SILA CARI DI SINI!

Google

Saturday, September 20, 2008

BALI YANG HILANG—PASCA BOM AMROZY

Bali memiliki banyak julukan. The Island of God, The Island of Thousands Temples, The Paradise Island, dan The Last Paradise adalah beberapa diantaranya. Sementara itu, Odyle Knight dalam novelnya Bali Moon: A Spiritual Odyseey (1999) menyebaut Bali sebagai The Mystical Island. Banyak orang mengakui hal itu, baik dalam maupun luar negeri..
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono baru-baru ini memperkuat salah satu sebutan di atas. Ketika membuka agenda tahunan pemerintah propinsi Bali, Pesta Kesenian Bali [PKB] Ke-30, pada Sabtu, 14 Juni 2008 yang lalu, di depan tamu-tamu penting dalam dan luar negeri, serta masyarakat umum, Susilo Bambang Yudhoyono mengakui, “Sebagaiman telah diketahui masyarakat duni, Bali adalah the best island in the world. The island of God…..
Inilah pandangan yang berlaku ketika seorang-orang melihat Bali, namun bagaimana “jluntrungnya” Bali yang sesungguhnya, dan bagaimana Bali pasca bom Amrozi.
Ada seorang-orang yang ingin melihat lebih dekat Bali, Yudhis M, Burhanuddin—melakukan studi tentang Bali, dan hasilnya dituangakan dalam bentuk buku.
Bali yang hilang; Pendatang, Islam, dan Etnisitas di Bali, adalah judul buku yang dimaksud. Buku ini merupakan hasil penelitian permukaan [light research], kemudian ditulis dalam wujud buku. Tentunya penulisan buku ini tidak layaknya hasil penelitian akademis seperti tesis atau desertasi, namun gaya tulisan lebih ke arah pop, sehingga
mudah dicerna dan di kunyah sambil minum kopi.
Data buku
JUDUL: Bali yang hilang; Pendatang, Islam, dan Etnisitas di Bali
PENULIS: Yudhis M, Burhanuddin
PENERBIT: Kanisius. Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281. Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011. Telepon [0247] 588783. E-mail: office@kanisiusmedia.com
Website : http://www.kanisiusmedia.com/
ISBN: 978-979-21-1946-6
CETAKAN: I—2008
TEBAL: 213
Bagian pertama buku ini diawali dengan pencitraan Bali dan persepsi orang tentangnya. Juga diulas sedikit soal ke-Hinduan Bali sedikit. Citra dan keberbedaan [keunikan] Bali dati tempat-tempat lainnya ini adalah modal atau asset bagi pariwisata Bali saat ini. Karena itu, ia pun terkadang menjadi “pembenaran” yang ampuh untuk “meggugat” keberadaan pendatang yang kontra produktif dengan pencitraan tersebut.
Bagian kedua menyajikan pendapat beberapa masyarakat local [orang Bali] tentang pendatang dan juga aksi yang dilakukan Amrozy Cs berikut dampak yang mereka rasakan. Pada bagian ini juga disajikan persepsi pendatang terhadap masyarakat local dan kisah-kisah yang pernah mereka alami.

Bali dulu, Bali Sekarang:
Antropolog Barat misalnya, menemukan Bali sebagai sebuah pulau, di mana budaya dan alam saling berpautan erat, tempat tinggal sebuah masyarakat mapan dan harmonis yang secra berkala digairahkan ritus-ritus yang mempesona. Alamnya menyajikan keindahan Bali dalam warna gaib ditambah kilauan “sunset”
Bali masa kini merupakan gambaran sebaliknya, dengan diwakili dua wajah pariwisata Bali sekitar kawasan Kuta [Samigita;Seminyak-Legian-Kuta] dan Sanur, Badung dan Denpasar. Coreng moreng iklan dan reklame menghias ruang-ruang public, ekspresi “kebinatangan” manusia jalanan dalam carut-marut lalu litas jalan raya , pojok-pojok remang-remang pertyamanan kota, tawar menawar harga diri sepanjang sisi gelap jalanan, dan sudut-sudut kafe-kapitalistik melengkapi gambaran buram wajah Bali pada masa kini. Bali yang renta dalam semnagat keperkasaannya, lusush dalam kegairahannya, dan lesu dalam ketegarannya.

No comments: