SILA CARI DI SINI!

Google

Wednesday, May 14, 2008

MENJADI PENULIS ROHANI


Tuntunan Praktis bagi Anda yang ingin Menulis dan Menjadi Editor Buku Rohani
Buku ini dikreasi oleh seorang-orang yang masih muda dan produktif dalam tulis menulis. Dengan gaya merendah menuturkan, “saya tidak bangga—sedih, malah—ketika ada orang entah dengan tujuan basa-basi atau benar-benar memuji mengatakan bahwa saya adalah penulis professional!
Sosok yang memiliki nama S.Rahoyo ini, tidak pernah memilih dunia tulis menulis sebagai profesi. Malah sebagai anak kampung cenderung ber cita-cita menjadi tentara. Profesi guru bagi S.Rahoyo dijadikan resistensi karena punya memori yang jelek ketika sekolah dasar. Menurutnya guru-guru itu galak, otoriter, bahkan pernah merasakan seblakan sang Guru.
..”Akhirnya saya tidak jadi jendral [karena postur tubuh kelewat pendek], menjadi seorang Guru pernah saya jalani [tidak betah karena sejak semula menjalaninya dengan terpaksa] dan akhirnya “terjerumus” jadi editor, itu memang pilihan hidup saya”
Terkait dengan dengan masalah tulis menulis, singkat kata dapat dikatakan, kalau dalam dunia olahraga di kenal istilah professional dan amatir, dalam tulis menulis dengan bangga,mengatakan dirinya sebagai amatiran.
Konon menurut buku ini diceriterakan bahwa amatir berasal dari amare [latin] yang berarti mencintai. Dari kata amare ditemukan kata amator yang artinya pecinta. Nah, kini akhirnya pembaca tahu, bahwa menulis buku bukan karena profesi, namun karena mencitai buku.
Lebih lanjut dikatakan, bahwa modal menjadi penulis itu, cukup dijawab dengan dua hal, yakni baca-tulis dan amare.
MOTIVASI MENULIS, YANG MENGGEGERKAN
Buku ini mengingatkan kita tentang pikiran seorang-orang bernama Donald H. Weiss, yang menyatakan dengan agak provokatif bahwa setiap orang adalah penulis. Selanjutnya Weiss menyempurnakan,”Hanya ketakutanlah yang bisa mencegah siapa saja untuk menulis bila ia dapat membaca atau dapat mengadakan presentasi oral atau keduanya”
Penulis buku ini memberikan penekanan dan contoh yang lebih “gamblang”.
“Saya kira Anda tidak terlalu keberatan jika saya katakan bahwa perbedaan antara menulis dan bicara terletak pada alatnya saja. Untuk berbicara orang menggunakan mulut, sedangkan untuk menulis orang menggunakan tangan.
METAPORA YANG MENYENANGKAN:
Provokasi terkait dengan tulis menulis ternyata tidak berhenti, bahkan untuk mengijeksikan virus, agar orang gemar menulis buku ini membuat metapora sederhana.
“Menulis buku, ya menulis saja,…..apa bedanya dengan menulis buku harian, menulis surat, dan menulis artikel? Jumlah halamannya yang berbeda. Kalau untuk surat cinta mungkin cukup dua halaman kuarto, untuk buku setidak-tidaknya 20 halaman kuarto. Kalau untuk menulis sebuah surat cinta sepanjang 20 halaman kuarto Anda Cuma butuh waktu 1 jam, untuk menulis sebuah buku dengan panjang 20 halaman kuarto Anda butuh 10 jam. Itu saja”
APA BUKU ROHANI ITU?
Secara fisik semua buku sama; terbuat dari kertas—atau sejenisnya—“yang”, diberi cover, lalu dijilid. Variasi memang bisa bermacam-macam misalnya menja pop up books, audio books, atau yang lain. Tapi intinya sama saja.
Jadi, kira-kira istilah buku rohani di sini dipakai semata-mata untuk menujukkan isi dan sasaran pembaca tertentu.
Dari sisi isi, buku rohani Kristen yang saya maksud adalah buku yang membahas hal-hal yang terkait dengan ke-Kristenan. Lebih tepat lagi, buku yang mendasarkan pembahasannya pada kekristenan. Sementara dari sisi pembaca sasaran, buku rohani Kristen adalah buku yang ditunjukkan terutama untuk orang-orang Kristen dengan segala variannya. Dikatakan “terutama” bukan “hanya”. Sebab berdasarkan pengalaman, ternyata buku yang dapat dikategorikan buku rohani Kristen, dibaca pula oleh orang-orang bukan Kristen. Contoh konkretnya adalah buku-buku yang ditulis Jhon Maxwell. Tak bisa dielakkan bahwa buku-buku Jhon Maxwell tidak hanya terbatas pada kalangan Kristen saja.
DI MANA KEKUATAN BUKU INI?
Buku ini menyimpan kekuatan di dua bab, yakni bab yang mengupas “Jaring-jaring ide dan tiga what” satunya adalah bab yang mengagitasi seorang-orang yakni “Tujuh Perintah Utama”.

JARING-JARING IDE DAN TIGA WHAT ?
Ide tidak nonggol dari batu
Anda boleh mengaku telah membaca ratusan buku yang berkutat dengan tulis menulis. Anda juga boleh dan sangat boleh besar kepala karena menguasai dengan baik teknik penulisan buku. Tapi kalau Anda tidak punya Ideuntuk ditulis menjadi buku , sampai mati pun Anda tidak menghasilkan buku.
Ide tidak pernah muncul dari batu, alias muncul dengan sendirinya. Ide itu muncul terkait dengan apa yang sedang Anda renungkan. Anda merenungkan gaji yang pas-pasan, muncul ide jualan mie instans untuk menambah penghasilan. Anda kesal dengan kemacetan timbul ide menciptakan transportasi kecil yang kalau jalanan macet bisa disiasati.
Ide itu muncul karena seorang-orang mampu melihat di depannya dengan cermat, antara lain:

  1. Persoalan diri sendiri,m tentunya kaitkan dengan “citarasa” Kristenan
  2. Persoalan orang lain, senafas dengan point satu
  3. Sukses orang lain
  4. Buku-buku, tentunya buku rohani,

TIGA WHAT
Metode lain untuk mengembangkan atau bisa juga untuk menemukan ide adalah dengan menganalisa tiga hal yang terkait dengan ide tersebut. Saya menyebutnya dengan what:

  1. What is: Apa yang terjadi, kenyataan riilnya seperti apa
  2. What ought: yang sehatrusnya bagaimana
  3. What next: Bagaimana selanjutnya, alternative pemecahan apa yang bisa ditawarkan
    Itulah rumus umum yang digali oleh S. Rahayo.

TUJUH PERINTAH UTAMA:
Harapan buku ini khalayak bacanya, adalah seorang-orang yang nantinya terprovokasi untuk menulis, dan menulis. Menurut buku ini ketika seorang-orang ingin mengirikan hasil karyanya ke penerbit, sekurang-kurang terdapat tujuh rambu yang harus diikuti.
Dalam buku ini ditulis dengan gaya komando, “Tujuh Perintah Utama” Perintah itu antara lain:

  1. Jangan Menulis Apa yang Anda Tidak Kuasai
  2. Amati Buku-buku sejenis
  3. Kenali Calon Pembaca
  4. Tahu Awal dan Akhir
  5. Jangan Keburu Nafsu
  6. Cintai Bahasa
  7. Pantangan [ Isinya jangan Nyontek]

Detail Buku:
JUDUL : Menjadi Penulis Rohani [Tuntunan Praktis Bagi Anda Yang Ingin Menulis dan Menjadi Editor Buku Rohani]
PENULIS : S.Rahoyo
PENERBIT : ANDI [Penerbit Buku dan Majalah Rohani]. Jl. Beo 38-40 Yogyakarta 55281. Telp. 0274 561881; 584858 web: http://www.pbmr-andi.com/
ISBN: 979-763-431-0
CETAKAN : September 2006
[Wusana kata : Warung merasa beruntung, mendapatkan kiriman buku ini untuk dibahas, agar yang ada di warung memiliki varian yang komplit. Ada citarasa yang beraneka warna, sehingga anggapan sektarian tidak akan kena. Buku ini mendorong pembaca untuk berkreasi, dan menuangkan ide yang telah menumpuk di “long term memory-nya” ke kertas-kertas yang telah siap. Peluang menjadi penulis rohani sangat luas, dataran telah tersedia, tinggal ide-ide itu dirajut dengan runtut. Peluang besar menanti Anda, indikasinya, buku rohani saat ini sedang dalam kondisi laris manis. Idekator lain berkembangnya penerbit dengan sense of spiritual alias citarasa rohani. Seperti : ANDI, BPK Gunung Mulia, Metanoia, Kalam Hidup. Sekarang perbit baru pun bermunculan seperti Kairos, Fidei Press, Santo Press, Pustaka Nusantama dll. Warung bersahaja berharap, mudah-mudahan blog ini juga mampu mengipasi seorang-orang menulis buku rohani]

No comments: