Buku ini ditulis dengan gaya “Republik Mimpi” sebuah segmen acara yang tayang di sebuah stasion TV swasta. Acara ini sedang dipola untuk penulisan buku, yang meceriterakan “kelucuan” yang tidak dilucu terkait dengan perilaku seorang-orang anggota parlemen di negara Indonesiasat. Tentunya yang ditembak sebenarnya adalah perilaku anggota legislative yang ada di Senayan. Agar serasa etik, maka nama tempat dan jati diri seorang-orang disamar, agar buku ini senikmat kopi, maka sajian dibuat ala republik mimpi. Kalau tidak boleh dikatakan sebuah pembongkaran fenomena 'kelucuan", buku ini dapat pula dicandra sebagai penggambaran perilaku anggota legislative yang menyimpang.
Detil buku:
Sadapan Sepintas dari salah satu artikel:.
Buku ini juga membentangkan bagaimana perilaku sang anggota perlemen, karena sibuknya biasanya mendapatkan fasilitas untuk mengangkat asisten pribadi atau nama keren-nya sekretaris. Sekretaris ini digaji selayaknya sekretaris perusahaan swasta, sedangkan dalam rekruetmennya otoritas penuh diserahkan kepada sang anggota parlemen, agar cita rasa dan aromanya memiliki gelombang yang sama. Jika serta merta tidak cocok, dengan mudah sekretaris bisa diganti-ganti. Easy come, easay go, kata buku ini.
Jika ada kunjungan dinas, sekretaris dapat menemani, jika perlu sekretaris bisa diajak kemana-mana, termasuk kunjungan keluar negeri. Dengan catatan transportasi dan akomodasi di-tanggung oleh anggota parlemen secara pribadi. Persolan kedekatan tidak dibincangkan. Namun buku ini juga menengarai adanya cinta lokasi hubungan suami isteri.[lihat artikel: Sekretaris Selembar Benang]
Beberapa komentar:
“Buku ini tak hanya berhasil memperlihatkan kelakuan tapi juga modus kejahatan sebagai anggota parlemen; tridak hanya mempertontonkan kemunaikan tapi kebejatan perilaku mereka. Semoga sang pemilik kedaulatan sejati tak lagi sesat memilih wakilnya di parlemen tahun 2009 nanti”—[Bambang Widjojanto, senior Partner Law Firm Widjojanto sonhadji & Associate & Ketua Dewan Etik ICW]
“Ini Buku BERBAHAYA, karena membuktikan bahwa belum tentu Orde Reformasi lebih baik ketimbang Orde Baru.”—[Jaya Suprana, Pendiri Muri]
“Inilah potret parlemen kita yang terhormat setelah lebih dari 30 tahun hanya bisa mengembik. Percaya atau tidak, buku ini ditulis oleh orang dalam sendiri dengan gaya Republik Mimpi atawa Democrazy”—[K/K/ Mustofa Bisri, pengasuh pesantren Roudlatut Thalibin, Rembang]
“borok-borok banyak wakil rakyat yang sudah terkuak semakin diperjelas lewat inforemasi kalangan internal. Penyakit yang sudah sangat akut dan harus diamputasi.”—[Majalah Gatra]
“SEtelah Anda membaca buku ini, Anda pasti menyimpulkan bahwa 99 p-ersen anggota parlemen harus diberhentikan dan tak boleh lagi ikut Pemilu Raya 2009,”—[Fadjroel Rachman, Ketua Lembaga Pengkajian Demokrasi dan Negara Kesejahteraan]
No comments:
Post a Comment