BUKU YANG BERSERAKAN DI ARENA KONGRES XX PALEMBANG
Buku ini berkisah tentang Jejak Perjalanan seorang-orang Ketua Umum Pengurus Besar PGRI 1998-2008. Buku yang merupakan kompilasi pengalaman ini, perlu diacu oleh siapa saja yang bergelut dengan dunia organisasi, karena dalam buku ini termuat sederetan pengentasan problem organsasi, utamanya yang menyangkut pola interaksi. Dengan cermat menggambarkan berbagai pernik-pernik interaksi antara pemimpin dengan yang dipimpin, interaksi internal organisasi dan eksternal organisasi.
Prof. Dr. H. Mohammad Surya, adalah sosok yang menjalani pengalaman ini dengan maksud baik ingin membelajarkan pada warga organisasinya dengan mengkaji pengalamannya. Kendati setiap zaman memiliki perbedaan, namun hasil induksi ini sangat bermanfaat sebagai referensi. Ketika mengemban amanah tidak penah sepi dari pujian sekaligus kritikan. HM. Surya akrab dengan kelembutan pikira dan hatinya mengakrabi masalah-masalah itu. Kesabaran adalah sebuah kunci suksesnya, dengan sadar dan percaya, bahwa sebagai pengemban amanah, tentunya tidak pernah steril dari hujatan dan kritikan. Keluh kesah dan kebahagian diramu menjadi sebuah kebanggaan, oleh karenanya pengalaman yang terlewati dijadikan problem solving. Melalui buku ini pula, HM Surya ingin membangun kesadaran beriorganisasi, sekaligus memberikan solusi. Kali ini kebanggan telah dinikmatinya, karena periode masa bhakti telah terlewati. Garis batas lunas, telah terbayar tuntas. Selamat Jalan Pak Ketua Umum.
Detil buku:
JUDUL : Menelusuri Jejak Perjalanan antara Lembang dan Palembang
PENULIS : Drs.H.M. Sudar Siandes, MM [Sebagai Editor]
PENERBIT: Pengurus Besar PGRI. Jalan. Tanah Abang III No. 27 Jakarta Pusat 101160. Telp: [62-21] 384 1121/ 384 9866. E-mail: pb.pgri@yahoo.com Web : http://www.pgri.co.id/
CETAKAN : 2008
HALAMAN : vii + 161
Sosok Ketua Umum Pengurus Besar PGRI ini, sangat santai sehingga mampu membungkus keseriusan kerjanya dengan rapi. Citarasa humornya menggambarkan dirinya seorang yang cerdas dalam merawat audienya, sehingga kendatio berjam-jam berorasi, tak seorapun merasa lelah mendengarkannya.
Entah apa yang dikonsumsi, dan vitamin apa yang menjamin kebugarannya, sehingga selalu tampak energitik.
Warung ingin melihat jalinan lobby yang dilakukan seorang HM Surya, utamanya dikaitkan dengan ranah pendidikan.Kali ini yang diangkat, adalah tingkat kemesraannya dengan para pemimpin negeri ini. Asumsi warung seorang yanmg jago lobby akan mesra dengan siapapun.
HUBUNGANNYA DENGAN PRESIDEN
Pak Habibie, "saya mohon PGRI bisa mendinamisasi"
Organisasi yang dipimpin selalu dibawa ke ranah yang mengunggulkan kemampuan lobby, dan pola interaksi. Ini juga merupakan citra kesuksesannya. Ketika menjabat sudah berganti empat presiden, dan masing-masing memiliki catatan khusus bagai dirinya.
Presiden RI, Prof. Dr. BJ. Habibie, “saya mohon PGRI bisa mendinamisasi”:
Terkesan ketika bertemu dengan Presiden Habibie adalah responnya yang sangat antusias terhadap program-program yang disusun PGRI. Beliau malah mengatakan, bahwa pada saat Indonesia akan memasuki abad XXI ini diperlukan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), dan kepada gurulah harapan itu bisa diwujudkan.
