SILA CARI DI SINI!

Google

Thursday, July 24, 2008

INUL, CEKAL NGEBOR, DI JOHOR

Negara tetanggapun ikut mencekal si goyang ngerbor, Inul adalah manusia fenomenal, tidak hanya goyangnya saja, yang membuat orang ikut-ikutan bergerak, namun pemberitaan tentang Inul juga dapat menggerakan naiknya rating sebuah stasion teve, bahkan majalah menambah oplah, koran menambah jumlah lembaran. Inul menjadi simbul perlawanan. Rupanya Tanggal 18 Juli 2008 adalah hari naasnya, sial tidak bisa dihindari, penghelatan di tanah datuk “Johor-Baru” harus ditunda, yang bisa dilakukan Inul hanyalah menagis sejadi-jadinya. Rupanya sisa-sisa keberuntungan agak memihak, kekecewaan akan tergantikan di Kuala Lumpur.
Warung menkais-kais buku tentang Inul, ternyata Inul itu seperti “martabak”, semakin sering dibanting, semakin besar. Bukti telah menujukkan, ketika didera, banyak orang membelanya. Titiek Puspa penyanyi legendaries, pasang badan untuknya, bahkan polemic dalam koran harian sulit dihentikan.
Detil buku itu:
JUDUL : Inul Goyang Ngebor Goyang Pemilu 2004
PENULIS : M.Darmenan
PENERBIT: Buku Populer “Totalitas” Tangerang
CETAKAN : 2004
HALAMAN :78 halaman
Buku ini membentangkan tentang Inul, memuat ceritera detil dan perjalananya, yang marik buku ini adalah kekuatan daya promosinya, hamper semus stasion teve meliriknya.
Buku ini dikreasi dengan mencuplik pemberitaan teve, koran, situs internet dan majalah. Ada artikel yang manarik menurut warung, yakni pada halaman 55, tentang Goyang Ngebor Goyang Pemilu 2004, artikel ini menggelikan.
…Politik, akankah menjerat Inul di puncak karirnya?
Move-move yang dilakukan beberapa parpol telah menunjukkan kea rah itu. Taufiq Kiemas berfoto dambil memeluk Inul. Gebrakan PDIP? Komentar plus-minuspun bermunculan. Sementara parpol lain terang-terangan menyatakan keinginannya “bekerjasama’ dengan Inul pada masa kampanye tahun 2004.
Lepas dari semua itu, konon—menurut najalah Gatra—Inul pernah punya mimpi yang cukup aneh. Ia naik balon udara bersama Megawati Soekarno, membubung menembus awan. Jauh di bawah, ayah Mega, Soekarno, melambaikan tangan. Sang Proklamator seakan melepas kepergian balon itu. Sayang, mimpi itu tidak tuntas. Inul keburu terjaga dan menangis.
[……oh Nul kok ada-ada saja sampeyan itu . warung]

6 comments:

Unknown said...

Well well well......

Kang Boim said...

selamat sore pak...terima kasih sudah singgah ke waroengkopi....wah saya ga bisa comment banyak ni soal fenomennya mbak inul...tp menurut saya..semua orang berhak mengekspresikan dirinya, tp apabila ekspresi tersebut ditujukan kepada publik...maka sudah sekiranya kita pun harus beradaptasi dengan memberikan batasan ekpresi tersebut...oh ya boleh kita tukeran link pa ???

Anonymous said...

salam kenal boss, disana lebih ketat yaa ?

Anonymous said...

terbang naik balon dilepas sang proklamator, artian baik apa buruk ya pak??

moga aja sebelum mengkritik orang, kita bisa mengkritik diri kita sendiri, setuju gak pak?

tWiCe k said...

selamat malam pak guru,
terima kasih atas masukkannya...

hmm, info2 tntng buku ya pak?
singgah baca2 bentar, sebelum tidur...
hehe.... :D

Anonymous said...

Gara-gara ditinggal Inul cari duit, Porong dibor Lapindo sampai kebanjiran lumpur. Mungkin, kalau Inul pulang saja ke Porong dan Gempol, lumpur akan mampet karena kaget dengan ngebor Inul yang tambah huebat.