SILA CARI DI SINI!

Google

Tuesday, April 28, 2009

KUDETA MEI'98-PERSETURAN HABIBIE-PRABOWO

Buku ini nongol setelah lahirnya buku "Detik-detik yang Menentukan, Perjalanan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, sebuah catatan Habibie.THC Mandiri Jakarta 2006
Dengan cepat Arwan Tuti artha, penulis buku Seller :Dunia Spiritual Soeharto itu, merespon dengan menerbitkan buku yang tentunya terkait erat perseteruan antara Habibie dan Prabowo. Kendati judul buku berkisah tentang perseteruan antara Habibie dan Prabowo, ternyata di dalamnya bermuara berbagai perseteruan, jika dibuat garis sosis metrik perseteruan yang terhampar pada buku ini terdiri dari berberapa kombinasi. Kombinasi perseteruan itu antara lain:
Habibie-Prabowo
Prabowo-Wiranto
Suharto-Prabowo
Kivlan Zen-Wiranto
...Pokoknya buku ini dapat digambarkan sebagai perseteruan elite.
JIMLY ASSIDDIQIE DISEBUT-SEBUT
Barangkali suatu kejutan besar bagi khalayak baca, bahwa Wiranto pernah ngutang pada Kivlan Zen, sebeesar Rp.5,25 milyar. Hutang itu terjadi ketika Kivlan diminta Jendral Wiranto untuk melakukan pengerahan massa untuk menandingi kekuatan massa pendukung yang menolak sidang istimewa. Kivlan mengerahkan massa pendukung sekitar 30 orang yang diambil dari sejumlah ormas Islam. Massa pendukung yang bernama Pam Swakarsa ini, memakan biaya sebesar 7 milyar, namun yang diterima cuma Rp. 1,25 milyar, yang disampaikan melalui Jimly Asshiddiqie. Sehingga kekurangannya sebesar rp. 5,25 milyar.
Data buku
JUDUL: Kudeta Mei' 98. Perseteruan Habibie-Prabowo
PENULIS: Arwan Tuti Artha
PENERBIT:Galangpress. Jl. Anggrek 3/34 Baciro Baru Yogyakarta 55225. Telp: [0274] 554985. E-mail : galpress@indosat.net.id Website : www.galangpress.com
TEBAL: 160 halaman: 130 x 200 mm
ISBN: 979-24-9985-7
CETAKAN:I-2007
PRABOWO MINTA REVISI BUKU HABIBIE:
Prabowo ternyata pernah keberatan terhadap tulisan Habibie-[Detik-detik yang menetukan, Perjalanan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi. THC Mandiri : Jakarta 2006], namun Habibie menolak merevisi, menurutnya, apa yang ditulis adalah merupakan catatan yang dimiliki. Di tempat terpisah, Habibie menyatakan pada perss bahwa buku itu sudah ditulis apa adanya. Jadi tidak perlu direvisi. Apa jadinya bila habibie tidak mau merevisi buku itu? Prabowo akan menulis buku berdasarkan versi dia. Habibie pun tidak keberatan, bahkan meminta para Jendral untuk menulis, "Silakan, silakan kalau mau membuat buku," kata Habibie.[halaman 27]
.......dalam buku ini Prabowo juga melakukan klarifikasi, sekitar 10 point klarifikasi, dan rupanya abowo ingin mendudukan persoalan karut marut itu pada posisi yang sebenarnya. Klarifikasi yang dilakukan itu dan bagaimana rincian klarifikasi itu, dapat diikuti melalui karya Fadli Zon "Poloitik Hura-Hara Mei 1998[yang akan diposting di blog ini]

No comments: