SILA CARI DI SINI!

Google

Friday, July 25, 2008

TUHAN diantara INUL & gang DOLLY

Inul pun menginspirasi ranah sufi, sebuah bukti lahirnya buku tentang Esai-Esai Sufi M,Luqman Hakiem. Buku ini menyajikan sisi lain tentang kemunafikan, kebohongan, kriminal, cercaan, makian, dan hujatan yang sering disuarakan manusia. Dengan tangan piawai seorang editor bernama Khoirul Anwar, buku ini tertebar binar di altar pemikiran, yang “berhati”. Buku ini sangat cocok untuk memberikan konsumsi qolbu, karena di dalamnya bermuara berbagai keagungan pikiran dan kearifan tindakan. Bila cermat membacanya manusia menjadi sadar, karena didalam dirinya selalu berbalut kemunafikan. Seperti munculnya Inul yang kerapkali diratapi sebagai gambaran azab, namun buku ini seakan memberikan pencerahan di dimensi sufi. Memandang sesuatu haruslah secara utuh [holistic] bukan bagian perbagian [ atomistic]. Buku ini memuat 37 artikel, dan yang bersinggungan langsung dengan fenomena Inul, 2 artikael, yakni:


  • Inul dan Kekasih Alllah
  • Gus Mus dan Inul

Detil Buku:
JUDUL : TUHAN diantara INUL & gang DOLLY
PENULIS : M,Luqman Hakiem [Editor-- Khoirul Anwar]
PENERBIT:Bayumedia Publsihing. E-mail : Bayumedia@telkom.net
CETAKAN: pertama Mei 2003
ISBN: 979-3323-46-9
HALAMAN: xiii+ 128

Inul dan Kekasih Allah:
Ainur Rokhimah, gadis Pasuruan, Jawa Timur, itu telah mengebor goyangnya sampai ke ubun-ubun kebudayaan. Lalu, limbah banjir dari aliran sungai seni bangsa kita mengeliat dengan bau anyir antara protes, keluhan, simpati, dan kebutuhan menikmati.
Mengapa Inul muncul di permukaan sekarang ketika para pemimpin kita sudah tidak waras lagi, para ulama dan ustadnya sudah terselubung duniawi, dan kesenian kita kehilangan hakikat keindahannya? Apakah Inul bagian dari setan atau justru sebalimnya? Apakah iInul memang diturunkan Tuhan untuk mengoyak kelelapan para tokoh, kealpaan para ulama, kesetanan para ahli KKN, atau kemunafikan para pemimpin kita?

Karena itu, Inul adalah sinisme terhadap keseharian kita, kesenian kita, politik kita, dan turut mewakili daya dorong atas kriminalitas kita, sekaligus penyimpangan yang sudah lama berkedok atas keindahan kita. Lalu kemunafikan kita dalam dua mata, satu tertutup untuk memprotes hadirnya tarikat syahwat Inul. Sementara satu mata kita menikmatinya sampai kita berani melawan instrument Tuhan yang sesungguhnya…[hlm:30]

Gus Mus dan Inul:
Kontroversi Inul tidak hanya sekadar jadi kiblat dangdut saat ini. Tapi juga telah melahirkan sebuah mahakarya seorang ulama besar di negeri ini, KH Mustofa Bisri [Gus Mus]. Gus Mus yang terkenal sebagai kiai dan budayawan, seniman serba bisa, telah mendapatkan ilham besar dengan menggoreskan lukisan Inul di atas kanvas….

Dalam lukisan mahakarya Gus Mus, Inul sedang menari, meliuk-liuk, sementara dalam goyangnya itu, ia dikelilingi para kiai yang sedang berdzikir. Sungguh luar biasa, bagaimana kritik Gus Mus terhadap dunia ulama mutakhir Indonesia. Khususnya pada MUI yang paling punya hobi berteriak; haram!haram! haram! Layaknya seorang pesilat yang baru saja belajar beberapa jurus, sudah petantang petenteng kaya ayam jago yang menantang siapa saja dengan kokoknya.
Justru kalau meyimak karya Gus Mus itu, mestinya para ulama menangisi dirinya sendiri. Bagaimana seharusnya mereka tafakkur dan tadzakkur, taqarrub dan mujadah di hadapan Allah, memohon ampun, dan ridho-Nya [hlm:34]

Beda dan persamaan Inul dan Gus Mus
Persamaan:
Sama-sama controversial, sama-sama NU-nya, sama-sama seniman, sama-sama amemilki kemampuan mengoyang, sama-sama hobi berdzikir (Ah, Anda kan tidak tahu bagaimana gemuruh hati Inul dalam taqarrub di hadapan Allah? Yang Anda tahu hanya pantatnya bukan? )
Perbedaannya:
Bedanya hanya tipis antara Gus Mus dan Inul. Gus Mus adalah sosok yang dating mewakili gugusan cahaya keindahan dan keagungan Illahi untuk merobek kemunafikan budaya keagamaan, sementara Inul dating juga membeberkan sebuah landscape budaya yang menunjukkan betapa munafiknya mereka yang sok mengharamkan Inul. ..[hlm: 35]

No comments: