatanya
Bab 5 [ Menyandingkan Demokrasi dan Kesejahteraan] memuat gagasan-gagasan dasar mengenai penyandingan demokrasi dan kesejahteraan. Di sini terpapar sebuah tawaran mengatasi dilema, antara membangun demokrasi di satu sisi, dengan mencapai kesejahteraan rakyat di sisi lain. Menurut Wiranto penulis buku ini, model alternatif akan berguna manakala demokrasi mampu mengeluarkan kita dari dilema itu
Bab 6 [Kepemimpinan Demokratis yang Kuat],Memaparkan pikiran-pikiran Wiranto mengenai penting dan sangat menetukannya kepemimpinan yang kuat untuk meluruskan kembali jalan demokrasi. Bahwa kepemimpinan yang lemah akan makin melemahkan demokrasi dan membuat kita berjalan di tempat.
Bab 7 [Simpulan Meluruskan Kembali Jalan Demokrasi], berisi simpulan dan intisari pemikiran mengenai demokrasi dan pelurusan jalan demokrasi. Di sini juga ditunjukkanna betapa hati nurani mengambil tempat yang strategis, penting dan menentukan
Data buku
JUDUL: Meluruskan Jalan Demokrasi
PENULIS: H.Wiranto SH
PENERBIT: Institute for Demokracy of Indonesia. Jl. Kotabumi 15 Jakarta Pusat 10230. Telp: 021-3917271. E-mail: ideindonesia@cbn.net.id
ISBN: 979-97721-3-3
CETAKAN: Februari 2009
TEBAL: : viii + 112 halaman
No comments:
Post a Comment