Pada kesempatan itu HM. Surya memohon agar Presiden dan menggolkan Undang-undang Guru. Respon Habibie langsung memerintahkan Menteri Sekretaris Negara Ir. Akbar Tanhjung untuk mencatatnya.
Gus Dur membawa berkah:
Ada hal yang monumental terjadi zaman Presiden Gus Dur, antara lain tentang demo guru secara besar-besaran. Sekitar 33.00 guru berdemo dan tumpah ruah ke jalanan. Hasilnya lumayan, misalnya beras diganti dengan uang, lalu tunjangan funsional juga ada kenaikkan. Dizaman Gus Dur pula terjadi adanya perubahan system penggajian PNS yang berlaku sekarang. Gaji pokok melalaui Kepres No. 41 tahun 2001 dinaikkan.
…”yang paling saya syukuri di Zaman Presiden Gus Dur ini adalah tentang Undang-undang Guru. Beliau cukup serius menanggapinya, sehingga melalaui Menteri Pendidikan Nasional Pak Yahya Muhaimin dapat terus memberikan dukungan kepada PGRI.
Sayang Ibu Mega agak terlambat, jika tidak mungkin akan memimpin lagi NKRI:
Ibu Megawati juga sangat menaruh perhatian terhadap proses Undang-undang Guru. Melalui Menteri Pendidikan Menteri Pendidikan Nasional Pak Malik Fadjar respond an bantuan sangat dirasakan, baik itu bantuan tenaga maupun dana sehingga konsep Undang-undang Guru pun semakin menunjukkan kersempurnaannya.
Patut juga disampaikan di sini, bahwa setiap penyelenggaran Hari Guru Beliau juga selalu hadir. Dalam pidatonya sebagaimana tema Hari Guru Waktu itu yakni tentang Undang-undang Guru, maka secar terbuka Ibu Megawati menyampaikan kesetujuannya dengan proses Undang-undang Guru yang waktu itu segera akan mendapatkan ijin inisiatif dari pemerintah. Sayangnya Ibu Megawati agak terlambat mengeluarkan ijin inisiatif tersebut. Ijin prakarsa agak terlambat mengeluarkan ijin inisiatif pemerintah tersebut. Ijin prakarsa Undang-undang Guru tersebut keluar hanya dua minggu sebelum Pemilihan Presiden. Jadi sudah sangat terlambat betul.
Pada zaman Ibu Megawati pula muncul apa apa yang disebut dengan istilah “guru bantu”
PGRI hingga kini tidak pernah diterima Presiden SBY secara resmi.
Bayangkan sudah sembilan kali PB PGRI mengajukan surat untuk bertemu beliau tetapi satu kalipun belum pernah terjadi pertemuan resmi itu. Sejak itulah saya sudah tidak ingin lagi mengajukan surat kepada Presiden SBY
Secara pribadi saya memang bisa bertemu dengan Presiden SBY, tetapi pertemuan itu dalam kapasitas saya sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah [DPD].
Namun kami bersyukur ketika Hari Guru pada tahun 2004 Presiden SBY bisa hadir. Beliau hadir mencanangkan “guru sebagai profesi.” Tetapi pada peringatan hari Guru yang berikutnya yang di pusatkan di Solo, Presiden SBY tidak bisa datang, dan yang datang adalah Wakil Presiden Pak Jusuf Kalla. Di sinilah Pak Jusuf Kalla marah-marah. Kemudian pada peringatan Hari Guru tahun 2006 Presiden SBY juga tidak bisa hadir, dan baru pada peringatan Hari Guru 2007 Presiden dating di Pekan Baru. Itu pun setelah saya katakana, Presiden mau datang silahkan, dan tidak datang juga tidak apa-apa.
Sesungguhnya perbaikan dunia guru di Zaman Presiden SBY cukup banyak. Program sertifikasi misalnya, kesejahteraan, pengangkatan guru Bantu, perhatian pada guru honor, dll. Banyak yang telah diperbuat, cuma kekecewaannya adalah PGRI tidak pernah bertemu secara resmi dengan Presiden SBY.
