SILA CARI DI SINI!

Google

Saturday, May 17, 2008

PRIGEL MENULIS ARTIKEL



Judul buku yang dikreasi oleh Agus M. Irkham ini beraroma “Jawa”, Pemilihan kata “Prigel” tidak hadir dengan sendirinya, sebagai kosakata Jawa punya makna yang istimewa. Prigel bukan saja ketrampilan atau skill, namun memiliki makna yang dalam dan komprehensif. Disamping. skill didalamnya juga mengandung makna pengetahuan [cognitive] sekaligus afeksi [affective]. Hal ini sangat lekat sekali dengan pendapat Bloom, bahwa sebuah “entry behavior” seorang-orang manakala, masuk dalam ranah cognitive, affective, psychomotor, maka terjadilah perubahan yang tidak hanya menjadikan sebuah kebiasaan [habit], tetapi lebih mengarah pada pembudayaan [culture]. Barangkali kata prigel itu bermaksud menjadikan khalayak bacanya, memiliki budaya mencipta artikel. Kalau demikian sungguh mulia pikiran itu.
Buku ini ingin membuat orang untuk tidak terpaku pada pemikiran yang membelenggu, namun memberikan dorongan dengan istilah yang sangat sederhana. Tujuannya jelas, menarik dicerna, tidak menggurui dan mudah dipraktikkan.
Dalam buku kosakata Jawa yang dimunculkan, tidak sekedar dsebagai “gincu”, dalam lebih dari ut, ingin mengungkap kedalaman makna.
JENANG & JENENG MENULIS ARTIKEL.
Lagi-lagi kosakata “Jawa” muncul kembali. “Jenang”, adalah kue yang terbuat dari ketan, biasanya hadir dikala ada sunatan, atau hajat perkawinan. Makna jenang [kue] adalah sebuah pendapatan “income”, manulis artikel jika telah memasuki tahapan tertentu, akan berkonsekuensi pada sebuah pendatan. Jadi menulis itu identik pula dengan memperoleh “jenang “ atau pendapatan, istilah kerennya “income”
”Jeneng”, sebuah kosakata Jawa yang artinya “nama”, menulis itu identik dengan mendapatkan “nama” atau reputasi diri. Artinya menulis disamping memperoleh pendapatan, reputasi akan terjungjung juga.
Dalam buku ini, ditulis terang-terangan bahwa banyak penulis di dunia ini yang sejak awal niatannya cari duit, dan itu tidak salah. Seorang-orang bernama Dr. Samuel Jhonson mengatakan,” Tidak ada seorang pun, kecuali yang goblok, yang menulis, tidak untuk caru uang”. ….[aduh warung ini, ternyata terkatagori goblok, karena setiap hari merilis tulisan untuk gratisan,… mungkin juga tidak karena hati yang senang ketika menulis dapat juga dirupiahkan . Inilah pendapatan yang intaingible]

Seperti novel terbaru Ayat-ayat Cinta tulisan Habiburahman El-Shirazy, yang mendapatkan jenang sebesar Rp. 120 juta dari royalty. Tapi,tidak hanya uang, nama Habiburahman El-Shirazy banyak dikenal orang, mulai anak kecil sampai orang tuanya anak-anak kecil mengenalnya, itulah “jeneng”
MEMPROVOKASI:
Sudah menjadi kebiasaan penulis jika sedang membuat buku dengan tajuk bagaimana menulis, pasti isinya provokasi.
Buku ini memprovokasi, tidak tangung-tanggung, maestro penulis buku Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, dirujuknya.
“ Semua harus ditulis. Apa pun…Jangan takut tidak dibaca atau tidak diterima penerbit. Yang penting tulis,tulis, dan tulis. Suatu saat akan berguna” [Pramoedya Ananta Toer, Menggelinding] JANGGAN TAKUT GAGAL:
Buku ini dengan tegar mengatakan, bahwa bakat atau tidak bukanlah penghambat. Mencontohkan ada sederatan penulis yang dilahirkan bukan dari sebuah bakat, tetapi betul-betul karena kerja keras yang, barangkalim tidak terbayangkan oleh pembacanya. Joni Ariandinata adalah salah satu nama yangcukup mewakili. Meskipun Joni seorang penulis cerpen, bukan artikel, tapi inspirasi dan semangat berani gagal-berani berhasil , patut diteladani. Joni pernah menuturkan keluh kesahnya;

