SILA CARI DI SINI!

Google

Thursday, July 31, 2008

POLITIKUS BUSUK

Andai saja buku ini diterbitkan ditahun 2008, buku ini semakin tebal, karena antara tahun terbit buku yakni tahun 2004-2008, banyak catatan yang terkait dengan judul buku ini. Tentu saja catatan yang terkait dengan perilaku busuk seorang-orang politikus.
Buku yang dikreasi Dr. Zainuddin Maliki ini, disamping mengendus secara empiric perilaku politikus selepas terbukanya gerbang reformasi, memiliki kajian terdalam terkait dengan system politik yang sedang berada dalam pusaran hura-hara.
Juga bisa dikatakan buku ini memiliki energi futurology dalam memprediksi kejadian yang akan datang, sebagai bukti selepas buku ini terbit kebusukan-kebusukan yang dilakukan oleh para politisi semakin menjadi-jadi. Mungkin tidak berlebihan kalau buku Kang Mas Zainuddin Maliki ini, hampir sama dengan buku berjudul 1984 karya George Orwell. Karya Orwell itu adalah buku yang memprediksi sebuah kejadian di masa datang, kendati kejadiannya tidak selalu sama, runtut pikirannya memberikan kesan bahwa sebagaian tulisan itu mendekatkan manusia untuk melakukan antisipasi.
Tentunya ini juga berlaku bagi buku Dr. Zainuddin Maliki, barangkali buku ini juga memberikan warning pada kita, bahwa saat ini “bahaya laten politik busuk”, sudah masuk kedinding-dinding Sanayan. Tentunya bukan termasuk pemblejetan vulgar, tetapi dapat dianggap sebagai peringatan, dan bukan sesuatu yang merugikan.
Detil Buku :
JUDUL: Politikus Busuk.
PENULIS: Dr. Zainuddin Maliki
PENERBIT : Galang Perss. Jl. Anggrek 3/34 Baciro Baru Yogyakarta 55255. Tel [0274] 554985, 554986. E-mail; glgpress@indosat.net.id http://www.galangpress.com/
ISBN: 979-9341-97-3
CETAKAN : I—Februari 2004
HALAMAN: xxxiii + 273: 110 x 180 mm

Menangkap dengan cermat, keinginan atau penulis tentunya tidak mudah, namun dilihat dari tulisan yang berada di halaman terdepan buku ini, rupanya buku diprunjtukkan:

  1. Kepada Rakyat yang tergurusur, yang tengah memendam kekecewaan dalam ketidak berdayaan,
  2. Elite, tapi punya empati serta darmawan
  3. Kepada kekuatan Counter elite yang arif dan berani mengkritisi setiap kebusukan dan kebohongan
  4. Para aktivis gerakan serta siapa saja yang anti politikus busuk.

Dalam mendifinisikan siapa politikus busuk itu, sedikitnya ada dua orang yang dijadikan sebagai sumber untuk diacu.
Pertama Arief Budiman, tokoh yang dikenal orang pernah membuat gerakan Golpu pada tahun 1970-an ini dimasud adalah politikus yang pernah terlibat dalam kasus korupsi, pelanggaran hak azasi manusia, juga pelanggaran moral. Lalu juga mengutip pernyataan Ketua Kontras, Munir, politikus busuk termasuk “politikus berdarah”untuk mereka yang pernah terlibat dalam urusan pemakaian kekerasan berdarah
Kedua: Antonius Sujata, Ketua Komisi Ombudsman, menyubang pemikiran tentang apa criteria seseorang bila dikategorikan politikus busuk. Ia mencatat, berdasar akal sehat, mereka yang dapat dimasukkan dalam politikus busuk antara lain yang terlibat money politics, tersangkut tindak pidana korupsi atau tindak pidana lainnya, pencandu narkoba, sering mangkir mengahadiri siding [diparlemen/Dewan Perwakilan Rakyat], selingkuh, membuat kebijakan atau peraturan yang menguntungkan diri pribadi dengan membebani masyarakat, tidak melaporkan secara benar kekayaan yang dimiliki, tidak melaksanakan kewajiban hokum dan suka berfoya-foya.

Money Politic.
Saat ini masyarakat juga diperkaya dengan kosa kata baru, alat untuk mendifinisikan sebuah proses perburuan kekuasaan, yaitu “gizi”. Istilah yang biasa dipakai oleh komunitas medis ini diambil sejumlah “the power hunter”—pemburu kekuasaan, untuk mengganti dan menyamarkan istilah “money politics”. Sehingga tanpa “gizi”,artinya tanpa “money Politics”—jangan harap bakal memperoleh sukungan dalam meraih jabatan……[hlm 132]

Metafora tanah

Kekuasaan tampak masih dipahami dengan menggunakan metaphor tanah. Tanah adalah sebuah komoditas atau barang yang tidak bisa diperluas—un-expandable goods. Seperti yang pernah dicatat Kuntowijoyo [2001] pemahaman dengan metapor tanah itu mengaplikasikan setiap usaha memperluas kekuasaan, hanya berarti mengurangi kekuasaan orang lain. …[hlm. 133]

1 comment:

Anonymous said...

Ada tikus busuk, telur busuk, kentut busuk, dan bau busuk. Politik busuk masuk yang mana? Kalau busuk mengapa dipilih? Apa ciri politik busuk? Apa gurunya dulu juga busuk? Bagaimana agar kita tidaK coblos pilitik busuk?