HUBUNGAN DENGAN MENDIKNAS:
Pak Juwono Sudarsono, Mendiknas yang piawai menyelesaikan konflik.
Terkait dengan Undang-undang Guru pun Pak Juwono Sudarsono sangat baik dan menggembirakan meski saya butuh waktu lama untuk meyakinkan beliau
Ada momen penting PGRI yang dapat diselesaikan dengan manis atas bantuan Pak Juwono. Ketika itu di Sumatera Barat terjadi konflik antara Ketua PGRI [Pak Mizwar] dengan Kakanwil Sumatera Barat, Buntut ketidak serasian itu akhirnya Kakanwil Sumatera Barat mendirikan PGRI tandingan yang diberi nama PGRI Reformasi. Oleh karena itu melalui Pak Juwono saya minta konflik PGRI Sumatera Barat diselesaiakan.
Pak Yahya Muhaimin, Mendiknas yang menekankan pendidikan Budi pekerti
Dalam kapasitasnya sebagai Menteri Pendidikan, Pak Yahya Muahaimin kami nilai sangat responsip dalam mendukunbg adanya Undang-undang Guru. Beliau juga sangat menekankan pendidikan budi pekerti, menekankan minat baca, dan terciptanya suasana sekolah yang kondusif. Maklumlah beliau adalah seorang praktisi pendidikan tetapi juga pemikir pendidikan.
pak Yahya Muahaiamin juga dengan setianya bisa mendampingi Gus Dur atau pun Wakil Presiden Megawati dalam menghadiri undangan PGRI pada acara Hari Guru.
Pak Malik Fadjar, telepon saja bisa
Hubungan dengan Pak Malik dapat dikatakan relatif berjalan dengan baik. Terus terang saya banyak difasiltasi oleh Pak Malik untuk bertemu Presiden, sehingga frekuensi PGRI untuk bertemu dengan Ibu Megawati pun sangat sering, dan Pak Malik pasti tampil mendampinginya. Dalam hemat saya Pak Malik Fajar itu pejabat yang mudsah dihubungi. Lewat telpon pun bisa kami hubungi, kapan saja saya ingin bertemu beliau baik lewat protocol maupun langsung, beliau selalu merespon dengan cepat, apalagi kalau sudah urusan dengan Undang-undang Guru.
Dalam Hari Guru yang diselenggarakan PB PGRI, Pak Malik Fadjar selalu berusaha hadir. Begitu juga kalau ada rapat kerja di Departemen Pendidikan Nasional kami (PGRI) selalu diundang mengikutinya. Jadi hubungan PGRI dan Pak Malik itu sangat baik dan akrab.
Pak Bambang Sudibyo itu mempunyai perhatian yang sangat terhadap Guru dan PGRI
Hubungan PGRI dengan Menteri Pendidikan Nasional sekaranbg yang dijabat Pak Bambang Sudibyo nampaknya agak sedikit berbeda dengan menteri-menteri pendidikan sebelumnya. Saya harus katakana demikian karena sudah sekian lama aberjalan kami secara rersmi baru dua kali diterima. Berkali-kali kami mengajukan surat untuk bertemu beliau, tetapi baru sekali diterima.
Tetapi dalam kaitannya dengan Undang-undang Guru, kita harus mengakui bahwa pak Bambang Sudibyo itu betul-betul sangat memperhatikan. Kalau menteri-menteri sebelumnya kehadirannya itu selalau diwakilkan, tetapi kalau pak Bambang Sudibyo datang sendiri. Beliau memimpin sendiri, sampai kalimat, kata dan koma itu ia benar-nemar diperhatikan.
Nah kalau dalam Undang-undang Guru dan Dosen tersebut kita temuai ada istilah “maslahat” itu datangnya dari pak Bambang Sudibyo. Di sini saya artikan bahwa sesungguhnya beliau itu mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap guru dan PGRI
No comments:
Post a Comment