Kehadiran buku ini dirasa tepat, karena bangsa ini sedang menginisiasi personal per-personal seorang-orang yang pantas menempati "dampar kencananya" republik ini. Sisi lain sedang berhembus sebuah isu, konon yang "nyalon" kok itu-itu saja, apa nggak ada yang lain?. Kendati buku ini bukan sebagai jawaban, namun dapat dianggap sebagai referensi adalah sesuatu yang sah dan halal. Kehadaran yang tepat dan dianggap pas momentum ini, membuat buku ini rasanya gurih dan renyah.
Penulis buku ini sejak dini sudah mengantisipasi, bahwa buku ini tidak akan masuk ke ranah biografi, lebih melihat dari dekat sebuah perjalanan seorang raja, yang mungkin bisa pindah tahta.
Lembaran awal buku ini telah membuat signal kesadaran, sebenarnya pakem raja dan presiden memiliki perbedaan sekaligus kesamaan. Dengan meminjam istilah Daoed Joesoef, buku ini meneropong perbedaan antara raja dan presiden. Raja dengan kekuasaan tertinggi pada tahta itu, dibenarkan oleh diktum atas restu Tuhan [by the great of God], sedangkan diktum bagi kekuasaan tertinggi di kursi kepresidenan atas restu rakyat [by the great of the people].
Dari buku ini setidaknya pembaca akan menerima informasi secara ringkas, terkait dengan langkah spiritual yang harus dilakukan ketika seorang terpayung mencapai tahta.
Soal raja, dunia batin Jawa inheren didalamnya, maknanya adalah, kekuatan itu tidak hanya gratis dari langit, namun diraih dengan berbagai aktvitas seperti "laku" atau lainnya.
Dunia bathin Jawa yang kental, dan kadang tidak mudah dirasionalkan sangat lekat dengan masalah-malah kewengan atau tahta. Kadang disudutkan keranah klenik atau mistis. Sepertihalnya kedekatan "Sang Nata" pemegang tahta harus dekat dengan penguasa Laut Selatan. Buku ini juga menyuguhkan misteri tusuk konde mendian Ibu Tien Soeharto, kon tusku konde itu telah berganti pemilik, saat ini sudah berada ditangan Gusti Kanjeng Ratus Hemas. Tafsir yang berkembang tusduk konde itu perlambang mahkota yang akan berpindah tangan.
Dari buku ini dapat ditarik kesepahaman, bahwa Raja itu mencapai kekuasaan harus melalui laku yang rigit, disertai niatan yang bagus. Dan bila saat yang dinatikan tiba, selalu dibarengi signal-signal tertentu.
Data buku
JUDUL: Laku Spirtitual Sultan- Langkah Raja jawa menuju Istana
PENULIS: Arwan Tuti Artha
PENERBIT: Galangpress. Jln. Anggrek 3/34 Baciro Baru Yogyakarta 55225. Telp. [0274] 554985. E mail : redaksi@galangpress.com. www.galangpress.com
ISBN: 978-602-8174-13-8
TEBAL: 174 hlm: 150 x 230 mm
CETAKAN: I 2009
No comments:
Post a Comment