SILA CARI DI SINI!

Google

Tuesday, July 15, 2008

SOEKARNO KOLABORATOR? SEBUAH TUDUHAN YANG MENYAYAT

Munculnya buku ini bukan tanpa sebab, namun jika dicari pemicunya juga sulit. Karena hal ini pernah juga mencuat beberapa tahun yang lalu, orangpun telah berusaha memahami masalah ini, namun kini hangat kembali.
Warung menduga yang turut menghangatkan hadirnya buku ini adalah perdebatan sengit para netters, tatkala millis Indonesia-I melemparkan artikel mengenai Simbolisasi Soekarno. Millis ini secara tidak langsung mengundang petarungan netters, untuk mengangkat daya argumentasinya, dan mengerahkan segenap dukungan rasionalnya.
Sedikitnya tiga netters yang saat itu bergunjing, dan membuat gonjang-ganjingnya pemikiran atas “tuduhan” terhadap Soekarno, yang dianggap kolaborator Jepang. Tiga orang itu adalah Jusfiq Hajar gelar Sutan Ma[ra]jo Lelo, seorang-orang yang sudah lama menetap di Keiden Belnda, selajutnya Seorang sosiolog Universitas Indonesia Imam Prasojo, dan Kartaprawira dari Laboratorium Studi Sosial Politik Indonesia [LSSPI]—membela Pancasilan dan UUD 1945
Detil Buku
JUDUL : Kotroversi Sang Kolaborator
PENULIS : Hendri F. Isnaeni
PENERBIT: Ombak Perubahan Nogotirto III. Jl. Progo B-15 Yogyakarta 55292. Telp. [0274] 7019945. E-mail: ombak_community@yahoo.com
ISBN: 978-979-3472-93-5
HALAMAN : xvi + 174 hlm + ideks; 15 x 23 cm
CETAKAN : 2008
TUDUHAN ITU?
Kontroversi itu sekitar tuduhan terhadap sang Proklamator, bahwa Soekarno itu adalah seorang-orang kolaborator fasis Jepang. Bahkan terdapat pernyataan dari Letnan Gubernur Jendral Belanda—dalam pelarian di Australia—setelaha mendengar bahwa Bangsa Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya, memberi reaksi; “ akh, abaikan saja itu, itu kan buatan Jepang”. Pernyataan inilah yang kemudian disimpulkan bahwa Soekarno melakukan kolaborasi dengan dengan Jepang. Simpulan ini juga diperkuat dengan tuduhan yang begitu menyayat, bahwa Soerkarno telah merelakan ribuan bangsanya mati karena kerja paksa [Romusa], itupun masih ditambah dugaan yang bikin pilu, Soekarno memberikan gadis Indonesia untuk jadi Jagun Lanfu atau Fujingkai sebagai penawar nafsu.

TERNYATA ADALAH STRATEGI:
Dr. Anhar Gonggong, membasuh tuduhan itu, menuliskan pokok-pokok pikiranya sebaia pengantar buku. Menurutnya, Soekarno-Hatta berkolaborasi dengan Jepang—dan itu dilakukan secara sadar bahwa Jepang adalah fasis yang sebenarnya juga sudah ditentang sejak awal—itu tidak lebih dari sebuah strategi untuk mewujudkan kemerdekaan yang selama ini diperjuangkannya.Itupun masih didukung oleh pendapat Kahin—seorang-orang Indonesianis yang menulis disertasinya dengan topic tentang Revolusi Indonesia. Simpulannya adalah, bahwa sikap Soekarno-Hatta yang berkolaborasi dengan Jepang bukanlah kehendak mereka sendiri, melainkan “kehendak bersama” para pejuang terkemuka ketika itu

PERANGNYA PARA NETTERS:
Paranetter yang sedang berhatam piker, di sebuah millis Indonesia I juga diangkat oleh buku ini. Yang namapk menyerang adalah seporang-orang yang saat ini menetap di Leiden Belanda. Ia adalah Jusig Hajar Ma[ra]jo Lelo.

Jusig Hajar Ma[ra]jo Lelo, memberi cap Soekarno = Petain atau Quisling.
….Jepang yang menduduki Indonesia ketika itu adalah Jepang fasis, Jepang biadad, Jepang yang telah melakukan crime against humanity . Kepada fasis Jepang inilah Soekarno menggadaikan segala kehormatannya.
Di Eropa Soekarno disamakan dengan Peatin atau Quisling, manusia yang bersedia untuk bekerja sama dengan fasis Jerman. Mereka itu dianggap sebagai manusia yang nista dan durjana.
Agar kita jangan lupa Soekarno [dan Hatta] itu tidak hanya menggadaikan kehormatan mereka ke fasis Jepang tapi juga seperempat manusia , yaitu nyawa romusa.
Ternyata Imam Prasojo, Sosiolog Universitas Indonesia memberikan Pembelaan kepada Soekarno dengan argumentasinya yang begitu seru.
Kemudian dari sisi lain MD. Kartaprawira memberikan argumentasi lewat terminologi kolaborasi, ia membantahnya kolaborasi, karena keduanya [antara Jepang dan Indnesia] memilki tujuan yang berbeda. Kolaborasi dilakukan jika memilki tujuan yang sama.

No comments: