SILA CARI DI SINI!

Google

Saturday, April 11, 2009

JANGAN PERCAYA POLITIKUS! Firman R Mazayasyah

" Panggung politik di negeri ini, ibarat sebuah sandiwara. Di mana, masing-masing tokohnya memainkan peran yang memang sangat cocok dengan karakter aslinya
Panggung politik juga ibarat sebuah gerbong lokomotif, yang bisa melaju dengan cepat, tapi tetap meninggalkan kepul asap hitam di sepanjang perjalanan yang dilaluinya"
Firman R Mazayasyah adalah penulis produktif bagaikan ayam petelor yang tak kenal berhenti menelor. Bukunya berjibun, kini pikiran liarnya menggoda, dengan nakal "uneg-uneg" ditumpahkan dalam buku dengan tajuk yang cukup provokatif, 'Jangan Percaya Politikus'. Virus tidak mempercayai politikus sudah lama mampir di benaknya. Ketika masih belia orang tuanya sudah membentengi agar tidak berpolitik, kendati sang ayah adalah seorang-orang politikus. Ternyata virus itu berlanjut pula ketika duduk di perguruan tinggi, sang dosen pun ikut memprovokasi, dan mengatakan jangan sampai terjun dalam dunia politik, diceriterakan pula bagaimana para politkus yang sering menyikut, menyikat dan terkadang menginjak-nginjak orang orang di dalam parpolnya sendiri.
Pada kesempatan lain, seorang ustadz juga menyampaikan pokok pikirannya yang tidak sejalan dengan politikus. Menurut sang ustadz aktivitas dunia politik itu banyak mudharatnya ketimbang manfaatnya. Inilah rupanya latar yang kuat sehingga Firman menuliskan uneg-unegnya.
Pikiran nakalnya yang sudah menjadi buku ini, diharapkan mampu membelajarkan siapa saja, utamanya jika melihat sepak terjang politikus, ternyata dalam buku ini politikus acapkali digambar seorang-orang yang menyebarang jebatan, ketika di pangkal jebatan menebar simpati, bermuka manis, dan sederetan pesona dan populis, namun ketika sampai diujung jembatan lain seakan melupakan semuanya.
Buku ini menyajikan tulisan-tulisan seperti esai yang setiap artikel menggambarkan carut marut, rentang perentang di ranah politik. Banyak keputusan politik yang lahir tanpa bersinggungan dengan manusia yang seharunya menikmati keputusan politik. Digambarkan di buku ini, bahwa seorang politikus cenderung berpikir dirinya sendiri. Ketika berada dipapan catur kehidupan, dengan dekapan kursi dewan polikus cenderung disibukkan mencari celah untuk bisa menggapai keuntungan. Atas nama rakyat, mereka 'memaksa', 'menekan' dan 'menguras habis kekayaan negeri ini untuk memperkaya diri.
Pikiran liar penulis buku ini, bahkan sudah masuk wilayah 'sakral', ide mendorong melahirkan artikel dengan judul, 'Seandainya Jadi Presiden'.
APA YANG DILAKUKAN SEANDAINYA JADI PRESIDEN:
Pertama, akan sowan terlebih dahulu pada tokoh-tokoh reformasi. Dan akan memaparkan berbagai konsep atau rencana gerakan reformasi yang akan digelar
Kedua, atas seijin tokoh-tokoh reformasi itu, akan memangkas 'musuh-musuh' atau rival politik yang tidak mendukung kebijakan
Ketiga, akan 'memerdekakan' orang-orang yang selama ini masih belum merdeka. Baik secara ekonomi maupun politik. Akan memberikan subsidi dan membebaskan semua lembaga pendidikan agar masyarakat bisa lebih leluasa untuk menimba ilmu.
Keempat, akan mengurung para'penjilat' yang selama ini selalu membuat laporan asal bapak senang alias ABS. Kemudian mereka akan dihukum secara terbuka agar disaksikan rakyat banyak.
Kelima, akan memerintahkan seluruh menteri di setiap departemen untuk menerapkan pola managemen terbuka. Artinya, semua persoalan yang berkaitan dengan masalah orang banyak, harus dipaparkan apa adanya pada rakyat, agar rakyat juga ikut berpikir dan bertanggung jawab untuk memajukan negeri ini
Keenam, akan meminta bantuan pada menteri penerangan membuka kran kontrol press yang selama ini agak seret-untuk memantau pelaksanaan pembangunan di lapangan, agar mudah diketahui manakala ada penyimpangan
Ketujuh, meminta para petinggi di jajaran TNI untuk menata kembali anak buahnya agar tetap berada di jalur rel utamanya. Kepada TNI akan diminta bantuannya agar melindungi rakyat dari segala bentuk penjajahan baru.
Kedelapan, akan minta bantuan pada para tokoh agama yang ada di nusantara ini untuk bersatu dalam membangun umat, negara dan bangsa ini. 'Perseteruan' dan 'pergesekan' yang selama ini sering terjadi di lapangan ketika mereka tengah 'menggarami' umatnya masing-masing, akan dihimbau untuk jangan samapai terjadi lagi
Kesembilan, akan menerbitkan kembali asset kekayaan negara dan kekayaan milik para pejabat, agar jelas mana milik negara, mana milik pribadi
Kesepuluh, akan menggalang kerjasama yang saling menguntungkan dengan negara tetangga. Selanjutnya akan diciptakan kondisi yang kodusif, agar kerjasama tersebut berhasil dengan baik.
Itulah "COLUNG"--'Contekan Langsung' yang diendus dari buku ini. Tentunya masih banyak esai yang unik dan provokatif di buku ini.
Data buku
JUDUL: Jangan Percaya Politikus
PENULIS: Firman/. R. Mazayasyah
PENERBIT: Magma Pustaka. Gombang RT 03/RW 22 Tirtoadi Mlati Sleman-Yogyakarta.
ISBN: 979-97628-3-8
TEBAL: xiv + 200 halaman; 14 x 20 cm
CETAKAN: Pertama 2007

1 comment:

indera said...

wow...kayaknya buku mantap nih..