Kalau dihitung sudah dua kali kesandung, betapa tidak tercenggang seorang yang dekat dengan Istana, yang juga mendapat kepercayaan sebagai staf khusus SBY, di bidang otonomi daerah, ternyata tertipu.
Tidak secara kebetulan, Heru Lelono itu harus tertipu, hal ini sangat erat kaitannya dengan Negara yang sedang dilanda krisis energi, bahkan dunia pun mengalami.
Persis dengan situasi ini, seorang-orang dari Nganjuk Jawa Timur, Djoko Suprapto sedang bersolusi melakukan eksperimen terkait dengan hemat energi. Blue energy sebuah kata kerennya. Heru Lelono dengan sikap tanggap menerima info atas Blue energy ini, dan mendekatkan sang penemu dengan Presiden, bak gayung bersambut tentunya respon baik disampaikan. Apa lacur yang terjadi?, ternyata Blue Energy tidak bisa berbicara dan tidak ber energy. Belum lepas dari persoalan yang satu, persoalan berikut mengahalau Heru Lelono, ini merupakan sandungan kedua. Sandungan itu adalah gagalnya panen padi “Super Toy, HL2”, yang juga pernah dipamerkan kepada Presiden.
Tentunya masalah ditipu atau dianggap menipu, tidak ada di benak atau hati nurani seorang Heru Lelono, namun karena keinginannya yang memuncak untuk mengentas persoalan yang dialami bangsa ini, menumpulkan nalarnya yang biasanya jernih dan akurat.
Dia sejatinya adalah seorang patriot, yang ingin menjaga republik ini dengan karya dan dibingkai nurani, inilah jatidiri yang sebenarnya.
Untuk mendekatkan sekaligus mengungkapkan isi hati, Heru Lelono menerbitkan sebuah buku sebagai refleksi perjalan bangsa dalam kurun waktu satu dasa warsa.
Data Buku:
JUDUL: Polytikus—Harus dibasmi
PENULIS: Heru Lelono
PENERBIT: Persada Dinamika Publishing
CETAKAN: I—Juli 2008
ISBN: 978-979-18165-0-2
TEBAL: 217 + x ; 14x 20 cm
Buku ini merupakan kumpulan artikel yang diendus dari hasil wawancara Heru Lelono, dengan kata kunci bagaimana membasmi tindakkan politisi yang gemar korupsi. Inilah yang mengilhami rancangan sampul depan buku ini.
“Negeri ini butuh politisi sejati, bukan polytikus, yang artinya banyak tikus atau sekumpulan tikus”
Banyak alasan yang memicu lahirnya buku ini, namun yang nampak adalah doronga kegelisahan seorang Heru Lelolono terhadap perilaku politisi di negeri ini.
Kegelisahan ketika mencoba memahami kepentingan politik, dulu kepentingan politik dipahami sebagai kepentingan bersama untuk membangun bangsa dan Negara, kini lebih mengarah kepada kepentingan lainnya.
Namun Heru Lelono sebagai patriot masih punya hati memikirkan hal ini, justru ketika melihat fenomena polytikus seperti kumpulan tikus, ingin memberikan himbauannya. Agar para politikus tetap taat kepada consensus. Menurutnya, walau para elit politik memiliki berbagai perbedaan di dalam memandang persoalan, namun hal-hal yang telah menjadi consensus bersama bangsa ini tidaklah boleh dilanggar.
Konsensus dasar bangsa ini adalah: UUD 1945, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia..
Buku ini berisikan keprihatinan Heru Lelono, sekaligus mencoba memberikan solusi lewat pikiran cerdasnya, dalam menawarkan gagasan acapkali berangkat dari fenomena yang ada didepan mata. Mulai dari kerisi energi, hingga perilau menyimpang beberapa politisi.
Darah seninya juga difungsikan mengkritisi situasi yang terjadi, oleh karenanya buku ini juga ditaburi oleh puisi-puisi penulis, seperti pusisnya yang diberi judul “kalau saya Politikus”, kemudian disilipkan pula puisi SBY, yang berjudul Celeg Partai Sukar Maju.
Kepiawaiannya mengantarkan beberapa komentar atas dirinya, dalam buku ini kurang lebih belasan tokoh memberikan komentarnya.
Tokoh-tokoh itu antara lain:
- Dr.H. Susilo Bambang Yudhoyono—Presiden Rerpublik Indonesia
- Suko Sudarsono—Ketua Umum GIB
- Prof. Muladi, SH—Gubernur Lembaga Ketahanan RI
- Hatta Rajasa—Menteri Sekretaris Negara
- Muhaimin Iskandar—Wakil Ketua DPR-RI
- Rachmat Witoelar—Menteri Negara Lingkungan Hidup
- Setiawan Djody—musisi, budayawan, chirman setdco
- Noviantika Nasution—Ketua Partai Demokrasi Pembaharuan
- Adjie Masaid—artis, anggota DPR-RI Fraksi Partai democrat
- Peter F.Gontha—pengusaha
- Erros Djarot—Ketua Umum PNBK
- Musthafa Zuhad—Ketua PBNU
- Priyo Suprobo—Rektor Institut Teknologi Surabaya
- Putu Suasta—Pendiri Forum Merah Putih, Ketua GIB Bali
…Kutipan Puisi SBY—yang nongkrong di buku ini:
Caleg Partai Sukar Maju
Aduh, lagaknya temanku
Si Badu politisi baru
Caleg andalan Partai Sukar Maju
Bukan sekedar nomor sepatu
Sudah Sebulan ia berjaket partai
Menebar senyum ke sana – ke mari
Gaya dan tampilan tuan bupati
Jabatan gensi yang diimpikan isteri
“Saudara-saudara!
Saya kader Partai Sukar Maju
Pilihlah Saya!
Saya akan berjuang untuk Rakyat
Untuk Saudara!
Bersama saya rakyat akan maju
Maju!
Maju!
Maju!”
Meski massa di alun-alun itu tak peduli
Dan hanya menunggu si penyanyi dangdut
Yang seksi
Badu sangat percaya diri
Bakal jadi orang penting di negeri ini
1 comment:
hehehe mudah-mudahan yang baca ga ikut-ikutan sering kesandung ya/....
Post a Comment