SILA CARI DI SINI!

Google

Thursday, August 21, 2008

SUPRIYADI: SEBUAH KONTROVERSI.

Sadapan buku "MENCARI SUPRIYADI" [Baskara T. Wardaya, SJ]
Menelusuri buku Mencari Supriyadi—Kesaksian Pembantu Utama Bung Karno.
Romo Dr. Baskara. SJ. Secara tidak sengaja menemukan Eyang Andaryoko Wisnuprabu--AW, ketika sedang menyelenggarakan sebuah pementasan, yang mengangkat naskah Romo Dr. Sindhunata, SJ di Kota Semarang. Tiba-tiba disarankan untuk minta nasehat kepada sesepuh kebudayaan di kota itu, Eyang Andaryoko ternyata adalah sesepuh yang dimaksud, melalui pembicaraan itulah tertangkap sebuah pengkuan bahwa jati diri Eyang itu adalah Supriyadi.
Seperti sebuah jalan yang harus dilalui oleh Romo Baskara T. Wardaya, untuk mengangkat tulisan yang melingkup sejarah bangsa ini. Sebagai seorang-orang yang menekuni sejarah, Romo Baskara, seperti menemukan sesuatu yang berharga.
Kaidah keilmuan tentunya juga dikedepankan, mulai dari persiapan prnulisan yang penuh dengan citarasa keilmuan. Sekuensial dari prosedur yang harus dilakukan tetap diteggakan. Dalam penulisannya beliau juga melakukan triangulasi, yakni suatu metode penelitian dengan menggunakan beberapa metode lain, dalam hal ini, Cross-Checking hasil wawancara dengan studi kepustakaan. Inilah adalah tuntutan keilmuan sebagaimana yang disarnakan oleh Taylor & Bogdan dalam penelitian kualitatif.
Menurut Romo Baskara, dalam proses triangulasi itu, banyak kesesuaian informasi Eyang Andaryoko tentang peristiwa-peristiwa di seputar Bung Karno dan Soeharto, yang dapat memperkuat kebenaran klaim sang tokoh bahwa ia memang Supriyadi.
Buku ini sangat syarat informasi, kendadati mendatangkan beberapa kontroversi
Data buku
JUDUL: Mencari Supriyadi-Kesaksian Pembantu Bung Karno
PENULIS : Baskara T. Wardaya, SJ
PENERBIT: alang Press. Jl. Anggrek 3/34 Baciro Baru Yogyakarta 55225. Telp. [0274] 554985, 554986. E-mail: redaksi@galangpress.com http://www.galangpress.com/
CETAKAN I- 2008
ISBN: 979-602-8174-07-7
TEBAL: 230; 150X 230 mm

Supriyadi Sang Misterius,
Buku ini juga mengungkap, bahwa Supriyadi itu tokoh yang penuh misteri dan akhirnya juga memproduksi misteri.
Misteri itu menjadi lebih besar ketika orang sedang mengingat bahwa pada tahun 1945, saat negeri ini membentuk kabinetnya yang pertama pada tanggal 6 Oktober 1945, Presudeng Soekarno menunjuk Supriyadi menjadi Menteri Keamanan Rakyat. Misterinya adalah bahwa pada satu sisi ada kemungkinan dia sudah mati, tetapi pada sisi lain ia diangkat menjadi seorang menteri. Hal ini tentu saja cukup misterius. Tetapi menjadi lebih misterius lagi ketika kemudian pada tanggal 20 Oktober 1945 Supriyadi juga ditunjuk menjadi Panglima TKR [Tentara Keamanan Rakyat]. Sekali lagi, pada satu sisi ada ketidakjelasan apakah Supriyadi masih hidup atau telah mati. [hlm: 22]

SBY mengaku anak Supriyadi??
Tentunya banyak orang terkejut membaca buku ini, karena nama Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, ikut disebut-sebut, ketika dilakukan wawancara dengan Eyang Andaryoko.
Ketika itu Eyang Andaryoko diberi pertanyaan :
“Beberapa buku menyebut bahwa Supriyadi pernah bertugas untk menjadi pengawas Romusha. Benar?”
Tidak, tidak pernah
….Nah, ini saya hubungkan ya?, Pak SBY [Presiden Soesilo Bambang Yodhoyono], waktu kepilih jadi Presiden baru, dia pernah mengaku sebagai anaknya Supriyadi. Sebenarnya nama Bapak dia itu adalah Soekotjo, menjadi Angkatan Laut Jepang. Tapi lalu hilang. Karena hilang dan tidak jelas beritanya, lalu dilakukan bahwa nama orang itu adalah Supriyadi. Ini masuk media massa. Say abaca. Saya terheran-heran: Lho kok begini?! Waktu itu SBY disebut sebagai “satriyo piningit”, Satriyo apalah, pokoknya di diumbnulke [diangkat-angkat]. Tetapi tentu saja itu tidak benar. Tapi bagi saya ya tidak apa-apa. Itu terserah….[hlm 49]

Andaryoko pernah berbohong
Ketika di wawancarai tanggal lahirnya, Eyang Andaryoko berbohong.
Kapan tanggal lahirnya ?
Tanggal 23 Maret 1920. Tapi waktu mendaftar di PETA saya dimudakan, menjadi tahun 1923. Saya dicatat sebagi lahir di Trenggalek, 13 April 1923. …[hlm; 48]
….Seperti sata katakan tadi, di Blitar itulah saya mengaku kelahiran Trenggalek. Umur saya dibuat lebih muda, sehingga meskipun saya lahir tahun 1920 saya dicatat lahir tahun 1923.

Banyak orang yang mengaku Supriyadi.
Karena tidak diketahui kuburannya dan dianggap sebagi tokoh yang misterius, maka dari masa kemasa bermunculan orang yang mengaku sebagai pahlawan yang hilang itu. Semasa Darmadi [Bupati Blitar 1945-1956), ayah dari Supriyadi, masih hidup [ia meninggal tahun 1973) paling sedikit lima kali ia ditemui oleh oarng yang mengaku sebagai anaknya. Ki Utomo Darmadi [waktu muda bernama Setio Utomo], adik tiri dari Supriyadi pernah ditelpon oleh Wakil Presiden Try Sutrisno karena ada orang tua di Yogya yang mengaku sebagai Supriyadi. Utomo bernagkat ke Yogya dan menemui orang tersebut. Ketika ditanya badsalam bahasa Belanda dan Jepang, orang itu tidak mengerti, padahal Supriyadi pernah bersekolah di MULO dan MOSVIA dan ikut kemiliteran Jepang. Utomo Menyimpulkan meskipun orang itu pintar tetapi bukan Supriyadi.

Buku ini tetap menjujung obyektivitas.
Dalam menjamin kaidah ilmiah buku ini tidak serta merta membenarkan apa yang dikatakan oleh Andaryoko. Misalnya pada bab “Beberapa catatan tentang Fakta Historis”
…Ada beberapa hal yang menjadi tanda tanya dalam jawaban yang diberikan oleh Andaryoko Wisnuprabu. Mungkin saja ia lupa atau ada keterangannya yang tidak akurat. Tetapi kalau ketidaktepatan factual itu cukup banyak, masihkah dapat dipercaya pengakuannya ia adalah Supriyadi yang memimpin pemberotkan PETA tahun 1945?

1 comment:

Anonymous said...

Ada apa sebenarnya dengan Supriyadi?