“Setiap malam aku menyelesaikan dua cerpen deangan menggunkan mesin ketik manual, dan mengirimkannya ke Koran. Uang hasil menggayuh becak, yang mestinya buat makan, harus aku potong untuk membeli amplop, dan perangko. Selama satu tahun [1992-1993), lebih dari 700-an cerpenku selalu ditolak”
Sekali, pada pertengahaan tahun 1993, cerpennya pernah dimuat Surabaya Post, selebihnya jawaban keterbatasan ruang.
Hingga pada tahun 1994, tak ada yang menyana, cerpennya berjudul Lampor diganjar Koran Kompas sebagai cerpen terbaik. Sejak itu, cerpen-cerpennya yang semula tidak jelas nasibnya, mulai bermunculan di majalah: Horison, Matra, Basis, Jurnal Kebudayaan Kalam, Bahana [Brunei Darussalam], Harian Kompas, Republika, Media Indonesia, Suara Pembaharuan, The Jakarta Post, Pikiran Rakyat, Jawa Pos, dan Bernas.
…inilah Ya “Jenang”, Ya “Jeneng”.
BAGAIMANA ORANG MENULIS


“First keys on writing is to write. Not to think!. KJunci pertama menulis menurut buku ini adalah menulis. Bukan berfikir. Demikian ucap William Forster di depan Jamal Wallace dalam film “finding Forrester”. Ada kata bijak mengatakan begini : Cara belajar yang terbaik adalah dengan mempraktikkannya.


Buku ini juga memaparkan tiga karakter seorang-orang terkait dengan menulis:
Pertama, mereka yang tidak tahu teori tetapi terus belajar/praktik menulis. Trial and error terus dicoba, lama ssekali golongan pertama ini bergelut dengan huruf, kesalahan-kesalahan terus terjadi. Tapi mereka menjadikan kesalahan dan kegagalan sebagai guru.
Kedua, mereka tahu teori tapi tidak pernah menulis, Segala macam teori menulis dikuasaai, tetapi sangat malas praktik menulis. Hasil akhir dari penulis jenis kedua ini, menjadi penulis hanya ada dalam mimpi.
Ketiga, mereka yang tahu teori tapi juga praktik menulis. Ini jenis paling ideal. Karena dengan tahu teori, tidak perlu melakukan kesalahan-kesalahan yang sudah pernah terjadi pada penulis lain. Jenis ini dapat “memintas waktu”
-----ini juga setengah provokasi ------, siapa saja boleh menentukan pada posisi mana, pertama, kedua, atau ketiga?
Seprti apa yang dikatakan Kuntowijoyo [alm]: Ada tiga cara untuik menjadi penulis, yaitu dengan menulis, menulis, menulis.
-----maknanya, ya,…….menulis, menulis, menulis……menulis.

BUKU INI MEMBERI BOCORAN:
Ketika seorang-orang ingin mengirimkan artikel yang telah siap kirim, tentunya menjadi gamang, apakah diterima atau ditolak. Buku ini memberikan bocoran tentang itu. Yakni artikel yang diutamakan oleh Kompas:

  • Asli, bukan jiplakan atau saduran/terjemahan. Belum pertnah dimuat dalam penerbitan lain. Dan hanya ditulis/dikirim khusus Kompas
  • Topik actual, sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat
  • Mengandung unsur baru, baik data konkret, pandangan baru, saran-saran, dan/opini
    Menyangkut kepentingan terbesar pembaca, menginta Kompas sebagai harian umum, bukan majalah vak
  • Cara penyajian tidak berkepanjangan tapi padat, singkat, mudah ditangkap, gaya enak dibaca
  • Panjang karangan maksimal 5,5, halaman kuarto, dua spasi, tulisan diharapkan jelas dan bersih [tanpa coretan]
  • Sering tulisan yang pantas dimuat terpaksa dikembalikan, karena tidak mungkin lagi memuatanya pada waktu yang tepat berhubung terbatasnya ruangan atau benturan dengan tulisan lainnya.
Detail Buku :
JUDUL :Prigel Menulis Artikel
PENULIS: Agus M. Irkham [Guru Menulis Putra Writing School]
PENERBIT : Lanarka Publisher . Jl. Kaliurang KM 7 Gg Melati II No. 4A Yogyakarta. Telp. 08882716437. E-mail: lanarkapublisher@yahoo.com
CETAKAN : Pertama. Pebruari 2007
ISBN: 979-99465-8-3
HALAMAN: xx + 126 x 18 cm.

1 comment:

Anonymous said...

Prigel itu perih dan geli. Jadi gesek terus sampai perih berarti memang biasa menulis. Geli itu rasa yang membuat tertawa karena tulisan banyak.