SILA CARI DI SINI!

Google

Tuesday, July 29, 2008

GUS MUS TENTANG GUS DUR

Buku ini kumpulan tulisan Gus Mus, tentang Gus Dur dan PKB. Pembaca pasti lekat dan terpikat , karena paham penulisnya. Gus Mus seorang-orang kiai yang lumayan hebatnya, hampir semuanya ya. Ya bisa nulis karena dia seorang kolumnis, apalagi di KTP sang kiai perkerjaan ditulis sebagai “Penulis”, ya pelukis karena guratan kuat seni sering menebar di kanvas grafis, ya penyair dengan karya yang terus mengalir.
Ternyata Gus Mus itu sangat dekat dengan Gus Dur, pernah sama-sama kuliah di Mesir. Gus Mus dan Gus Dur, sama-sama memiliki bakat yang kuat, keduanya piawai menulis, konsumsi bacanya tidak bisa ditakar, dan darah seni juga mengalir di badan kedua maestro ini. Oleh karenanya ketika Gus Mus menulis tentang Gus Dur, seakan mendapatkan informasi yang utuh dari detail yang amat kecil dan terpencil.
Terkait dengan karut marutnya Partai Kebangkitan Bangsa, tentunya semua perhatian akan mengarah pada partai ini. Bahkan nuansa perhatian banyak tersedot pada partai yang satu ini. Bagaikan gayung bersambut tiba-tiba penerbit Mata Air dari kota Surabaya, memaparkan berberapa tulisan KH. A.Mustofa Bisri, menyangkut Gus Dur.
Pemberian judul buku relevan dengan situasi saat ini, apalagi terdapat gambar Bumi yang dikelilingi dengan bintang sembilan, serta berlatar gambar Gus Dur, membuat pembaca tergiur.
Detil Buku :
JUDUL :Gus Dur Garis Miring PKB [Kumpulan Tulisan Khusus Gus Dur dan PKB]
PENULIS : A.Mustofa Bisri
PENERBIT: MataAir Publishing Surabaya. Jl. Jemur Andayani 50 C-3 Surabaya. E-Mail: mataairsby@yahoo.com.co.id. http://www.mataairsurabaya.blogspot.com/
http://www.gusmus.net/
CETAKAN : I Mei 2008
ISBN: 978-979-25-1538-1
HALAMAN :xvi + 137
buku ini membentangkan pola sikap dan pola laku Gus Dur, tentunya terkait dengan PKB. Ketika berbicara pola sikap, maka orang akan melihat cermat bagaimana sang Gus itu?. Boleh jadi orang Indonesia sepakat tentang Gus Dur hanya dalam satu hala, yaitu adalah tokoh controversial tulan. Seorang-orang boleh menjulukinya apa saja, mulai dari yang baik hingga yang buruk-buruk. Toh, Selama ini Gus Dur Cuek saja.
Dalam buku ini juga dipertanyakan apakah ada orang yang bisa menandingi Gus Dur dalam mengumpulkan banyaknya julukan.
Mereka yang melihat betapa Gus Dur begitu “fanatic” dan gigihnya menyesuaikan sikapnya dengan firman Allah “ Walaqadkarramnaa banii Adama,… (Q. 17:70), mungkin akan menjulukinya Humanis. Mereka yang melihat begitu “taat” dan gigih mengikuti jejak orangtua dan kakeknya dalam mencintai tanah air, mungkin akan menjuluki Nasionalis. Mereka yang melihat kiprahnya di bidang kesenian dan budaya, menjulukinya budayawan dan seniman. Mereka yang menyaksikan sering mengisi acara dalam seminar-seminar dan menuliskan pemeikirannya, menjulukinya cendekiawan dan pemikir.
Sedangkanmereka yang tidak suka pun dengan bebas menjulukinya dengan julukan yang buruk-buruk . Bahkan serungkali satu sikap yang sama dari Gus Dur dipandang berbeda oleh dua pihak yang berlawanan. Yang suka memandangnya sebagai hal positif dan yang tidak suka tentunya saja memandang negative, Maka jangan heran bila suatu ketika Gus Dur dicap plin-plan. Melihat kenyelenehan Gus Dur, satu pihak menganggap gila, satu pihak yang lain menganggapnya wali.

PKB, Partai Khusus Berkelahi.
Gus Mus melihat cermat dari berangkatnya partai ini. Menegarahi, bahwa partai ini identik dengan Gus Dur, atau diikonkan PKB garis miring Gus Dur.
Kalau dinyatakan partai ini khusu kelai, sudah nampak ketika akan lahir, dalam buku ini dibentangkan sebagai berikut:
Pada waktu memilih ketua umum Tanfidz [Struktur PKB tentu dengan pertimbangan politis, sengaja dibuat seperti NU; ada Dewan Syuro dan Dewan Tanfidz), hampir semua orang termasuk para kiai tidak setuju dengan pilihan Gus Dur yang ketika itu sudah merupakan “lembaga” tersendiri [di samping NU dan PKB] ngotot dengan pilihannya, yaitu Mathori Abd. Djalil [almh. Mantan Menhan]. Bahkan sikapnya yang “tegas” bernada menantang, membuat semua tidak berkutik. Jika PBNU tidak setuju, dia akan membuat partai sendiri dengan Mathori! Konon Mathori memang sudah sejak lama dipersiapkan.
Dari sinilah—jadi sejak sangat awal—benihbenih kekecewaan sudah tumbuh. Gus Dur cs dari PBNU yang sebenarnya hanya diminta “memfasilitasi, ternyata menunjukkan kekuasaan dan wewwenangnya yang mutlak. Palagi kemudian personalia penguruspun pun boleh dikata Gus Dur dan cs-nya sendiri yang menyusun. [hlm:60-61]

Pecat-memecat:
Buku ini juga mengungkap malah pecat memecat. Misalnya nasib yang dialami oleh Mathori. Setelah dipilih menjadi ketua PBNU, juga atas desakan Gus Dur, ternyata mengalami nasib tragis, Gus Durlah yang kemudian memecatnya karena dianggap tidak displin. Mathori tidak terima dan membawa persoalan pemecatannya ke pengadilan. Dan seperti kita ketahui masalahnya pun berkepanjangan. [hlm: 78]
Dan kita dengar lagi hal yang hamper sama. Saifullah Yusuf yang dipilih dalam Muktamar Luar Biasa di Yogyakarta sebagai , sekjen, dipecat—dihaluskan bahasanya dengan;direposisikan—Dewan Syura melalui voting.
Bedanya, Saifullah dipecat tanpa kesalahan yang diketahui oleh khlayak, termasuk oleh para kiai. Tim 3 yang ditugasi untuk melakukan verifikasi atas laporan adanya kesalahan Saifullah pun konon tidak mendapatkan bukti-bukti. [hlm:79]

No comments: