Buku ini adalah karya Waitlem, seorang-orang yang dilahirkan . di Tarantang, Kabupaten 50 Kota, 8 Januari 1968.
Kemampuannya menulis cukup teruji karena pernah tiga kali menjadi juara tingkat propinsi Sumatra Barat. Sebuah feature, satu makalah, dan dua bukunya pernah menjadi pemenang tingkat nasional. Buku Cara Mudah Membangkitkan Gairah Menulis , adalah refleksi dari pengalamannya selama 18 tahun menggeluti duni kepenulisan. Buku ini adalah buku kelima yang ditulis, setlah Cincin Naga Sakti, Batu Menangis, Budi Daya Markisa Manis, dan Suaru, serta sebuah kumpulan puisi Pagi ini Guru Menjalani persidangan.
Hulu ledak dari buku ini terletak pada lima bab dari dua puluh lima bab, yang ada di buku ini. Dikatakan sebagai hulu ledak, karena bab-bab tersebut memiliki kemampuan gertak emosi yang mendorong lahirnya motivasi. Tentunya memotivasi untuk menulis. Bab yang dimaksud adalah:
- Bab 4, “ide ada di mana-mana”
- Bab 6, “Ketidakmampuan juga ide”
- Bab 8, “Boleh melompat pagar”
- Bab 14, “Pembaca rakus”
- Bab 21, “Mencontoh tidak dilarang”
IDE ADA DI MANA-MANA?
Di mana-mana, seperti lagak-lagunya promosi soft drink, kapan saja, di mana saja. Ternyata ide itu ada di mana-mana. Sebagai contoh, seorang-orang pasti dan pasti punya teman. Teman satu sekolah. Teman sepermainan, Teman sekantor, Teman seprofesi. Teman berbagi suka. Teman berbagi duka. Kalau ada seorang-orang tidak punya teman, tentunya punya musuh. Ada lawan. Baik teman maupun musuh bisa dijadikan sumber ide. Sumber tulisan. Ada ide pada mereka. Persahabatan yang begitu akrab, harmonis, dan saling mengerti bisa dijadikan bahan tulisan. Ini sebuah resep, yang mungkin tidak diketahui orang lain. Mengapa resep tersebut tidak Anda tulis.
KETIDAKMAMPUAN JUGA IDE.
Kendatipun belum ada Pasar atau Hypermarket yang menyediakan counter khusus yang menjual bermacam-macam “alasan”, ternyata “alasan” itu bertebaran di mana-mana. Termasuk pada diri kita, adalah pabrik alasan yang paling produktif di dunia.
Alasan tidak ada waktu, ide yang macet, bahkan tidak memiliki bakat, adalah alas an yang sering mencuat. Waitlem penulis buku ini memilki strategi, ketiga menjumpai sosok yang sangat lengket dengan berbagai alasan.
…..Kata Witlem, “Saya minta mereka menulis alas an tersebut dalam kalimat. Semuanya mampu menulis kalimat. Masing-masing dijadikan kalimat utama. Mereka diminta untuk menulis ketidakmampuan masing-masing dalam sebuah paragraph. Mereka juga mampu. Kurang dari sepuluh menit semuanya sudah menyelesaikan paragraf tersebut. Tidak ada yang tidak mampu, Lima sampai tujuh orang yang memiliki alasan yang berbeda-beda disatukan dalam kelompok. Setiap kelompok diminta untuk menyatukan paragraf mereka dalam sebuah tulisan. Setiap kelompok diminta menulis judul tulisan yang disatukan. Tulisan tersebut dicabakan di hadapan kelompok lain. Setelah beberapa tulisan dibacakan, mereka diminta untuk berkomentar. Mereka terganga dengan kemampuannya sendiri.
BOLEH MELOMPAT PAGAR.
Memang memagari penulis itu sangat sulit, mending memagari singa, disamping singa tidak mengancam keselamatan orang, bisa jadi tontonan. Persoalan pagar memegar, sangat berbeda dengan persoalan lompat pagar dari Karya Witlem. Boleh melompat pagar itu dimaksudkan adalah, bebasnya ruang gerak sang penulis. Menulis di lura bidangnya tidak masalah. Dokter tidak selamanya harus menulis soal kesehatan. Guru tidak selamnya menulis masalah pendidikan. Siswa tidak perlu terfokus masalah pembelajaran. Ibu rumah tanggapun tidak selamanya harus menulis keluarga. Setiap penulis boleh melompat pagar. Dan ini dilakukan banyak penulis. Bisa saja Anda masih di sekolah menengah, tetapi tidak ada larangan untuk menulis masalah keluarga, kesehatan, perekonomian dan politik.
PEMBACA YANG RAKUS.
Kalau terlalu banyak mengkonsumsi makanan tertentu, kadang-kadang bisa celaka, kalu tidak bikin asam urat kambuh, kolesterol menumpuk, orang jadi ambruk. Tapi kalau tamak bin rakus membaca justru menyehatkan. Takaran tidak terbatas, selamat mata masih mengindera, rasa kantuk belum terbentuk, membaca perlu dilanjut hingga suntuk.
Waitlem, merujuk beberapa pendapat terkait pentingnya membaca bagi penulis.
“ Pelajaran pertama bagi seorang yang hendak berhasil dalam bidang penulisan ialah, membaca. Membaca buku yang baik sebanyak-banyaknya. Dan dari buku-buku yang ditulis oleh pengarang terkenal banyak bahan yang dapat dipelajari. Ia belajar juga dari kegagalan mereka. Dengan membaca hasil karya mereka berarti memasuki dunia penulisan, yang mungkin agak berbeda dengan apa yang diperolehnya dari buku teknik mengarang. Perbedaan itu terletak pada soal, bahwa sekarang yang dihadapi adalah karya yang sudah jadi. Sedangkan teknik mengarang mengajarkan padanya bagaiman cara mencapai karya yang dihapainya “ [diambil oleh Witlem, dari karya Nadeak, 1983:132]
…Catatan Warung : Buku Wilson Nadeak dengan judul ”Bagaimana Menjadi Penulis Yang Sukses”, terbitan Sinar Baru Bandung, juga tersimpan di dapur warung ……Bila kesempatan sedang berpihak akan dibahas segera……..
Waitlem untuk meyakinkan khalayak bacanya mengadop tulisan Andrias Harefa, judul “Agar Menulis-Mengarang Bisa Gampang” Gramedia Jakarta, buku ini juga ada ditumpukkan dapur warung, kemungkinan juga akan diposting.
……Andrias menulis: “ Apa yang saya sampaikan kali ini adalah soal pentingnya kebiasaan membaca. Kalau ada penulis yang mengaku bisa produktif tanpa membaca sama sekali, saya kira ada dua kemungkinan. Pertama ia memang sudah mencapai tahap “manusia guru”, mahkluk langka yang dapat dikatakan sakti mandraguna . Kedua ia berbohong, dan ini mungkin lebih masuk akal. [Harefa, 2003:50]
Maknanya membaca adalah amunisi, siapa saja ingin bertarung tanpa stamina yang “yahut”, maka piala tidak pernah tergenggam. Kini kita memperoleh itu semua, ternyata stamina itu diperoleh dari membaca.
MENCONTOH TIDAK DILARANG:
Plagiat itu racun masyarakat, menjiplak itu ibarat seorang-orang punya otak yang sudah bengkak. Maka dalam tulis menulis perbuatan itu harus dibuntu, tapi kalau kita mengambil positioning sebuah reklame “film-photo” LEBIH INDAH DARI WARNANYA ASLINYA, keabsahan itu bisa diterima.
Waitlem menulis “Mencontoh tidak dilarang”.
Detil buku :
JUDUL : Cara Mudah Membangkitkan Gairah Menulis
PENGARANG : Waitlem
PENERBIT : Yayasan Citra Budaya Indoensia, Padang
CETAKAN PERTAMA : Oktober 2007
ISBN : 978-979-3458-15-1
HALAMAN : ix + 111.
No comments:
Post a Comment