SILA CARI DI SINI!

Google

Thursday, May 29, 2008

PERAN PAK POLISI DI KOTA “BONEK” YANG BERUSIA 715 TAHUN.

Kota Bondo Nekat [Modal Nekad], yang sedang Ulang Tahun 715, ternyata mengundang hadirnya aparat keamaanan yang wibawa. Karena Bonek sering di candra negatif. Harus diakui saat ini citra negatif negatif itu merambah di mana-mana, sebuah citra negatif yang terbangun ketika sepak bola menjadi bagian hidup kota. Reputasi kota sangat ditentukan oleh kesebelasan bolanya. Ternyata membawa dampak sosial, yang dapat mengudang hadirnya marabahaya. Kini stigma itu melekat pada siapa saja, ketika meneropong Kota Buaya ini, selalu dikonotasikan dengan Bonek. Penelitian independen pernah dilakukan, banyak orang yang takut ketika harus transit di kota ini. Mungkin gambaran yang menyeramkan, karena drama sepak bola selalu berakhir dengan kerusuhan. Realitas inilah selanjutnya ditangkap sebagai masalah keamanan.
Warung menemukan buku yang terkait dengan persoalan keamanan kota Surabaya. Buku ini cukup beralasan hadir, karena pencitraan kota selalu diukur dari keamanan [security] dan kesejahteraan [prosperity].
Ternyata cukup mengejutkan, ada seorang-orang Polisi yang menuliskan pengalamannya, ketika membangun kota ini, melalui ranah pengabdiannya. Dia adalah, Kombespol Drs. Anang Iskandar, SH.MH, sang editor buku.
Dalam tugas menciptakan rasa aman sembari menjaga dinamika, digambarkan sebagai sesuatu yang tidak gampang. Namun pengabdiannya sebagai Polisilah, yang menggerakkan kesigapannya dengan mengambil posisi dan desisi, bukan hanya partisipasi, tetapi panggilan hati
Decak kagum meluncur dari mulut Dahlan Iskan, sang Presdir Jawa Pos Group atas buku yang dikreasi polisi ..
” Jarang bahkan langka seorang polisi menulis apalagi tentang tugas kesehariannya. Buku ini tidak saja berisi informasi, tetapi sekaligus sebagai referensi bagi siapa saja yang menggeluti tugas kepolisisan serta siapa saja yang tertarik tentang pelayanan kemasyarakatan”
Detil Buku:
JUDUL : Menjaga Surabaya Aman dan Kinclong
EDITOR : Anang Iskandar
PENERBIT: JP. BOOKS Jl. Karah Agung 45 Surabaya Telp: 031-8289999
CETAKAN II :Medio Pebruari 2007
ISBN : 978-979-3487-71-7
HALAMAN : v+ 213
[Kendati buku ini aroma bahasannya terkait erat dengan masalah keamanan, ternyata citarasa manajemen menjadi bagian yang tidak terlepasan. Piranti manajemen difunsikan ketika Polisi ingin membangun proefesionalitasnya. Buku ini menggabarkan bagaimana jajaran Powiltabes melakukan Human Capital Investment. Dalam membangun SDM, terdapat jurus-jurus yang digunakan sebagai pirantinya. Jurus itu antara lain:


  • Jurus Pertama mendinamisasi organisasi, dengan mempertimbangkan adanya kelemahan penempatan personil dalam struktur, status dan peran. Diantaranya penanaman pemahaman tentang Ceteris Varibus dalam hal pelaksanaan kewajiban yang harus dipenuhi oleh semua pihak yang berada dalam struktur organisasi
  • Jurus Kedua membangun Team Building, melalui penanaman semangat kerja ala Orkrestra. Dalam Orkestra, ditemukan adanya keharmonisan peran
  • Jurus Ketiga memacu bawahan agar merubah kultur reaktif menjadi proaktif
  • Jurus Keempat Menjadikan jumat malam sebagai malam ”rapotan” dan pemberian feedback atas kinerja seminggu untuk perbaikan ke depan
  • Jurus Kelima menyelenggarakan moment untuk mencari jati diri dikemas dalam bentuk kegiatan Outwardbond
  • Jurus Keenam, ketauladanan, kesederhanaan yang tersamar dalam berbagai penampilan, kumpul bersama, tidak mengharapkan diprlakukan istimewa.
  • Jurus Ketujuh, kebijaksanaan terhadap kesejahtreraan material/finasial dalam menyikapi kondisi keterbatasan....Tanpa harus kongsi dengan pengusaha ”abu-abu”, apalagi untuk tetap mempertahankan budaya lama Upetiisme sangat pantang dan diharamkan.[Hlm 57-59]

METAPORA SEPAK BOLA UNTUK KEPENTINGAN MEKANISME KERJA
Sungguh luar biasa tulisan bapak polisi ini, barangkali diilhami oleh seringnya tugas pengaman sepakbola, sehingga startegi permainan sepak bola dapat diacu sebagai mekanisme kerja.
Buku ini memperlihatkan TUPOKSI, diibaratkan sepak bola, misalnya:

  • POLSEK sebagai gelandang Tengah, POLSEK memerankan sebagai ujung tombak operasional
  • POLRES sebagai penyerang, ketika memerankan penyerang POLRES dituntut mengantisipasi kejahatan yang muncul dengan mereaksinya secara cepat dan tepat
  • POLWILTABES sebagai Libero, berfungsi sebagai pemberi semangat terhadap personil yang berada di bawahnya dalam melaksanakan kegiatan kepolisian.[Hlm64-67]

JURUS CANTIK NAN MANARIK
Masih banyak jurus yang dikoleksi pak polisi di kota bonek ini, sebagai upaya perwujudan citra diri ke puncak profersionalisasi, adapun jurus-jurus itu adalah:

  • Jurus 300, adalah jurus yang menstimuli masyarakat, jika memberikan informasi berkaitan dengan perilaku pak polisi yang nakal, diberi imbalan Rp. 300.000. Jurus ini sangat ampuh menjaga profesi polisi sebagai profesi mulia [nobile officum]
  • Jurus Unstructure learnin, adalah proses pembelajaran anggota yang tidak terjadwal, membahas masalah yang timbul pada hari itu baik mengenai indentifikasi masalah maupun problem solvingnya.

[masih banyak jurus lain yang memikat, tapi warung tidak dapat memuat semuanya, takut kuwalat]

POLISI SEJATI MENURUT BUKU INI
Buku ini memaparkan bahwa polisi itu harus rendah hati. Polisi yang rendah hati itu, polisi yang tidak sombong dan tidak bersikap adigang-adigung-adiguna, mau menghormati setiap orang tanpa memandang latar beklakangnya, sugih, mlarat, pinter, bodoh, suku, ras, agama maupun kepentinganyan. Polisi yang rendah hati juga polisi yang arif bijaksana, berakal budi sehat, berpikiran jernih, tahu yang benar dan yang salah.

[Wusana kata, itulah polisi kita, mudah-mudahan apa saja yang ada dibuku, sama dengan apa yang ada dilapangan. Kalau ada penyimpangan, haruslah penyimpangan yang positif (Positive deviance), sehinga "TATA TENTREM KERTA RAHARJA" terwujud dengan sempurna]

KAPAN PAK POLISI LAINNYA MENULIS???

No comments: