Rupanya buku ini dapat memicu siapa saja yang ingin menulis sussana puasa dikaitkan dengan daerah. Mungkin antinya akan muncul pulan puasa di tanah Rencong, mungkin pula puasa di Pulau Dewata.
Kenyataan telah berbicara, melalui ketelatenan seorang-orang bernama, B. Aritonang lahir buku dengan judul, “Orang Batak Berpusa’. Memangan untuk orang yang satu ini sangat special untuk tulis menulis dikaitkan dengan tanah Batak. Sebelumnya B. Aritonang telah menulis buku dengan judul Orang Batak Naik Haji—[OBN], saat ini Orang Batak Puasa—[OBP], mungkin saja mendatang akan lahir buku baru berjudul, Orang Batak Sholat [OBS].
Citarasa Batak dalam menyambut puasa dibahas diawal buku ini, "marpangir”, barangkali selaras dengan istilah yang ada di Jawa “mangir”. Ternyata “Marpangir: yang dibahas adalah kebiasaan yang acapkali dilakukan orang Batak ketika menyambut hadirnya bulan Ramadhan. Istilah marpangir berasal dari kata pangir, yakni suatu ramuan alamiah yang digunakan orang Batak Muslim untuk membersihkan anggota tubuh yang tentu saja dibarengi dengan mandi. Dengan pangir sekujur tubuh akan menjadi harum. Inilah awal sambutan untuk hadirnya Ramadhan agar semua badan bersih dan harum—“berbersih" ini selanjutnya oleh orang Batak dikatakan “Marpangir”.
Data buku:
JUDUL: Orang Batak Berpusa
PENULIS: B. ARitonang
PENEBIT : KPG—Kepustakaan Populer Gramedia
ISBN: 978-979-91-0080-1
CETAKAN: Kedua—Juli 2008
TEBAL: xix + 210 hlm; 14 cm x 21 cm
Prof Azyumardi Azra berkesempatan untuk memberi Pengantar, dan banyak memberikan informasi terkait dengan Ibadah Puasa. Pendapat Andre Moller disitir ketika mengatakan bahwa ibadah puasa ternyata merupakan ritual complex, artinya seputar puasa itu juga mengandung banyak “sub ritual”. Ramadanic ritual Complex itu sebagian mungkin tidak berhubungan dengan puasa secara fisik, melainkan bagian dari perayaan ramadhan. Ibadah puasa sendiri memang hanya sebulan penuh, tetapi seluruh rangkaian peraan nerlangsung tidak kurang dari tiga bulan.
Ramadanic ritual complex dalam masyarakat Muslim Jawa bermula sejak bulan Ruwah [Syakban]. Dalam bulan ruwah [dari bahasa Arab, arwah] ini, berbagai ruwahan dilakukan untuk menyambut datangnya Ramadhan. Ruwahan itu bisa berbentuk pengajian, slametan, saling kirim makanan, Ziarah ke kuburan [nyekar], dan lain-lain.
BAGAIMANA DI BATAK;
Tidak hanya tikar yang dibersihkan, semua nya dibersihkan termasuk rumah, masjid hingga makam. Kebersihan lahir batin dilakukan di sinilah. B Aritonang mendapatkan ajaran itu. Sejak kecil telah diajarkan poda na lima (lima pesan). Di ruang kelas Sekolah rakyat, juga di kantor desa, senantiasa dipampang lima pesan itu. Isinya, antara lain:
- paias rohamu [bersihkan hatimu]
- paias pamatangmu [bersihkan badanmu]
- paias bagasmu [bersihkan rumahmu]
- paias halamanmu [bersihkan pekaranganmu]
- paias parabitonmu [bersihkan pakaianmu]
Ketika mengikuti “paias pamatangmu”, orang Batak melakukan “marpangir”, membersihkan badan dengan melumuri pangir yang dibuat dari ramuan alamiah.
Bahan pangir itu antara lain, limau alias keruk nipis (citrus aurantifiola) , daun pandan [pandanus sp], ampas kelapa, dan dilengkapi pengharusm seperti bunga mawar [rosa damascene Mill atau Rosa multiflora Thumb dari keluarga rosaceae], bunga kenanga [cananga adorata] atau akar wangi.
No comments:
Post a Comment