SILA CARI DI SINI!

Google

Wednesday, January 28, 2009

FILOSOFI ROKOK - SURYO SUKENDRO

SEHAT TANPA BERHENTI MEROKOK
Ketika merokok terlanjur dianggap kebiasaan buruk di masyarakat, maka stigma itu melekat secara turun temurun, bahkan merupakan stereotype di saat hari terdapat korban dan ada seorang orang terugikan. Memang dari sisi medis rokok dianggap sebagai biang kerugian, utamanya ketika dikait-kaitakan dengan kesehatan. Buku ini kendati tidak menjelaskan keunggulan merokok, namun dapat dirasaklan buku ini sinis terhadap pelarangan rokok. ...Buku ini memapar fakta yang didapatkan dari survei yang dilakukan Global Health Proefessional Survey [GHPS] pada 2006 terhadap mahasiswa fakultas kedokteran di Indonesia, menunjukkan hasil yang diluar dugaan. Survei itu melaporkan bahwa hampir separuh [48,4%] mahasiswa/i kedokteran yang seharusnya menjadi ujung tombak sosialisasi bahaya rokok, mengaku pernah merokok dan sebanyak 9,3 5 yang menyatakan masih merokok hingga sekarang. Mahasiswa laki-laki yang merokok sebanyak 21 % dan mahasiswi 2,3% dengan tingkat kecanduan 33% atau dengan kata lain 1 dari 3 perokok tadi tergolong kecanduan dengan parameter 30 menit selang bangun tidur langsung merokok. Parahnya , tingkat kecanduan rokok di kalangan mahasiswi [39,4%] lebih dibanding mahasiswa [31,9%].
MENGAPA BUKU DIBERI JUDUL FILOSOFI ROKOK?
Karena buku ini membahas secara holistic, hal-hal yang terkait dengan rokok. Mulai hal yang sepele dalam bentuk anekdot tentang rokok, hingga perbebatan yang tingkat kompleksitasnya tinggi. Dari perdebatan para ahli sejak tahun 1601. Sejarah tentang rokok, polemik bahaya rokok, hingga terminonlogi-terminologi khusus terkait dengan dunia rokok.
Melalui buku ini kita akan mengertahui secara utuh tentang rokok, manfaat hingga bahaya yang ditimbulkannya.
Data buku
JUDUL: Filosofi Merokok
PENULIS: Suryo Sukendro
PENERBIT: Pinus Book Publisher. Jl. Tegal Melati No. 118 C Jongkang [Belakang Monjali] Sleman Yogyakarta 55581. Telp: 0274-867646. E-mail: rumahbpinus@yahoo.com
TEBAL: 212 : 130 cx 195 mm
CETAKAN: I- Agustus 2007
ISBN: 979-99013-9-1
CATATAN!!Buku ini dilengkapi pula:
  1. Peraturan Pe,etimtah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2003 Tentang Pengamanan Rokok Bagi kesehatan
  2. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Nomor 75 Tahun 2005 Tentang Kawasan larangan Merokok
"SEBATANG ROKOK ADALAH NEGOSIATOR TERBAIK KEDUA DI DUNIA"
Bagaimananapun mengerikannya ancaman bahaya merokok yang dikemukakan para ahli medis, ternyata rokok juga mempunyai manfaat-baik dari sisi medis kesehatan, psikis maupun sosiologis.
a] Secara Kesehatan:
Ternyata rokok juga bisa membantu mengurangi risiko parkinson. Parkinson adalah hilangnya sel-sel otak yang memunculkan zat kimia dopamin, sehingga berdampak gemetar, dingin, gerak lamban dan bermasalah dengan keseimbangan tubuh.
Laborat di Amerika mempelajari 210 pria dan wanita pengidap parkinson dan 310 orang sehat. Hasilnya, perokok memiliki risiko lebih rebndah sampai 50 % terkena penyakit parkinson. Bahkan, perokok berat 70% lebih rendah terkena penyakit itu.
Para peneliti juga menyatakan, peminum teh dan cola nenilki faktor parkinson ketimbang mereka yang hanya mengkonsumsi air putih. Racun yang ada pada teh atau cola, memungkinkan menghamabt perjalanan enzim penyebab parkinson. Begitu juga dengan nikotin, sehingga lepas dari perbincangan kanker atau batuk, rokok meiliki kekuatan menghambat atau membunuh zat kimia penyebab parkinson yang masuk ke sel otak.Kesimpulannya, nikotin bisa membantu melindungi sel-sel otak. Namun, sekali lagi buku ini tidak menganjurkan seorang-orang untuyk merokok agar tidak terkena parkinson. Setidaknya pula temuan ini bisa menjadi catatan tersendiri perihal manfaat rokok, di balik stigfma buruk yang ditimpakan padanya.
b]. Mafaat Psikologis.
Rokok memang sangat berpengaruh terhadap kondisi psikis seseorang. Banyak temuan fakta perihal banyaknya perokok yang merasakan peningkatan konsentrasi, mood, kemampuan, mengurangi stres,dan lelah, serta kemapuan memecahkan masalah saat mengisap sebatang rokok.
c]. Manfaat Secara Sosiologis
Barangkali temuan fakta ini tidak atau sama sekali belum bisa dikatakan ilmiah. Namun fakta yang terjadi di lapangan menyebutkan bahwasanya rokok telah menjadi semacam perantara [dan kemudian dianggap telah menjadi bagian dari kebiasaan dalam masyarakat] dalam sebuah komunikasi formal maupun informal antara dua orang atau lebih. Rokok telah biasa dicatut sebagai pencair suasana dalam kelas obrolan ringan hingga negosiasi penting. Dalam kalimat lain," sebatang rokok adalah negosiator terbaik kedua di dunia"
[disadap dari halaman87-88]

No comments: