Tak kurang dengan istilah lahirnya Pancasila, menjadi perdebatan yang tak kunjung padam, tanggalnya pun ikut terusik. Kebiasaan memperingati hari lahirnya Pancasila juga juga lambat laun turun, itu yang terjadi ketika Orde Baru sedang berada di panggung singgasana.
Ketika itu, hari lahirnya pancasila terasa diambangkan, ada juga yang menamakan tanggal I Juni itu, bukan lahirnya Pancasila, hanya sekedar lahirnya Istilah Pancasila. Untuk “mempreteli” akar sejarah itu, antara sengaja dan tidak sengaja. Namun realitas yang nampak orang seakan takut menyentuh ajaran-ajaran Bung Karno.
Warung kali ini berusaha untuk mencari bukti apakah tanggal 1 Juni sebagai lahirnya Pancasila itu, merupakan hipotesis atau tesis. Dengan bantuan komunitas buku lawas kota Malang, ditemukan buju berjudul : “Lahirnja Pantja-Sila”, Bung Karno Mengembleng dasar-dasar Negara.
Detail Buku:
JUDUL: Lahirnya Pancasila [Bung Karno mengembleng dasar-dasar Negara]
PENERBIT:Usaha Penerbitan GOENTOER, Yogjakarta
CETAKAN: Tahun 1947
HALAMAN : 41
JUDUL: Lahirnya Pancasila [Bung Karno mengembleng dasar-dasar Negara]
PENERBIT:Usaha Penerbitan GOENTOER, Yogjakarta
CETAKAN: Tahun 1947
HALAMAN : 41
[Warung mencoba meyakinkan, bahwa lahirnya Pancasila itu tepatnya tanggal 1 Juni, argumentasi yang ke kedepankan sebagai bukti, diambil dari sambutan Dr.K.R.T. Radjiman Wedyoningrat, mantan Ketua Panitia Penyelidik Usaha Kemerdekaan Republik Indonesia [Dokuritsu Zyumbi Tyoosakai]
Sambutan itu berwujud sebagai kata pengantar dalam buku Lahirnya Pancasila yang terbit tahun 1947. Warung ingin membedah untuk melihat secara mendasar melalui anatominya, mulai dari kepalanya, hingga kaki. Ternyata melalui kata pengantar itu, terselip kata Dr.K.R.T. Radjiman Wedyoningrat, bahwa tanggal 1 Juni adalah hari lahir nya Pancasila.
ISI KATA PENGANTAR :
Dengan perasaan gembira saya terima permintaan penerbit buku ini untuk memberikan sepatah dua patah kata pengantar, serta dengan segala senang hati saya pebuhi permintaan tersebut.
Sebagai “Kaicoo” [ketua] dari “Dokuritsu Zyumbi Tyoosakai” [Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan] saya mengkuti dan mendengar sendiri diucapkannya pidato ini oleh Bung Karno, sekarang Presiden Negara kita.
Oleh karena itu sungguh mengembirakan sekali maksud penerbit, untuk mencetak pidato Bung Karno ini, yang berisi “lahirnya Pancasila”, dalam sebuah buku kecil.
Badan “Dokuritsu Zyumbi Tyoosakai” itu telah mengadakan sidangnya yang pertama dari tanggal 29 Mei tahun 1945 sampai dengan tanggal 1 Juni 1945 da yang kedua dari tanggal 10 JUli 1945 sampai dengan tanggal 17 Juli 1945
“ lahirnya Pancasila” ini adalah buah “stenografisch verslag” dari pidato Bung Karno yang diucapkan dengan tidak tertulis dahulu [voor de vuist] dalam sidang yang pertama pada tanggal 1 Juni 1945, ketika siding membicarakan “dasar [Beginsel] Negara kita”, sebagai penjelmaaan daripada angan-angan . Sudah barnag tentu kalimat-kalimat sesuatu pidato yang tidak tertulis dahulu, kurang sempurna tersunsunya. Tetapi yang penting ISINYA”.
Bila kita belajar dan selidiki sesungguhnya “Lahirnya Pancasila“ ini, akan ternyata bahwa ini adalah satu Demokratisch Beginsel, satu Beginsel yang menjadi Dasar Negara kita, yang menjadi Rechtsideologie Negara kita: Satu Beginsel yang tetap meresap berurat dan berakar dalam jiwa Bung Karno, dan telah keluar dari jiwanya secara spontan, meskipun siding ada di bawah penilikan yang keras dari Pemerintah Balatentara Jepang. Memang jiwa yang berhasrat merdeka, tak mungkin dikekang-kekang
Selama facisme Jepang Berkuasa dinegeri kita, Demokratisch Idee tersebut ta’ pernah dilepaskan oleh Bung Karno, selalu dipegangnya teguh-teguh dan senantiasa dicarikannya jalan untuk mewujudkannya.
Mudah-mudahan “Lahirnya Pancasila” ini dapat dijadikan pegangan, dijadikan pedoman oleh Noesa dan Bangsa kita seluruhnya, dalam usaha memperjuangkan dan meyempurnakan Kemerdekaan Negara.
Walikukun, tertanggal 1 Juli 1947 .
Dr.K.R.T. Radjiman Wedyoningrat
Catatan : Bahasa masih orisinal, ejaan telah diganti
No comments:
Post a Comment